Kisahku Bersama Bude Yang Berakhir Tragis

Kisahku Bersama Bude Yang Berakhir Tragis

KISAH ini terjadi sewaktu aku mau ikut test masuk perguruan tinggi. Kami berlima, aku, Yulianto, Ali, Debora dan Diana memilih kuliah di luar kota. Pendaftaran sudah kami lakukan melalui sekolah, sekarang waktunya kami akan mengikuti test masuk dan kami diharuskan datang ke kampus untuk mengikuti test.

Karena kampus terletak di luar kota dan di kota itu juga tinggal Bude Yana, sudah barang tentu kedua orangtuaku tidak mengizinkan aku menginap di hotel seperti yang dilakukan oleh Yulianto, Ali, Debora dan Diana. Aku harus menginap di rumah Bude Yana meski jarak tempuh ke kampus untuk ikut test lumayan jauh.

Bude Yana adalah kakak sepupu dari Papa. Mama dari Bude Yana adalah adik kandung dari papanya Papa dan Bude Yana sudah menjanda tidak punya anak. Keseharian hidup Bude Yana hanya mengharap kiriman setiap bulan dari adik dan kakaknya yang hidup lebih baik.

Maka itu Mama bilang, biaya aku selama 2 malam menginap di hotel lebih baik aku berikan saja pada Bude Yana untuk menyambung hidup.

Malam pertama aku kurang tidur, karena aku tidur sekamar dengan Bude Yana meskipun beda tempat tidur, suara ngorok Bude Yana sangat kencang, ghosttt… ghostt… ghosstt… ghostt… zhreeee… ghossttt… ghoosttt… belum lagi panas, karena kebiasaanku memakai AC di kamarku, sedangkan tidur dengan Bude Yana hanya memakai kipas angin ukuran kecil.

Tetapi tidurku yang kurang nyenyak terbayarkan pagi-pagi. Bude Yana entah tau dari mana kesukaanku, nasi goreng dengan telor ceplok setengah matang.

Saat aku makan, Bude Yana mandi karena Bude Yana mau pergi ke ATM setelah selesai mandi untuk menarik duit kiriman adiknya.

Bude Yana ngomong padaku kiriman dari adiknya tidak seberapa, hanya 5 ratus ribu rupiah, tapi cukup untuk Bude Yana pakai sebulan, karena dari kakaknya Bude Yana juga mendapat kiriman 5 ratus ribu rupiah, total 1 juta rupiah. Cukuplah 1 juta rupiah untuk Bude Yana pakai sendiri jika dipakai irit-irit.

Selesai makan aku menaruh piring bekas aku makan di tempat cuci piring dan pada saat itulah aku mendengar suara aneh dari kamar mandi yang terletak di sebelah tempat cuci piring.

“Aaahhh… ssheee… aahhh… aahhh…”

Ini bukan suara setan, tetapi suara Bude Yana sedang mendesah. Akupun penasaran dan aku berusaha mencari tempat untuk mengintip Bude Yana di kamar mandi.

Tidak terlalu sulit aku mengintip Bude Yana dari lubang kecil di pintu kamar mandi yang dibikin dari seng dan seng itu sudah berkarat, dan ohhh…

Aku bisa melihat tubuh Bude Yana yang sedang telanjang bulat dan kaki kanannya ia naikkan ke toilet, sehingga pahanya terkakang lebar membuat tangan kanan Bude Yana yang sedang memegang timun, timun sepanjang 25 sentimeter itu, gampang ia keluar-masukkan di lubang vaginanya, oh… astaga…

Mataku sampai tidak bisa berkedip melihat Bude Yana masturbasi dengan timun!

Teteknya yang menggelantung ia remas-remas dengan tangan kiri, “Ohhh… sheee… oohhh…” matanya merem melek dan wajahnya terdongak merasakan nikmatnya batang timun itu keluar-masuk di lubang vaginanya laksana sebatang kontol.

Celaka, aku bisa tidak berhasil ujian hari ini, batinku. Tetapi soal ujian Matematika dan Bahasa Inggris tidak serumit yang kubayangkan, karena Yulianto, Ali, Debora dan Diana juga mengatakan soal ujian hari ini gampang.

Kami rayakan keberhasilan ujian kami hari ini di restoran M*c Do***d….

Perut kenyang pulang ke rumah Bude Yana, Bude Yana mampir ke pasar berbelanja. Bude Yana WA aku, kunci rumah diletakkan di bawah pot bunga yang sudah diberi tanda dengan sepotong batu bata.

Tetapi sebelum aku mengambil kunci rumah di bawah pot bunga, aku melihat celana dalam Bude Yana digantung terpisah dari pakaianku dan pakaiannya. Celana dalam Bude Yana digantung di tempat yang tersembunyi.

Terbayang olehku Bude Yana masturbasi dengan timun tadi pagi, aku segera pergi mengambil celana dalamnya yang baru setengah kering itu dan saat kucium baunya ternyata wangi deterjen tidak mampu menetralisir aroma vagina Bude Yana yang berbau amis dan lagi pula selangkangan celana dalamnya juga sudah berwarna coklat.

Aku bawa masuk ke rumah celana dalam itu lalu aku onani di celana dalam itu. Air maniku kubiarkan menetes-netes ke lantai saat aku menggantung kembali celana dalam itu di tempatnya.

Tak lama kemudian Bude Yana pulang dengan sekantong plastik besar barang belanjaan. Aku segera mengambil alih membawa barang belanjaan Bude Yana ke dapur.

Aku hanya membawa barang belanjaan Bude Yana ke dapur, nanti biar Bude Yana saja yang menyimpannya sendiri. Aku kembali ke ruang tamu.

“Aduhh… panas Ri, kaki Bude juga pegel…” keluh Bude Yana dan tidak kusangka tiba-tiba Bude Yana melepaskan kaos yang dipakainya. “Ri, bantu Bude keluarkan kasur dari kamar, Bude mau tidur sejenak ah…”

“Barang belanjaan Bude…?”

“Biarin aja, nggak ada makanan yang basah…” jawab Bude Yana membiarkan aku menatap teteknya yang tadi pagi telanjang dan diremas-remasnya itu, sekarang tertutup BH hitam yang cup BH-nya bulet tebal.

Aku masuk ke kamar menarik keluar kasur dari bahan busa itu ke lantai di ruang tengah dan aku juga membawa keluar sebuah bantal kepala.

Sebelum Bude Yana berbaring, Bude Yana kembali mengejutkan aku. Ia melepaskan celana panjangnya, kemudian ia meletakkan tubuhnya yang berbalut BH dan celana dalam itu di kasur.

Mana tahan, mana kala aku juga membayangkan lubang vaginanya yang tadi pagi dicolok-colok dengan sebatang timun.

“Sini, Ari pijit, Bude…” kataku duduk di dekat kaki Bude Yana dengan gelisah melihat tubuh Bude Yana yang hanya berbalut BH dan celana dalam, seolah-olah aku dianggap oleh Bude Yana masih hijau belum mengerti soal perempuan. “…kalau tidak enak, Bude ngomong ya, soalnya baru pertama kali Ari memijit…”

“Nggak apa-apa, pijit saja.” jawab Bude Yana. “Emangnya yang pinter mijit selalu enak mijitnya? Nggak juga, Bude pernah manggil, dipijitnya sakit banget… Bude gak panggil-panggil lagi dah…”

Aku mulai memijit kaki Bude Yana. Wanita berusia 44 tahun ini kakinya tidak semulus kaki artis sinetron. Kuku di jempol kakinya sudah gundul kedua-duanya. Tumitnya retak.

“Bude tengkurap aja ya, Ri…” kata Bude Yana.

“Ya, Bude…” jawabku.

Bude Yana membalik tubuhnya tengkurap di kasur. “Bukain BH Bude, Ri… sakit tetek Bude kalau masih pake BH kejepit di kasur…”

“Besar sih tetek Bude… tapi kenapa ya Bude, kok tetek Mama kecil, beda ya ukuran tetek setiap wanita?” tanyaku membuka pengait BH Bude Yana.

“Ya, beda…” jawab Bude Yana menyingkirkan BH-nya yang sudah kulepaskan pengaitnya dari dadanya.

“Sini, Bude…” kataku menjulurkan tanganku mengambil BH Bude Yana yang sudah dilepaskan.

Setelah kuambil, Bude Yana yang sedang tengkurap tentu saja ia tidak tau aku menghirup bau teteknya yang menempel di cup BH-nya yang hangat bagaikan roti yang masih ‘fresh from oven’.

“Kalau itu, Bude… yang di bawah… kata orang, semakin besar, semakin enak ya, Bude… maaf ya Bude kalau Ari tanya yang berbau porno pada Bude, karena Ari belum tau, biar Ari tau karena Bude sudah pernah bersuami…”

“Ya, nggak papa, kalau bisa Bude jawab, Bude jawab… kata orang sih gitu… tapi dulu punya Pakdemu kecil pendek…”

“O… gitu ya, Bude…” jawabku sambil memijit punggung Bude Yana yang telanjang.

“Sekarang, punya Bude masih sering dimasukin…?”

“Masukin punya siapa, Bude sudah janda…? Kamu mau, ayo…”

“He.. he.. nggak ah, Bude..” jawabku dengan jantung berdebar ditawari Bude Yana ngentot. “Ari belum bisa, nanti Ari masukin, Bude kesakitan…”

“Pelan-pelan dulu…” jawab Bude Yana. “Ayo, kalau mau… tapi jangan diomong sama siapa-siapa, ya…?”

Bude Yana membalik tubuhnya terlentang di kasur. “Lepaskan celanamu…” suruh Bude Yana sambil ia menurunkan celana dalam dari pinggulnya.

Karena aku belum biasa dan ketakutan juga, kontolku jadi menyusut kecil sewaktu celana pendekku kulepaskan.

“Kamu baring…” suruh Bude Yana. “Nanti Bude bantu isep… punyamu ini pasti gede…” kata Bude Yana memandang kontolku.

Aku berbaring, kemudian Bude Yana mengambil kontolku dimasukkan ke mulutnya. Tak kupikirkan ujian lagi besok saat aku merasa kontolku yang keluar-masuk di mulut Bude Yana itu nikmat…

Kontolku mulai memanjang dan mengeras di mulut Bude Yana. “Kalau terasa mau keluar, keluarkan saja… gak papa di mulut Bude…” kata Bude Yana berhenti menghisap kontolku sejenak, setelah itu dimulainya lagi.

Kini tangan Bude Yana meremas-remas bijiku seperti ia ingin memeras keluar air maniku. Bude Yana berhasil membuat aku sangat nikmat, sehingga pejuku crot di dalam mulutnya.

Croottt… crroottt… crroottt…

Bude Yana tidak mengeluarkan kontolku dari mulutnya, malah pejuku ditelannya….

Setelah itu aku terkapar di kasur berbaring kecapean…

Bude Yana berjalan telanjang bulat ke dapur. Sebentar kemudian ia balik ke kasur. “Sudah hilang capeknya…?” tanya Bude Yana. “Kalau sudah… nih dijilat memek Bude…” suruh Bude Yana meletakkan tubuh telanjangnya di kasur.

Jangankan dijilat, melihat memek Bude Yana saja dan membayang lubangnya dimasuki timun, sudah membuat kontolku setegang pentungan satpam.

“Ari tidak tahan, Bude…” kataku.

“Kalau gitu masukin aja, ayo…”

Kutindih tubuh Bude Yana yang telanjang, sedangkan Bude Yana memegang kontolku yang sudah keras, lalu diarahkan ke lubang memeknya.

“Dorong…” suruh Bude Yana setelah kontolku sudah tepat di tempatnya.

Lalu akupun mendorong pantatku ke depan. Mungkin karena lubang basah itu sudah sering kemasukan batang timun, kontolku langsung amblas masuk ke lubang itu, bleesss… dengan hanya sekali kudorong saja.

Kedua kaki Bude Yana segera merangkul pantatku dan membantu kontolku bergerak keluar-masuk di lubang memeknya yang hangat, licin dan basah.

Belum pernah ngentot, apalagi pikiranku masih membayangkan lubang itu dikocok dengan timun, tidak perlu 15 menit kaki Bude Yana menggoyang pantatku, air maniku sudah menyembur di dalam lubang memek Bude Yana.

Croottt… crroott… crroott…

Setelah itu tubuhku kembali lemas, aku turun dari tubuh Bude Yana dengan kontol yang sudah mengkerut basah berbau amis.

Inilah pengalaman pertamaku ngentot dan Bude Yana sungguh beruntung berhasil mengambil perjakaku.

Malam jadi pendek. Aku satu tempat tidur dengan Tante Yana dan ngentot lagi sampai jam 1 pagi, kami baru tidur.

Paginya tinggal satu hari lagi kami ujian. Setelah selesai ujian, kedua cewek itu segera mengajak kami pulang. Aku tidak bisa meninggalkan mereka, aku ikut pulang meninggalkan Bude Yana di terminal yang mengeluarkan air mata mengantarku.

Bude Yana memelukku erat-erat.

Bude Yana kurang beruntung, aku lolos test tapi tidak jadi kuliah, karena aku juga lulus test di perguruan tinggi negeri. Jelas aku mengambil perguruan tinggi negeri dong untuk kuliahku…

Dan tak lama kemudian, aku mendengar Mama berkata, bahwa Bude Yana hamil. Mama tidak menuduhku menghamili Bude Yana, karena Bude Yana mengakui bahwa ia cinta pada seorang laki-laki.

Setelah berhasil membuatnya hamil, laki-laki itu meninggalkan Bude Yana.

Kini anak hasil hubunganku dengan Bude Yana sudah duduk di bangku SMP kelas 8 dan diangkat papa mamaku menjadi anak, karena Bude Yana tidak panjang umur.

Bude Yana meninggal dunia karena menginap penyakit kanker payudara sudah stadium 4 sewaktu Jennita, anaknya baru berusia 5 tahun.

Dua tahun kemudian Tante Yana dipanggil pulang ke Rahmatullah…

Papa dan mamaku, khususnya Mama yang perasaannya lebih peka tidak pernah bertanya-tanya dengan penuh curiga sampai hari ini pada siapapun , kenapa wajah Jennita mirip dengan wajahku….

s.e.l.e.s.a.i.