Mak Odah
Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu dimana saat itu aku baru saja menyelesaikan kuliahku. Sambil menunggu panggilan dari berkas-berkas lamaran pekerjaan yang telah ku kirim ke beberapa perusahaan, aku memilih untuk pulang ke desa.
Kecuali hari raya, desaku relatif sepi dan tenang karena penduduknya lebih banyak yang bekerja di kota-kota besar termasuk semua saudaraku sehingga praktis di desa yang tinggal umumnya para orang tua saja. Di rumahku yang terbilang luas hanya tinggal Bapak, Ibu serta Nenekku, bahkan seringnya hanya dan Nenekku saja yang selalu ada karena Bapak bersama Ibuku seringnya pergi bersama untuk mengurus usaha dagangnya yang terkadang berhari-hari hingga kalau tidak ada aku otomatis Nenek sendirian di rumah, tetapi untungnya seperti lazimnya kehidupan di desa dimana biasanya satu keluarga besar tinggal berdekatan sehingga banyak saudara yang dengan senang hati menemani Nenek apabila Bapak dan Ibuku pergi meskipun aku ada di rumah, salah satunya adalah Mak Odah. Dalam silsilah keluarga Mak Odah ini pernahnya sepepu Nenekku, dia sudah seperti Nenek sendiri dalam keluargaku.
Rumah Mak Odah yang berada persis di belakang rumahku sudah menjadi rumah kedua bagiku, aku sudah tidak canggung-canggung lagi memasuki rumahnya, tak jarang aku menginap disana setelah mengobrol dengan suaminya Nek Odah.
Suaminya Mak Odah seorang aparat desa yang kerjanya mengurus air untuk pesawahan. Biasanya kalau aku datang kami asik mengobrol ngalor ngidul dan biasanya menjelang tengah malam dia beranjak keluar rumah untuk mengontrol pembagian air atau berkumpul bersama teman-temannya di balai desa hingga subuh, aku pun melanjutkan mengobrol dengan Mak Odah dan terus tidur di rumahnya, pagi-pagi setelah ngopi bersama suami Mak Odah aku pun kembali ke rumah.
Seperti biasa, kalau sedang ada di rumah, biasanya sepanjang sore kubahiskan waktu untuk duduk-duduk di gubuk di belakang rumah sambil terkadang memperhatikan Mak Odah yang berada tak jauh dariku. Terus terang, saya senang sekali mencuri-curi pandang pada gundukan payudaranya yang hampir menyembul dari belahan dasternya, pahanya yang sekali-sekali tersingkap jika Mak Odah menungging, atau memeknya yang membayang dari celana dalamnya yang jelas terlihat sewaktu Mak Odah berjongkok.
Suatu saat, dengan tidak sengaja, Mak Odah membungkuk kearah ku, kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya jelas-jelas terlihat. Mungkin karena gerah, Mak Odah tidak mengancingkan hampir separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku langsung ereksi, kalau nggak cepat ngacir, mungkin Mak Odah bisa melihat tonjolan batang kontolku di celanaku.
Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mak Odah memberikan tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang duduk sambil bertelanjang, aku hanya memakai celana parasit pendek. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum habis tidur siang. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan menyiangi rumput, Mak Odah nggak sengaja jongkok tepat di depan mataku hingga dengan jelas aku dapat melihat gundukan memeknya yang mulus tercukur.
Ya ampun, mungkin Mak Odah lupa memakai celana dalam !!!. Kontan aku jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, hingga membuatku nggak peduli lagi sama batang kontolku yang udah keras menjulang dan tampak jelas menegang dari balik celanaku, dan aku baru sadar sewaktu Mak Odah tampak terbelalak melihat kontolku.
Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke kamar mandi di belakang rumah yang berada tak jauh dari tempatku.
Di dalam kamar mandi, langsung ku pelorotkan celanaku dan mulai mengocok kontolku, tapi tiba-tiba pintu kamar mandi yang lupa ku kunci terbuka, nampak Mak Odah berdiri di ambang pintu dengan tangan kanannya yang masih memegang sapu.
Mak Odah menatap kontol ku yang tegang mengacung, kemudian menatap wajahku. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan kocokan ku.
“Ya ampun!”, hanya itu yang keluar dari mulut Mak Odah, entah apa yang dia maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mak Odah melihat kedua tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai memerah. Ku kocok lebih cepat lagi hingga kedua biji kontolku bergerak ke sana ke mari seirama kocokan pada batang kontolku, sementara Mak Odah hanya terpana melihat apa yang sedang ku lakukan.
Dan tak kusangka, Mak Odah ternyata beranjak masuk sambil menutup pintu kamar mandi di belakangnya. Mak Odah mendekatiku sambil mulai melepas satu persatu kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mak Odah tidak memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar-benar membuatku terangsang, walaupun sudah turun namun ukurannya besar.
Beruntung saat itu suasana lagi sepi dan lagi bentuk kamar mandi yang berpintu 2 dengan tembok tengah sebagai penyekat setinggi 2 meter membuatku semakin berani, karena seandainya ada orang masuk ke kamar mandi yang sebelah pasti akan menyangka Mak Odah sendiri yang berada di dalamnya, dan kalau sudah selesai nanti aku dapat memanjat tembok penyekat dan keluar dari pintu sebelah.
Aku bergerak kedepan menyongsong Mak Odah, sambil tanganku berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya., sambil meremas-remas payudaranya ku peluk pinggang Mak Odah dengan mulutku yang terbuka dan lidahku menjulur keluar. Ujung lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mak Odah yang besar dan kecoklatan, kontolku serasa akan meledak, dengan tergesa-gesa, aku mengisapi dan meremas teteknya yang lain dengan tanganku.
Mak Odah lalu menggenggam batang kontolku dan meremas ujung nya, lalu mengocoknya seperti yang kulakukan tadi.
Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mak Odah meraih tanganku dan menggosok-gosokan ke memeknya. Mak Odah semakin membuatku terangsang dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya.Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum lagi tetek Mak Odah sementara tanganku yang lain meremas remas tetek yang lain membelai dan memencet pentilnya.
Tangan Mak Odah yang sedang menggenggam batang kontolku lalu menariknya ke memeknya.
Mak Odah melenguh ketika ujung kontolku menyentuh memeknya. Mak Odah kemudian duduk di bibir bak mandi sambil kemudian mengangkang-kan pahanya yang langsung kuhimpitkan badanku ke tubuh Mak Odah dengan wajahku ku susupkan dicelah kedua payudaranya.
Tangan Mak Odah lagi lagi mencengkram pantatu dan kemudian menariknya hingga batang kontolku masuk ke dalam memeknya. Kemudian kudorong dengan pinggulku sampai setengahnya.
“Sshh…egh..!” Mak Odah mendesis.
Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum kedua teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan Mak Odah mulai ikut ikut menggoyangkan pinggulnya menyambut tusukkan-ku. Tubuh mak Odah terkadang menggelinjang dengan mulut yang mengerang lirih.
Tidak berapa lama kemudian tubuh Mak Odah bergerak liar, desisannya terdengar tertahan. Batang Kontolku kemudian menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari memeknya.
Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa akan keluar, kudekap pantat Mak Odah erat-erat dan ku benamkan batang kontolku sedalam dalamnya.
Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan air mani keluar, jauh didalam memek Mak Odah. Separuh orgasme, kutarik keluar kontolku dan menyusupkannya di celah antara kedua payudara Mak Odah yang besar itu lalu kutekan kedua bulatan payudara Mak Odah agar menghimpit batang kontolku sambil menggosok-gosokannya terus sampai air maniku seluruhnya keluar membasahi dagu, leher dan dada Mak Odah, Mak Odah tampak tersenyum kapadaku.
Setelah itu kukenakan celanaku, sambil tersenyum aku lalu memanjat dinding penyekat kamar mandi dan keluar dari pintu satunya. Sewaktu hendak memanjat kedua tanganku sempat meremas-remas kedua payudara Mak Odah yang di tanggapi Mak Odah dengan tertawa pelan.
Setelah kejadian itu, kalau ada kesempatan, aku dan Mak Odah tak pernah berhenti untuk saling bergelut memuaskan gairah seks bahkan hingga sekarang.
Tamat