Kesayangan Bule Tati
Silahkan menikmati ceritanya, mohon maaf masih belajar menulis. Semoga suka dengan tulisannya.
Untuk orang daerah yang baru tinggal di Jakarta, hidup tidaklah mudah. Biaya hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah tidak membuat gaji belasan juta terasa wah. Apalagi kalo ingat-ingat punya cicilan rumah di kota asal saya dan berbagai kebutuhan lainnya.
Saya Aim, Cerita ini bermula di awal tahun 2012 ketika saya berusia 27 tahun dan memutuskan untuk menerima pekerjaan di Jakarta. Saya merasa berada di kota kelahiran saya yang kecil, tidak akan membuat saya lebih maju dan berkembang lagi.
Saya yang baru di Ibukota ini mencoba berbagai cara untuk dapat hidup lebih irit, agar bisa menabung dari gaji yang saya terima setiap bulannya. Salah satu cara yang saya lakukan adalah dengan menumpang di kerabat saya di Jakarta.
Bule tati Namanya. Dia adalah istri dari adik ibu saya. Saya merasa nyaman untuk tinggal di tempatnya karena almarhum paman saya dulu pernah berutang budi kepada kedua orang tua saya. Bule Tati sudah menjanda hampir 8 tahun lamanya. Saat ini dia tinggal di kompleks kecil berada di belakang daerah Kuningan Jakarta, dekat dengan kantor saya. Bule memiliki kos-kosan yang banyak diisi oleh pekerja kantoran sederhana yang merantau ke Ibukota. Ia hanya tinggal sendiri, kedua anaknya sudah menikah dan tinggal di luar kota.
Setelah diskusi Bule melalui telepon dengan Ibu saya, akhirnya sepakat bahwa saya bisa tinggal di tempat Bule untuk sementara.
Bule Tati ini Wanita berusia 52 tahun. Ia memiliki rambut ikal sebahu, payudara besar, perawakan montok, kulit sawo matang khas STW jawa. Parasnya tidak jelek, manis khas Wanita jawa dengan pipi yang chubby dan bibir yang tebal. Ia memiliki watak yang periang dan ramah dengan siapa saja, pantas saja penghuni kos-kosan miliknya betah.
Minggu-minggu pertama saya tinggal dengan bule, saya belum merasakan keanehan. Mungkin karena masih canggung, karena sudah lama sekali gak bertemu. Hari berjalan seperi biasa, saya ngantor, ngegym, pulang lalu tidur. Hingga setelah beberapa lama, saya mulai nyaman bercerita sama bule tati dan kamipun mulai akrab.
Keanehan mulai terjadi ketika suatu waktu sepulang kerja, saya mandi dan saya keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk. Saya melihat bule sering mencuri pandang ketika saya bertelanjang dada. Namun saya tepis, mungkin hanya perasaan saya saja.
FYI, saya memiliki badan yang lumayan kekar. Dengan tinggi 175, kulit coklat dan otot yang lumayan berisi. Kebiasaan ngegym dari kota lama saya dulu memang tidak berubah. Saya emang hobi dan agak-agak narsis orangnya. Mungkin itu yang membuat bule tidak tahan melihat saya bertelanjang dada.
Kejadian kedua adalah ketika suatu pagi, Bule tati berusaha membangunkan saya untuk mandi dan pergi bekerja. Saat itu saya sudah setengah terbangun ketika Bude masuk ke kamar untuk membangunkan dengan menepuk-nepuk paha saya.
Saya selalu tidur bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, saya merasakan tangan bule menggerayangi dada, perut dan bulu-bulu halus yang tumbuh dibawah pusar saya. Saat itu saya pura-pura masih tertidur untuk menantikan apa yang selanjutnya terjadi..
“Aim bangun yuk cepetan, udah jam segini, mandi dulu gih, udah disiapin sarapan di meja ya” Ujarnya cepat sambal keluar menuju ruang makan.
Sejak kejadian-kejadian itu, aku selalu sengajakan untuk bertelanjang dada di rumah dengan alasan hawa Jakarta yang panas. Sekalian memancing siapa tahu kejadian yang diinginkan terjadi hehehe.
Ternyata sejak sering kupancing-pancing, aku merasa Bule malah sengaja. Dia sekarang sering menggunakan daster you can see yang tipis. Tidak jarang ia tidak menggunakan BH. Bisa kulihat dari siluet daster yang ia kenakan. Apakah ini kode? Aku malah semakin penasaran ingin memancing lebih dalam lagi.
Hingga akhirnya, aku menemukan momen yang tepat…
Setelah mandi melepas Lelah habis gym dan bekerja seharian, seperti biasa aku sengaja bertelanjang dada, hanya menggunakan boxer pendek tipis tanpa celana dalam. Saat itu Bule Tati sedang menonton TV, mengenakan daster tipis you can see berwarna putih motif bunga, terlihat tidak mengenakan BH. Wah momennya pas nih, aku memutuskan untuk menemaninya menonton TV.
Aku langsung duduk di sebelahnya sambil berbasa-basi
“Lagi nonton apa Bule?” tanyaku penasaran begitu melihat tayangan iklan
“Nonton berita aja nih le, sinetron gak ada yang rame sekarang. Monoton gitu-gitu aja ceritanya, males” Jawabnya (Aku kadang suka ia panggil “Lek” karena sudah dianggap anak sendiri)
“Iya sinetron sekarang ceritanya gitu-gitu aja, Cuma jual muka artis pemerannya aja” Timpalku
“Nah itu, Bule biasanya nonton kalo ada artis favorit Bule aja, kamu tau gak si D*** H****? Yang ganteng-ganteng kalem itu, yang dadanya bidang hihihi” Bule tertawa genit
Aku melihat kesempatan memancing “Wah Bule seleranya yang muda dan gagah gitu ternyata, kangen digagahi ya?” Kuberanikan untuk semakin memancing
Sontak Bule langsung mencubit perutku “Nakal ya kamu, ya kangen donk, kan udah lama banget Bule sendirian hihihi” Bule sambal tertawa centil
Aku langsung mengikuti irama percakapan untuk memancing lebih dalam lagi, kurubah posisi dudukku yang tadinya menghadap TV menjadi menghadap bule dan melingkarkan tangan kiriku ke sofa belakang bule, mengambil posisi duduk lebih dekat dengan Bule. Aku mencoba menunggu reaksi Bule yang merubah posisi dudukku, dia tidak merubah posisi duduknya, hanya sesekali melirik ke arahku, tetapi masih menghadap TV. Kulanjutkan percakapanku untuk Kembali memancing
“Bule emang gak pengen nikah lagi?” tanyaku
“Pengen sih pengen, Cuma Bule udah tua gini apalagi sih yang dicari? Dulu pernah beberapa kali ada yang deketin setelah Pak Le mu meninggal, Cuma Bule gak sreg. Bule sendiri juga udah nyaman kok. Kamu sendiri pindah ke Jakarta gini, pacarmu ditinggal donk disana?” Tanyanya lanjut
“Udah lama putus Bule, sekarang lagi fokus mau bangun karir sama cari uang aja yang banyak, nanti kalo udah banyak uang juga banyak yang deketin” jawabku sekenanya
“Emang sekarang gak ada yang deketin, wong ganteng gini masa gak ada yang deketin?” tanyanya dengan nada bercanda
“Yang deketin sih banyak Bule, Cuma mending cari duit dulu Bule” jawabku
“Iya udah bener kaya gitu sih, terakhir kapan kamu pacaran le?” tanyanya lebih lanjut
“Udah 2 tahunan bule, dulu putus juga karena terlalu sibuk kerja, jadi tak pikir mending single dulu aja biar fokus kerjaan bule” jawabku
“Wah udah lama donk gak dapet belaian Wanita hihihi” pancingnya dengan tawa genitnya
Aku langsung ikut terpancing “Kalo mainan sih banyak Bule waktu masih di M*****, sekarang kan udah pindah jadi belum kenal siapa-siapa hahaha, jadi belum beredar lagi” tawaku santai
“pantesan bule liat ada body lotion sama tissue di pinggir tempat tidurmu” Bule dengan genitnya mencubit pahaku, wah mulai terpancing pikirku
“Iya Bule, kalo cowo kan gak bisa ditahan-tahan, ntar malah jadi mumet. Bule sendiri kalo lagi pengen gimana?” Melihat Bule sudah berani bertanya sedalam ini, aku coba bertanya lebih dalam lagi
“Ya sama lah le, Bule juga kalo udah panas banget ya pake tangan sendiri aja, ndak berani Bule main nakal disini, nanti jadi omongan tetangga kalo ketauan, kan malah jadi aib to” ujarnya. “kamu udah jago donk, udah banyak mainan di kotamu dulu kan?” senyumnya genit
“Jago apa dulu nih Bule?” tanyaku dengan menatapnya tajam.
“jago itulah hahaha, jago apa kek, jago ciuman gitu hihihi” Dia menjawab sambal tertawa, terlihat tidak santai tawanya
“Ciuman yang mana dulu nih Bule? Cium bibir yang atas apa yang bawah?” senyumku genit
Sontak dia mencubit perutku lagi sambal tertawa “hahahaha kamu nakal banget ternyata le, tak kira di daerah anaknya alim-alim to”
Kusengajakan tidak lanjut bertanya atau membuka obrolan. Aku fokus menatap Bule yang pura-pura fokus menonton TV. Dari posisi duduknya dia sudah terlihat “panas”. Kubiarkan hening beberapa waktu agar pikiran Bule agak liar dulu kemana-mana. Lalu kumulai beranikan diri memegang pahanya.
Aku mulai mengelus-ngelus pahanya, kusingkap sedikit roknya ke atas. Lalu kulihat reaksi Bule, dia hanya diam mematung. Si otong di bawah sudah keras sekali, aku sudah mulai tidak sabaran. Kulanjutkan elusanku agak ke pangkal paha, ternyata Bule sudah tidak mengenakan CD lagi. Bule tetap tidak bereaksi apapun. Akupun mulai mendekatkan posisi dudukku ke dekat Bule. Tanganku mulai bergerilya ke gundukan di pangkal paha…
Kurasakan gundukannya bersih tidak ada bulu sama sekali. Jari tengahku mulai mencari belahan Bule. Tiba-tiba Bule menyandarkan dirinya ke sandaran sofa. “Aku lanjut cium ya Bule?” tanyaku. “hmmm” dia hanya berdehem, aku tidak mengerti apakah itu tanda persetujuan atau bukan, tetapi pahanya melebar, kuanggap dia setuju dan aku terus melanjutkan permainan.
Aku langsung melumat bibir tebal Bule sambil jari tengahku masih bermain menggesek belahan kewanitaannya. Desahan Bule kubungkam dengan ciuman panas. Kumainkan lidah dan bibirku. Kuselingi ciumanku dengan jilatan di dagu, leher dan belakang telinga. Bule terlihat makin gelisah. Kurasakan tanganku yang memainkan belahannya semakin basah. Kucari lobang kenikmatan Bule, dan langsung kumasukkan perlahan jari tengahku. Desahan Bule semakin menjadi, ia ikut mengelus-ngelus bulu halus yang tumbuh di belahan dadaku. Sontak aku merasa seperti kesetrum dan semakin panas.
Di tengah permainan aku berbisik “Aku cium yang bawah ya bule?” Bule masih mendesah dengan permainanku dan tidak menjawab. Kuhentikan permainan tanganku di gundukan kenikmatannya. Aku langsung mengambil posisi jongkok di bawah sofa. Kuambil remote TV dan kubesarkan volumenya, khawatir terdengar oleh anak-anak kost yang berada di atas.
Kusingkap dasternya lebih atas lagi, bude mengangkat pantatnya untuk memudahkanku menyingkap. Kupandangi Gua gerba milik bude. Bersih, tidak ada bulu, terlihat terawat. Akupun mulai melancarkan serangan. Kuciumi dan kujilati mulai dari area bawah pusar. Kucoba bermain-main dulu menciumi area sekitar belahan kenikmatannya. Bule ternyata semakin menggelinjang. Tiba-tiba tangannya memegang belakang kepalaku dan mengarahkannya untuk mencucup lubang kenikmatannya.
Ternyata Bule sudah tidak sabar…