Warung “MBAK FITRI”

Warung “MBAK FITRI”

FITRI, seorang ibu rumah tangga yang pintar mencari peluang bisnis.

Begini ceritanya, temen-temen Semproter’s…

Tak lama setelah wanita berumur 27 tahun ini menikah, Fitri memanfaatkan sedikit tanah di depan rumahnya membangun warung yang menjual kebutuhan sehari-hari untuk para tetangganya, karena Fitri pernah ke warung yang tak jauh dari rumahnya, isi warung tetangganya ini tidak lengkap. Fitri mau membeli mie instan, ternyata mie instan yang ingin dibeli Fitri tidak dijual di warung itu. Bawang putihnya saja sudah jelek-jelek. Air minum galon tidak dijual. Apa lagi?

Banyaklah keluhan Fitri terhadap kekurangan warung tetangganya itu, sehingga Fitripun memanfaatkan peluang bisnis tersebut.

Tetapi Fitri tidak pernah menduga jika warung yang dibukanya cepat mendapat simpati para tetangganya. Belum lama dilaunching Fitri sudah tidak sanggup mengelola warungnya dengan baik, apalagi ia mulai hamil, sudah barang tentu ia tidak bisa membawa air galon ke rumah tetangganya, karena warung ‘MBAK FITRI‘ tidak hanya menjual barang-barang secara tradisional, melainkan juga bisa dipesan oleh para tetangganya melalui ‘hot line service‘.

Beruntung adiknya di kampung seusai tamat SMA tidak mau melanjutnya studinya lagi. Fitri lalu menyuruh adiknya datang untuk membantunya di warung. Nanti kalau ia mau kuliah juga bisa.

Ibu mertua Fitri juga sering datang menginap beberapa hari semenjak Fitri hamil. Ibu mertuanya bisa membantu menjaga warung, meski tidak kuat mengangkat air galon, atau beras sekarung, tetapi ibu mertuanya bisa mencatat pesanan para tetangganya, nanti Agus pulang kuliah, Agus yang mengantar, begitu ide cerdas Fitri.

Agus, kalau ibu mertua Fitri datang, Agus tidur sekamar dengan ibu mertua Fitri yang dipanggil Agus dengan ‘bibi’ itu.

Namun pada suatu hari, Fitri menyuruh Agus menurunkan galon kosong dari gudang yang terletak di lantai 2 warung, karena nanti akan ada orang dari agen air minum yang datang mengantar air galon yang baru.

Sudah sering Agus naik ke gudang, tetapi kali Agus naik ke gudang menurunkan belum semuanya galon kosong ke halaman sudah bikin Agus terkejut dan matanya melotot besar.

Dari atas gudang setelah gudang itu sudah dikosongkan sebagian galonnya, mata Agus bisa menjangkau ke kamar mandi dan saat itu di kamar mandi Fitri sedang mandi dengan telanjang bulat di bawah siraman air shower.

Perut Fitri yang hamil besar kelihatan melendung basah, demikian juga dengan payudara Fitri. Sebelum Fitri hamil, payudara Fitri memang kecil, tetapi sekarang Fitri hamil, payudara itu montok sekali dan tampak di tengahnya menghitam oleh aerola dan putingnya, sehingga membuat Agus tidak kuat mengangkat galon kosong turun ke halaman, karena kemaluannya begiii…tu tegangnya sampai Agus merasa selangkangannya sakit.

Maka itu, sejak pagi itu, tubuh Fitri yang telanjang menjadi incaran adiknya untuk dipakai beronani ria di gudang, dan Agus juga mulai suka dengan video porno atau cerita seks macam begini.

Bersambung…​

 

Pada suatu hari, kakak ipar Agus, atau suami Fitri mendapat tugas keluar kota. Suami Fitri berangkat di pagi hari. Pada malam harinya, Agus minta izin pada Fitri ingin nonton di bioskop.

“Bawa kunci rumah ya, Gus… kalau Mbak ketiduran kamu bisa nggak dapat pintu masuk ke rumah lho…” kata Fitri pada adiknya itu.

“Mbak sendiri…?”

“Mbak punya kunci serep…” jawab Fitri.

Agus segera berjalan keluar dari rumah, sudah hampir jam 8 malam pada waktu itu, dan Fitri yang sendirian di rumah segera mengunci pintu rumahnya. Acara televisi tidak ada yang menarik, lalu Fitri masuk ke kamar melepaskan daster hamilnya bertelanjang bulat melakukan video call seks dengan suaminya.

Sementara Agus, bukan pergi ke bioskop, melainkan ia nongkong di warung kopi dekat rumah Fitri memesan segelas es cendol alpukat. Dengan demikian ia bisa minjem wifi untuk browsing cerita porno di hapenya.

Sampai es cendol alpukatnya habis diminum, Agus belum beranjak dari tempat duduknya. Baru jam 10 malam ia melangkah pergi dari warung kopi.

Setelah tiba di depan pintu rumah Fitri, Agus membuka pintu menggunakan kunci yang dibawanya dengan sangat pelan sekali…

Kletekkk…

Agus masuk ke ruang tamu. Lampu ruang tamu sudah dimatikan Fitri. Kamar Fitri juga sepi. Agus lalu memutar gagang pintu kamar Fitri secara ‘slow motion’…

Ahhh… Agus hampir menjerit ketika didapatinya tubuh mbaknya tergolek di tempat tidur dengan telanjang bulat

Agus sungguh beruntung, sehingga tanpa perlu ia repot-repot melepaskan pakaian mbaknya lagi sesuai dengan rencananya.

Agus tidak mau menunggu lama-lama untuk melaksanakan keinginannya. Pelan-pelan ia menggeser kaki Fitri terbuka, sehingga vagina Fitri yang hanya dihiasi sedikit bulu kemaluan itu kelihatan.

Ketika Fitri tanpa bergerak, karena tidurnya sangat nyenyak, sehabis ia tadi phone sex dengan suaminya sampai ia orgasme 2 kali, Agus melepaskan celana panjang jeansnya dan celana dalamnya.

Dengan kontol yang mengacung tegang Agus naik ke tempat tidur menjilat vagina Fitri. Setelah vagina Fitri cukup basah, dengan posisi berlutut di antara kedua paha mbaknya yang terbuka lebar, Agus mendorong kontolnya masuk ke lubang vagina mbaknya.

Srettt… srettt… srettt… Agus mendorong pelan-pelan kontolnya masuk ke lubang vagina Fitri dan pada saat yang sama…

Bersambung lagi…​
Fitri bermimpi didatangi suaminya dan menyetubuhinya, sehingga Fitri memberi lubang vaginanya dimasuki terus oleh kontol Handoko, malahan Fitri tersenyum nikmat saat lubang vaginanya sudah penuh dan digenjot.

Tidak perlu lama, sekitar 5 menit tusukan kontol Handoko berlangsung di lubang vagina Fitri, Handoko sudah melepaskan air maninya di dalam vagina Fitri, kemudian Handoko mencabut kontolnya turun dari tempat tidur.

Agus masih sempat mengambil tissu di meja membersihkan air maninya yang merembes keluar dari lubang vagina mbak-nya. Setelah itu baru ia memungut pakaiannya di lantai keluar dari kamar Fitri menutup kembali pintu kamar Fitri.

Agus merasa puas setelah hasratnya tertuang semuanya ke dalam lubang vagina Fitri, kakaknya. Ia memakai kembali celananya, lalu membuka pintu rumah, Agus pergi nongkrong lagi di warung kopi yang belum tutup.

Fitri bangun tidur mendapatkan vaginanya agak basah, tetapi Fitri tidak pernah curiga ia disetubuhi adiknya, karena kamar Agus masih gelap.

Jam 1 dinihari Fitri baru mendengar pintu rumahnya dibuka. Fitri keluar dari kamarnya menemui Agus yang membawa 2 bungkus mie goreng.

“Kamu makan aja, Mbak nggaklah…” jawab Fitri saat ditawari Agus. “Kalau nggak habis, dimasukin ke kulkas ya…”

“Ya, Mbak…” jawab Agus masih merasakan nikmatnya lubang vagina mbaknya yang tadi meremas-remas batang kontolnya, sehingga sewaktu Fitri mendekati tempat duduk Agus, Agus berani memandang perut Fitri dan berkata pada Fitri, “Semakin besar ya, Mbak…”

“Iya, satu setengah bulan lagi Mbak sudah mau melahirkan…” jawab Fitri mengelus-elus bagian bawah perutnya.

“Boleh aku pegang, Mbak…”

“Ya, boleh…” jawab Fitri memberikan perutnya yang besar itu dielus Agus dan dicium Agus.

Lalu Fitri mengajak Agus menemaninya tidur selesai Agus makan. Mana Agus menolak ajakan Fitri?

“Kamu kuliah saja Dek, nanti warung… biar Mbak minta Bibi yang jaga…” kata Fitri pada Agus.

“Nggak Mbak, aku pengen pacaran aja… biar cepet nikah…” jawab Agus.

“Kok…?” tanya Fitri bingung dengan jawaban adiknya.

“Aku pengen istriku hamil kayak Mbak, biar aku bisa ngelus-elus perutnya…”

“Mmmmm…” gumam Fitri menarik hidung Agus dengan gemes.

Malam itu mereka lewati dengan tidur nyenyak. Jika Agus mau ngeseks dengan Fitri gampang saja, tetapi Agus tidak mau, karena Agus takut kejadiannya tadi justru membuka boroknya.

Malam kedua…

Malam ketiga…

Malam keempat…

Nafsu Fitri ingin ngesek naik lagi meskipun ia sering dibuat tertawa terpingkal-pingkal oleh cerita Agus yang lucu-lucu dan ia sempat menolak halus Agus sewaktu bibirnya mau dicium. “Jangan Dek, ini Mbakmu… kalau gak tahan, sana… keluarkan di kamar mandi…”

“Jika Mbak ngizinin aku ngocok…”

“Ya, Mbak ngizininlah…” sambar Fitri cepat. “…Masmu aja masih suka ngoo..ocok kok…”

“Maksudku…” balas Agus. “…kalau Mbak mengizinkan aku… mmm… mmm… ngocok di depan Mbak…”

“Mmmmmm…” gumam Fitri dengan gemasnya ia menarik hidung Agus.

Agus tidak mendiamkan Fitri, sekalipun ia akan diusir oleh Fitri dari rumah, Agus secepatnya memeluk Fitri dan merenggut bibir Fitri.

Sampai disini… Fitri sudah tidak mampu menolak Agus. Payudaranya diremas Agus…. karena napsu Fitri ingin ngentot sudah menggerotinya sejak tadi siang saat Handoko meneleponnya dari luar kota yang belum bisa pulang karena masih melakukan pekerjaannya untuk beberapa hari ke depan.

Lidah Fitri berputar-putar di dalam mulut adiknya itu, dan tangannya juga sibuk merogoh keluar kontol Agus dari celana pendek Agus. Setelah itu kontol Agus yang tegang panjang dikocoknya, sambil lidahnya menari cha-cha-cha bersama lidah Agus.

Fitri seperti seorang binor yang dicumbui selingkuhannya. Fitri kalau dibilang ia hyper ia tidak bisa terima, karena hari-hari biasa sebelum ia hamil ia tidak senapsu begini, mungkin terbawa orok di dalam perutnya.

Maka itu Fitri tidak segan-segan mengulum kontol Agus, adiknya itu. Sementara Agus mengoral vagina Fitri sampai lidahnya masuk ke dalam lubang vagina Fitri. Anus Fitri juga dijilat.

Fitri bangga pada adiknya yang mau menjilat anusnya, sedangkan Handoko tidak, padahal Fitri ingin sekali-sekali diajak anal oleh Handoko, tetapi tidak.

Agus mengecup-ngecup biji itiel Fitri yang sudah membengkak besar, tanda Fitri sudah sangat terangnya. Fitripun menggelinjang. “Truss… di biji kacangku itu, Dek.. mau kamu gigit juga boleh, nikmat sekaliiii… ooohhh….” racau Fitri lupa pada Handoko yang mungkin sedang menunggunya ingin melakukan phonesex.

Sebentar lagi Fitri akan orgasme. “Trusss… Dek… trusss… trussss… trussss… OOOGGH….! AAAGGH…! AAAAAAAAAAGGGGGHHHH….” jerit panjang Fitri kemudian. “Nikmaaa…aattnyaa, Dek… uuuggh… terima kasih ya, Dek…” kata Fitri lemes. “Kamu sudah bikin Mbak sangat puas… ayo, sekarang ngentot Mbak, tapi perut Mbak jangan ditindih…”

Agus memasukkan kontolnya ke lubang vagina Fitri dengan berlutut. Setelah kontolnya tenggelam diemut lubang memek mbaknya itu, Agus menggenjot lubang itu dengan sepenuh gairah.

“Nikmat ohhh… Mbak, nonok Mbak…” racau Agus.

“HI.. HI.. PENGEN NIKAH LAGI…?”

Agus menggeleng. “Aku pengen menikah dengan Mbak saja… bukan yang lain setelah merasakan nikmatnya lubang nonok Mbak…” jawab Agus, tak lama kemudian ia mengejang di dalam lubang vagina Fitri.

Croott… croottt… crroottt… crroott…

Fitri membiarkan sperma Agus menyirami rahimnya. Rasanya begitu nikmaaa…aattt…

Istirahat sebentar mereka bercumbu lagi, lalu ngentot lagi untuk yang kedua kalinya dengan gaya berbaring posisi miring…

Selesai yang kedua kali, untuk yang ketiga kalinya, Fitripun nungging di tempat tidur sampai dadanya menempel di tempat tidur, sedangkan pantatnya mendongak supaya lubang anusnya gampang dimasuki kontol Agus.

Fitri memintanya. Fitri ingin sesekali merasakan ‘anal sex’. Fitri menilai kontol Agus yang berdiameter cukup besar itu memenuhi syarat.

———————————————————————

Ibu mertua Fitri datang pada keesokan paginya.

Bu Jum tiba-tiba datang ke warung menegur Agus, “Tong, hapemu ada dimana? Dari tadi Ibu telepon pengen pesen telor gak diangkat-angkat ya… nanti telormu yang Ibu minta untuk dimasak balado, ya…!!!” omel Bu Jum yang terkenal judes, wajahnya tidak pernah tersenyum itu.

Bersambung…​