Life of JB

Selamat pagi/siang/sore/malam para suhu-suhu dan pembaca sekalian.

disini, izinkan saya mencoba untuk membuat sebuah karya saya yang pertama (benar-benar pertama). Sebelumnya saya tidak pernah membuat cerita di forum manapun, dan hanya menjadi penikmat cerita dari suhu-suhu lainnya.

mohon dimaafkan jika penulisan masih jauh dari kata bagus.

Cerita ini udah nggak 100% fiksi, hehehe. 10-15% dari kehidupan tl ts. jadi sisanyaa hasil saya membaca berbagai cerita dari suhu-suhu yang sudah tidak asing di forum ini yang menjadi inspirasi. jadi jika ada sedikit kemiripan, mohon dimaafkan.

semoga dapat dinikmati

Si mas dan mba-mba yang terlibat :

Juan Bagaskara

Julianna Anggita

Emily Angelia

Yoceline Salsabila

Natasya Ardiana

Gabriella Annastasya

Novita Farhanni

Karina Silviana

.
.
.

PROLOG

Ah, hidup memang penuh dengan misteri. Kita tidak akan tau apa yang akan terjadi kedepannya. keputusan-keputusan yang kita ambil, orang-orang yang kita sayangi, semua mempunyai misteri masing-masing. Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha untuk menjalani hari demi hari sebaik mungkin. Mempertahankan apa yang pantas untuk dipertahankan, dan relakan jika memang itu bukan jalan yang diberikan Tuhan.

Bagaikan rollercoaster, hidup memang selalu penuh kejutan, dan juga selalu berpindah, kadang diatas, kadang dibawah. Hal ini yang membuat kita dapat belajar dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita, baik buruknya.

Cukup dengan wejangan-wejangannya. sepertinya aku belum pantas untuk memberikan hal seperti itu, lebih baik kita kembali ke laptop.

Perkenalkan, amaku Juan, Juan Bagaskara. Usiaku 19 tahun, dan saat ini sedang menjalani kesibukan sebagai mahasiswa di salah satu universitas yang menyandang nama bangsa ini, di fakultas ekonomi. Aku tinggal di kosan sekitar kampusku, karena aku merupakan mahasiswa merantau dari kota yang cukup jauh, sehingga kata ‘PP’ atau pulang pergi = bunuh diri. Berbekal dengan keyakinan dan dukungan dari keluargaku, aku memulai perjalanan kuliahku disini, dari suka dan duka, tawa dan luka, hingga cinta dan permusuhan. Selama hidup disini, sangat banyak hal-hal yang tak terduga sebelumnya terjadi dalam hidupku. hal-hal inilah yang menguatkanku, tapi disaat yang sama juga membuatku down. Tetapi, satu hal yang kutahu adalah jatuh itu wajar, tetapi kita harus terus bangkit ketika terjatuh dan kembali berjalan dan mencapai apa yang kita doakan dan citakan.

Sepertinya perkenalan kembali tidak apa-apa yah hehe. Aku Juan Bagaskara, orang biasa memanggilku dengan Juan, tetapi untuk teman-teman terdekatku dan keluargaku memanggilku dengan sebutan JB atau jebe, ya seperti penyanyi yg sudah beristri seorang model yg sangat cakep itu.

Part 1 – Welcome to the new life!

Saat ini aku sedang berada di ruang keluarga rumahku, dengan perasaan tegang dan bimbang antara aku, kakakku dan juga kedua orang tuaku. Bagaimana tidak, karena kami semua sedang menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru yang menjadi ajang penentu bagi semua murid yang mendaftar untuk berkuliah. Pengumuman ditulis akan diberitahukan pada pukul 15.00, tetapi bukan orang indonesia jika tidak ngaret. Tetap saja, semua orang sudah bersiap bahkan satu jam sebelumnya, begitupun dengan keluargaku yang sudah standby dari jam 14.30. Sejujurnya aku tidak se-excited itu untuk menunggu pengumuman seperti ini, karena menurutku jika kita sudah ditakdirkan untuk diberi tempat disitu, maka akan terjadilah. Begitupun sebaliknya. Jadi aku cukup santai (bukan menganggap remeh ya) karena aku cukup yakin dengan apa yang kukerjakan saat ujian penerimaan sebulan lalu.

dan ketika pengumuman sudah muncul…

‘Selamat! anda diterima pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas i !’

“JEBEEEE!!! KAMU MASUK NAAAAKKK, IBU BANGGA BANGET SAMA KAMUUU” teriak ibuku dengan senangnya dan mencium keningku berkali-kali.

“selamat yaa nak, ayah bangga sama kamu. tapi ingat, perjalananmu baru saja dimulai” kata ayahku sembari merangkulku.

“Hebat juga lo dek, bisa masuk. traktir gue yah.” Kata juliana anggita, kakakku. tepatnya kakak sepupuku. Ia tinggal bersama kami sejak kecil, karena orangtuanya yang mengalami kecelakaan sehingga meninggal dunia saat Kak juli masih berusia 4 tahun. Jadi Ibuku sebagai adik dari ibunya kak juli berinisiatif untuk merawat dan membesarkan kak juli.

Yah, respon kakakku ini memang selalu berbeda dengan orangtua ku, bahkan tak jarang ia meremehkanku dengan bilang “main mulu kamu dek, mau masuk gasih?”. padahal memang kebetulan setiap aku sedang bermain, ia selalu main masuk kekamar ku dan memarahiku sesuka hatinya. Tapi aku sudah kebal dengan segala kata-kata ‘mutiara’nya. tetapi, tak jarang ia mentraktirku atau sekedar meng-check out-kan barang dari toko online ketika aku ingin membeli sesuatu. yah, karena ia sudah bekerja juga di Ibukota sebagai staff marketing di suatu start-up yang jika disebut sudah pasti tau. Ya jadi aku tetap sayang sama kak juli dan membiarkan dia memarahiku sesuka hatinya dan aku tidak pernah baper.

“Makasih yaa yah, bu, udah dukung jebe sampe sekarang, tapi sebentar lagi kita bakal pisah dong, karena aku harus ngekos disana.” kataku dengan nada yang cukup sedih.

“Nggak apa-apa nak, kami bangga kamu bisa masuk di universitas itu, yang merupakan favorit setiap anak dan menjadi kebanggan setiap orang tua diluar sana”

Setelah prosesi peluk-pelukan, aku masuk ke kamarku dan melihat sekelilingnya..

“terima kasih kamarku, kita sudah berjuang bersama hingga dititik ini. blood, sweat, tears, dan juga desahan para wanita yang menemani kita selama ini.”

tentu saja desahan wanita ini berasal dari situs pekob yang kalau disingkat jadi salah satu restoran pizza. Karena aku belum pernah melalukan esek-esek, begitupun memegang kepemilikan perempuan-perempuan, karena aku sudah terlanjur nyaman dengan status ‘single dari lahir’ ini. Kalau berbicara fisik, sebenarnya penampilanku yaa lumayan lah. tinggi 178 cm dengan berat sekitar 68 membuatku mempunyai badan yang proporsional. selain itu, aku cukup rajin melakukan home workout denga peralatan seadanya seperti barbel, alat untuk pull up, yoga mattress dan juga hand grip. aku juga rutin untuk melakukan jogging, kira-kira 3-4 kali seminggu sehingga badanku cukup berbentuk dan dapat terjaga. rambut gondrong yang kuikat kebelakang, dan juga brewok tipis yang kupunya ini seharusnya cukup untuk memikat satu dua wanita pikirku. Tampang mungkin L-men, tetapi hatiku adalah bebelac. Dan memang benar adanya, ada wanita yang menyukaiku saat masih di SMA, tapi aku memang sedang menikmati kesendirianku ini, karena aku bebas untuk berteman dengan siapa saja, laki-laki atau perempuan, tanpa ada yang melarang. Sehingga aku tidak meresponnya.

Kembali kepada kamar ku. setelah memandang sekeliling, kurebahkan diriku pada kasurku lalu tidur untuk sejenak. tak lama saat aku hampir menuju alam bawah sadarku…

“jebeeee” panggil kakakku

“yaaa kak” aku membalas

“kakak masuk yaa”. belum sempat ku membalas, kak juli sudah masuk dikamar ku dan langsung duduk disampingku.

“maafin kakak yah, udah sering marah-marahin kamu.” katanya

ohhh bisa minta maaf juga toh manusia ini. aku berpura-pura diam saja seperti tidak terjadi apa-apa

“kamu masih marah ya sama kakak?” lanjutnya. Kembali, aku masih diam saja.

finee.” kak juli menghela nafas. “kamu mau apa?”

perlahan senyumku mengembang.

“nahh gitu dong kakkk hehehe.” senyum penuh kemenangan mulai kurasakan

“Aku mau dipeluk…” lanjutku.

“HAH apaansih dek kamu tuhh hahahah”

“aku serius kak, aku tuh kangen dipeluk kakak.”

“hmmm gitu yaaa, yaudah deh sini kakak peluk kamu.” akhirnya akupun dipeluk oleh kakaku yang cantik ini.

Kakakku, Juliana anggita adalah seorang perempuan cantik yang berusia 24 tahun, terpaut 4 tahun dariku. Dia sangat pintar dan lulus dengan predikat cumlaude, bahkan sudah menandatangani kontrak bekerja sebelum wisuda. Dia juga berkuliah di tempat yang akan menjadi rumah keduaku selama kurang lebih 4 tahun ini. Kak juli mempunyai badan yang ramping, dengan dada yang sangat proporsional dengan badannya yang bak model itu. ditambah dengan rambut panjang sepunggungnya yang berwarna hitam indah itu menambah kesempurnaan kakaku ini. kalau saja dia bukan sepupuku dan tidak tinggal bersama kami, sudah ku kejar sampai dapat ini, hehe. Sebenarnya dia sudah mempunyai pacar, albert kalau tidak salah namanya, tetapi belum lama ini putus, karena albert ketahuan selingkuh. aneh ya, sudah dapat Kak juli yang super ini, masih aja diselingkuhin. Aku juga bingung, kenapa orang kalau sudah pacaran malah suka lirik orang lain. Makanya aku cukup senang dengan ke-single-an ku ini.

Setelah dipeluk, aku merasa sangat tenang, tetapi sedih, karena aku tidak akan menikmati pelukan ini dalam waktu dekat.

“kak, aku bakal kangen momen-momen seperti ini, momen kakak meluk aku, marahin aku, traktir aku, semuanya.”

“iyaaa adek, aku juga bakal kangen jahilin kamu hihi.” kata dia dengan senyumnya. astagaaa senyumnya indah banget woiii. huhh kalau bukan kakak udah kusikat itu bibir.

tapi eh tapi…. tiba-tiba saja kak julia mencium bibirku. meskipun sekilas, tapi sangat kurasakan bibirnya yang hangat menempel di bibirku.

“kak jul-”

“udah terima aja, anggep aja kiss goodbye, enak kan? hihihi.”

ya enak lah, kalau boleh nambah. kalau boleh ga ditempel doang.

“hmm iya kakk ehehe.”

“kalau ip mu bagus, entar kakak kasih lagi deh.”

wowowow tentu saja aku jadi semangat kalau seperti ini.

“oke kakkk, akan kuingat kata-kata kakak ini. jangan ingkar yaaaaa!”

“iyaaa adeekku yg ganteng ini tp ga laku-laku.” katanya sambil mencubit pipiku dengan gemas

“bukannya galaku kak, tapi belum oper for offer aja” balasku

“halah halaah dah kayak apa aja kamu dek. dah sana beli kopi, nanti kakak bayar.”

“waaahh kakak emang dabestt dah udah baik cantik dan suka traktir adeknya hehehe.”

“hmmm iya iyaaa dah buruan pesen, kakak mau mandi dulu.” katanya sembari pergi keluar kamarku. aku hanya mengiyakan dan segera menuju ponselku untuk memesan melalui jasa ojek online.
.
.
.
.
Hari demi hari berlalu hingga aku harus berpisah dengan kakakku terlebih dahulu yang hendak kembali ke ibukota untuk bekerja, karena sejatinya dia pulang kerumah ini karena mengambil jatah cutinya selama 3 hari. Kami berpisah dengan saling memeluk dan sekali lagi, ia mencium bibirku–kali ini lebih lama–dengan lembut tanpa ada proses lebih lanjut, karena aku takut jika aku membalas malah akan menimbulkan dampak yang negatif. Setelah kepergiannya, tak lama aku juga ikut pergi meninggalkan kedua orangtua ku untuk memulai kehidupanku di kampus baruku.

“bu, pak, jebe berangkat dulu ya, doakan jebe bisa lancar kuliahnya dan lulus tepat waktu yaa.” kataku

“iyaa nakk, kami akan selalu mendoakan dan mendukungmu, kalau butuh apa-apa bilang yaa nak, pasti akan kami sediakan untukmu.”

“terima kasih banyak bu, pak untuk semuanya..” tangisanku tak dapat kubendung, dan sontak saja aku memeluk mereka berdua, dan mereka menangis sambil mengelus kepalaku.

“hati-hati ya naak, kami harap kamu sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk, kami percayakan sepenuhnya kepadamu nak…dan jaga dirimu, serta orang-orang yang menyayangimu.”

hmmm entah apa maksudnya di kata-kata terakhir itu, tapi aku setuju dan mengangguk saja. Lalu aku berangkat dengan vespa primavera kesayanganku. motor ini merupakan hadiah dari orangtua ku saat ulang tahunku yang ke-17. Memang cukup mahal, tapi bapakku tiba-tiba saja membelikannya, padahal aku hanya bercanda saat bilang ingin motor itu. yah, memang orang tua ingin anaknya yang terbaik, jadi ya mana mungkin aku tolak haha.

yaaa, sebelum kalian bertanya-tanya, jarak kota tempat tinggalku jauh dengan kampusku, tetapi kenapa aku membawa motorku? simpel saja, karena aku butuh motor disana, dan ingin jalan jauh hehe. dan untuk barang-barangku akan diantar oleh jasa ekspedisi setelah aku menemukan kosanku
.
.
.
.
.
Setelah perjalanan kurang lebih 3 jam, sampailah aku di kampus ini. kampus yang terkenal selain akan namanya, juga dengan luasnya yang… well….. luas. bahkan ada bus yang khusus beroperasi di kampus ini untuk mengantar para mahasiswa menuju fakultasnya masing-masing.

Ketika aku berkendara mengelilingi kampus ini, rasa kagumku sangatlah memuncak. selain luas, kampus ini juga sangat hijau karena banyak pepohonan dan ada hutan tersendiri ditengah kota ini yang sumpek. Setelah dirasa cukup berkeliling, aku berhenti di gedung administrasi untuk melakukan pendaftaran ulang dan memberikan berkas-berkas yang diperlukan untuk diserahkan kepada pihak kampus. Lalu aku kembali duduk diatas motorku yang berwarna hitam ini sambil melihat sekeliling, sampai pada akhirnya mataku tertuju kepada sosok perempuan yang cantik, ya, sangat cantik…. istilahnya too good to be true. Siapakah perempuan itu… apakah dia mahasiswa baru juga… ataukah mahasiswa lama… terlalu asik diriku melamun sehingga tidak sadar bahwa aku dipanggil oleh satpam kampus untuk memindahkan motor karena ini adalah parkiran mobil…

“aduh maaf banget yaa pak, saya nggak tau kalau ini parkiran mobil..” kataku

“iya mas gapapa, tapi lain kali jangan ya mas…” kata bapak itu yang bernama pak mulyanto.

“kalau mau parkir ada di pojok kanan situ mas..” lanjutnya kembali sambil menunjuk arah yang dimaksud.

“ohh begitu ya, okedeh pak makasih banyak yaa pak… mari pak” balasku yang dibalas oleh senyumnya.

huhh padahal lagi asik memandang pemandangan indah dari kampusnya–maksudku penghuni kampusnya…. Sepertinya aku harus mulai mencari tahu siapa dia… kali aja dia bisa menjadi pac-temanku.

karena berkas yang diperlu sudah kuserahkan, akan lebih baik kalau aku segera mencari kos-kosan disekitar sini. Lalu aku berangkat dan mencari kos-kosan yang kebetulan sudah direkomendasikan oleh bapakku. setelah beberapa saat berkeliling, akhirnya ketemu juga kosan yang dimaksud, yaitu kos-kosan pondok cemerlang. mencari kosan ini cukup membingungkan, karena banyaknya kosan disekitar sini. setiap gang mempunyai beberapa kosan baik kosan pria maupun perempuan, bahkan campur. Lalu aku masuk dan kebetulan disambut oleh sang penjaga kos yang belakangan kuketahui bernama bapak karyadi.

“permisi pak, kalau mau ngekos disini gimana yaa?” tanyaku

“Ohh masuk aja mas kedalem, kebetulan penanggung jawab kosannya lagi ada tuh, cari aja namanya ibu rahma. biasanya dia di ruangannya.”

wow, ada ruangan khusus penanggung jawab kosan yaa. cukup menarik.

“okedeh pak makasih banyak yaa pak, mari pak.” setelah itu aku masuk dan memarkirkan blackie–sebutan untuk motorku–di parkiran yang ada. setelah itu aku masuk dan mencari ruangan yang dimaksud oleh pak yadi. setelah ketemu, aku mengetok perlahan dan ada ajakan untuk masuk.

“permisi, dengan ibu rahma yaa? kataku.

“iya dengan saya sendiri, mau ngekos disini? balasnya.

“Sebelumnya perkenalkan bu, saya juan, dan benar, saya ingin ngekos disini bu. kebetulan saya sepertinya sudah direkomendasikan oleh ayah saya, ehm, bapak Johan.” lanjutku. mungkin dengan menyebut nama ayahku dapat membuat lebih akrab.

“ohh kamu anaknya johan tohh.” katanya yang kubalas dengan senyum dan mengangguk “johan itu kerabat saya pas masih kuliah, dan kami masih cukup sering berkomunikasi.” lanjutnya. Ah, mendengar ini sedikit membuatku lega, karena setidaknya mereka saling mengenal.
Setelah ibu rahma menjelaskan tentang kosan ini dan sistem pembayarannya, ia menunjukkan kamar kosannya kepadaku, sebuah kamar kosan dilantai dua dengan luas kurang lebih 3×3 meter, dengan kamar mandi dalam dan sebuah AC karena daerah ini terkenal panasnya nggak punya adab. Setelah kurasa cukup, aku memutuskan untuk ngekos disini, selain itu aku juga mendapat potongan bayar sebesar 15%, karena ayahku sering membantu dia semasa kuliah katanya. hohoho tentu saja ini merupakan hal yang baik. Semoga, hal-hal baik lainnya akan datang menghampiriku selama aku tinggal dan kuliah disini, batinku.

Waktu menunjukkan pukul 3 siang dan aku sedang rebahan di kamarku sembari melamunkan semua yang sudah terjadi sampai saat ini, mulai dari masa-masa sma ku yang biasa saja haha. hingga akhirnya aku kembali memikirkan kejadian pagi tadi, ketika aku menemukan seorang perempuan yang sangat menawan diriku ini, senyumnya yang dapat membius siapapun yang melihatnya tak pandang bulu. Ah, kuharap kita dapat bertemu lagi, wahai wanita yang sudah mengambil hatiku….
.
.
Aku terbangun, lalu merasa sedikit bingung… “dimana ini?” Ah, aku tersadar, bahwa aku sekarang sudah berada di kosanku, rumahku selama kurang lebih 4 tahun kedepan. aku pun sedikit tersenyum, lalu memutuskan untuk keluar untuk mencari makan, dan berbelanja peralatan mandi. saat aku ingin mengambil blackie ku diparkiran, aku melihat seorang perempuan, ya, perempuan yang telah membuat ku jatuh pada pandangan pertama itu, sedang berdiri dan menatap pada ponselnya dengan sedikit tegang. Pikiranku kembali menerawang jauh, apa yang dilakukan dia di kosan ini, apakah dia menunggu temannya, atau… “OHHHH.” jangan-jangan dia juga penghuni kosan pondok cemerlang ini. wow kebetulan sekali pikirku kalau memang dia merupakan salah satu penghuni kosan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui pak yadi untuk bertanya tentang kosan ini.

“permisi pak, saya mau tanya-tanya tentang kosan ini gapapa ya pak?” tanyaku

“ohh mari-mari mas tanya ajaa hehe.” katanya sambil memberikanku segelas kopi susu. “Nih mas, sruput aja, saya lupa tadi udah ngopi, tapi malah nyeduh lagi.” Aku mengangguk lalu menerima kopi dari Pak Yadi.

“Jadi kosan ini khusus laki-laki atau bukan ya Pak?”

“oalah kamu nanya itu toh, hihi udah gasabar ngajak mba pacar kesini yaa?” katanya sambil mengangkat alisnya.

“b-bukan gitu Pak, aduh saya mana punya pacar, baru juga datang kesini hari ini masa iya udah ada pacar ajaa hehe. yaa mungkin beberapa bulan lagi kali Pak hehe.”

“hmmm dilihat dari tampangmu ini sih, paling lama 3 minggu lagi udah ada gandengan yang masuk ke kamar kamu mas.”

“hahaa aminin ga ya pak?” sambil tertawa kubilang itu.

“terserah kamu aja mas, tapi iya, kosan ini campuran, laki-laki perempuan boleh ngekos disini, tapi dipisah lantai dan gedung. Jadi Gedung A adalah tempat kamu dan laki-laki buat ngekos, sedangkan gedung B yang diseberangnya adalah kosan untuk perempuan.” Dia begitu serius menjelaskan dan aku hanya ngangguk saja mendengarnya.

“ohh kebetulan Pak, saya mau tanya, kalau wanita yang it- EHH kok ilang?!” perempuan yang kumaksud pun sudah tidak ada ditempatnya sebelumnya. ketika aku menoleh sekeliling, ada mobil yang baru keluar pintu gerbang kosan ini. “sepertinya dia ada didalam mobil itu.” Akupun segera bergegas untuk mengambil motorku dan berniat untuk mengikutinya, entah kenapa feelingku mengatakan untuk mengikutinya.

“Pak bentarr yaa saya mau keluar duluu cari makan.” kataku ke Pak Yadi

“Oh siap-siap mas, titip nasi padang bolehlah hehehehe.” candanyaa

“iyaaa Pak gampang itu.” kurasa itu cukup lah untuk bertukar dengan informasi yang kudapat tentang kosan ini. walaupun masih sangat sedikit, tapi tidak apa. Setelah pamit, aku langsung memacu blackie agar tidak ketinggalan jauh dari mobil jazz hitam itu. Tak lama kemudian, aku dapat menemukan mobil itu, dan perlahan mengikutinya sambil menjaga jarak yang cukup agar tidak dicurigai oleh sang pengendara. Setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya mereka berhenti di suatu warung makan yang lebih terlihat seperti food court, karena banyak makanan yang ditawarkan, seperti nasi goreng, nasi uduk, sate padang, hingga jus buah, dan minuman boba. Perkiraanku benar, wanita itu turun dari mobil, dan bersama seorang laki-laki yang sudah pasti aku tidak kenal. yaiyalah, kan aku baru aja nyampe disini, masa iya udah kenal ama orangnya. Setelah kuparkirkan blackie, aku menuju kursi yang berada tidak jauh dari mereka, dengan harapan bisa sedikit mendengar percakapan mereka. tak lupa aku memesan nasi goreng, dan juga es teh manis. sebuah kombinasi yang perfect. sambil menunggu, akhirnya aku mulai mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka.

“Kamu itu yaa yo, katanya udah ga berhubungan ama putri, tapi nyatanya apa?! aku liat kamu kemaren asik banget jalan berdua di mall sambil pegangan, malah rapat betul jalannya udah kayak pake lem aja.” kata si perempuan.

“aku bisa jelasin, Em. dia kemaren ngajak aku jalan soalnya dia sedih banget, habis denger berita keluarganya mengalami sebuah musibah. jadi kupikir aku iyakan saja ajakannya sekaligus menghibur dia.” lanjut si laki-laki

“Dio, oh dio. kamu tahu kamu udah punya pacar yang lagi duduk dihadapanmu ini. kok masih aja mau nemenin cewe lain, malah berdua doang lagi. Iyasih, kamu menghibur dia, tapi sekaligus kamu menyakiti aku yo.” kembali perempuan itu melanjutkan pembicaraan mereka

“Tapi gimanapun juga, putri itu sahabat aku dari kecil, em. aku udah lengket banget sama dia, udah saling tau satu sama lain, dan udah saling bantu dari dulu. bahkan aku juga sempat su- tunggu sebentar em, putri nelpon. sepertinya penting.” kembali lelaki berbicara, lalu mengambil jarak untuk mengangkat teleponnya.

aku yang terlalu asik mendengarnya hingga lupa bahwa nasigoreng ku sudah ada dari tadi. akhirnya aku makan dulu sambil menunggu kelanjutan dari obrolan mereka ini. Setelah beberapa saat, lelaki yang bernama dio itu kembali kehadapan wanita itu.

“Em, maaf, tapi aku harus pergi. ini urgent. putri butuh bantuanku. nanti kita lanjutkan lagi pembicaraan ini. sekali lagi maaf, emily.” Kata dio lalu beranjak dari kursi mereka dan segera pergi dengan mobilnya dari food court ini.

“Kok aku masih bisa yaa stay sama kamu, yo. bingung sendiri aku. Dah sana, pergi. urusin aja putri itu yang lebih penting dari aku.” Setelah itu, aku dapat melihat bahwa dia mulai meneteskan air mata. Aku paling gatahan liat perempuan diperlakukan seperti ini. sudah jelas perempuan ini pacarnya, tapi masih saja pergi ninggalin buat cewe lain dengan embel-embel ‘teman sejak kecil’. harusnya temannya itu sudah paham kan kalau si Dio ini punya pacar. Oh, atau mungkin memang Dio juga senang jika sama Putri. Ah, tau ah. bingung sendiri aku dengan pemikiran kaumku sendiri. Mungkin karena aku belum pernah ya. Tak lama, sang wanita cantik ini beranjak dari kursinya dan sibuk memainkan ponselnya itu, lalu ia menerima telpon yang dapaat kusimpulkan bahwa ia sedang telponan dengan abang ojol. ah, pasti ia mau pulang ke kosan ya, aku harus mengambil kesempatan ini untuk berkenalan dengan dia. Kali aja, dia memang satu kosan denganku. Bagaikan orang sudah kenal lama, aku langsung menghampirinya dan berkata “Hei mba, kamu mau pulang ke kosan kan? mau bareng ngga?” tanyaku dengan sopan.

“K-kamu siapa? kita tidak pernah bertemu sebelumnya? bagaimana kamu tahu bahwa aku akan ke kosanku? apa kamu ini penjahat ya? TOLONG, TOLO-” Dengan sigap aku menutup mulutnya dengan tanganku dan berbisik “aku bukan penjahat, aku hanya ingin mengantarmu ke kosanmu. itu saja. Kosanmu di Pondok cemerlang kan?”

“K-kok kamu tahu?” balas si perempuan.

“ya karena aku melihatmu tadi di kosan, berdiri dengan tidak tenang seperti menunggu seseorang.” lanjutku “aku juga penghuni kosan pondok cemerlang.”

“maaf, tapi aku bukan penghuni kosan pondok cemerlang, memang betul aku baru dari sana, karena habis dari kosan temanku. Sekarang aku permisi karena ojol ku sepertinya akan sampai sebentar lagi.”

“Tunggu! apakah aku boleh mengantarmu ke kosanmu? aku serius bukan penjahat. hmm bagaimana ya mengatakannya, jadi aku sebelumnya dari gedung administrasi kampus untuk menyerahkan berkas daftar ulang, lalu aku sempat melihat kamu, dan y-yaa…. kurasa kamu sangat cantik, dan aku ingin berkenalan denganmu.” kaataku dengan malu-malu. yaa gimana brader, ini pertama kalinya ajak kenalan stranger. Belum lagi entar dikira penjahat mau apa-apain, padahal niat baik hanya ingin berkenalan, kalau bisa ngajak jalan juga sih, hhehe.

“Begini deh, kalau kamu mau ikut, nanti aku traktir kamu jus buah? gimana?” lanjutku

“heyyy kamu kira aku apaan ditraktir jus buah langsung jatuh kepelukanmu gitu?!” balas dia. Astaga, serem juga cewe kalau udah ngomong gini, bisa mati berdiri aku kaalau gini terus.

“traktir aku nasi padang!” katanya.

YAAMPUN, cuma naik satu level doang ternyata hahaha.

Deal.” kataku dan menjulurkan tanganku. “Juan, Juan Bagaskara. Biasa dipanggil jebe.”

dia membalas tanganku dan menjabatnya. “Emily. Emily Angelia. panggil aja Em”

“Baiklah, mari kita berangkat.” kataku sambil menuju blackie yang terparkir ganteng. padahal mah biasa aja, kayak parkir motor pada umumnya. cuman aku yang terlanjur cinta berat sama motorku ini. tidak ku modif, hanya mengganti spion handlebar dan menambah beberapa stiker di bagian depan.

“tunggu, aku harus membatalkan ojolku karena dia sudah datang. aku akan menemuinya sebentar.” Setelah emily menemui kang ojol dan membatalkan, tak lupa memberi ongkos karena bagaimanapun juga ia harus membayar ojol ini yang sedang mencari nafkah untuk keluargnya dirumah sana.

Setelah itu ia langsung naik ke motorku dan kita berangkat menuju warung nasi padang, sambil mendengarkan arahan dia, karena aku memang tidak tau tempat ini sama sekali. rasanya aku perlu menghabiskan satu hari dilain waktu hanya khusus untuk berkeliling daerah ini.

Akhirnya kami sampai di warung nasi padang yang dari luar tidak begitu besar, tetapi ketika masuk sangat ramai. Kata emily, disini tidak mahal, tetapi enak. jadi pas di kantong mahasiswa dan warga yang tinggal disekitar sini. Setelah masuk dan memesan, aku tidak memesan, hanya membungkus untuk Pak yadi seporsi paket rendang, sedangkan Emily memesan paket Ayam bakar.

“Kok kamu gamesen be?” tanya emily.

“tadi aku udah makan ditempat kamu sama cowomu makan. siapa namanya? dio ya?” tanyaku.

“Ssttt. jangan sebut-sebut nama dia. aku sedang marah kalau denger nama dia. Bisa-bisanya ninggalin cewenya gitu aja karena temennya nelpon. hebat betul sih kalian para lelaki ini.” katanya.

“yaa aku juga gatau em, aku belum pernah pacaran, jadi aku belum bisa mengiyakan atau menyangkal perbuatan cowo seperti itu.” lanjutku

“tch, jawaban aman. gamau nyari masalah ya? hihi.” lanjutnya sambil tersenyum. astaga senyumnya gila bangeett brooo.

“udah, makan dulu aja sana, entar keselek aja. aku gamau tanggung ya.”

“ihhh yaudah iya iya.” akhirnya emily melanjutkan makannya.

lalu aku melihat bahwa ada sebutir nasi entah kenapa bisa berakhir di pipinya yang putih dan mulus itu. langsung saja aku meraih pipinya, dan sontak dia kaget.

“Ehh mau ngapain kamu bee?” tanyanya

“ehh maaf-maaf, ini ada nasi di pipi kamu, daripada di pipi, mending aku taro sini aja.” kataku lalu mengambil nasi itu dan menempelkannya di hidungnya.

“JEBEEEE!!” teriak dia tentu membuat beberapa pembeli melihat kearah kami. aku hanya tertawa saja dan dia menyubit pipiku.

“aduh, aduhhhh sakit emmm iyaa ampun ampuunn.” kataku memohon kepadanya.

“huh enak aja, aku gamaafin kamu.”

aduh makin runyam masalahnya. jebeee, jebeee, usil banget sih ke orang baru dikenal udah begitu.

“aduhh aku beneran minta maaf, nanti aku beliin deh nasi padang lagi besok atau kapanpun kamu mauuu. ya ya maafin yaa?”

“NGGAK! aku gamaafin kamu kalo kamu ga beliin aku dimsum!”

astaga, ternyata larinya ke makanan lagi ya kalau lagi ngambek.

“iyaa iyaaa nanti kita beli dimsum yang manapun yang kamu mau terserah.” akupun pasrah saja

“BENERR YAAA?? YEES JEBE BAIK DEH KEREN BANGET.” teriaak dia dengan riang

aduh-aduh, rasanya aku sudah tertinggal 50 tahun dalam mempelajari wanita.

Setelah selesai makan, kamipun pergi dan membeli dimsum didekat situ sesuai permintaan dia. dia membeli 2 porsi dimsum atau setara 8 potong. Gilaa, nih cewe perutnya karet apa gimana, ga kenyang-kenyang. tapi badan bagus bener. Ah entahlah. Mungkin memang hidup itu tidak adil.

Kamipun meneruskan perjalanan kami menuju kosan emily, yang bernama kosan empat mawar. kosan ini tidak terlalu jauh dari kosanku, tetapi berbeda arah jika berangkat dari kampus. kosanku belok kiri, dan kosan dia lurus dari gerbang keluar kampus. Setelah sampai di kosannya, akupun ingin bertanya apakah dia maba atau bukan.

“Em..”

“yaa be?”

“kamu itu bukan maba yaa?

“ngga be, aku semester 3 sekarang.

“ohh, kalau boleh tau jurusan apa kamu em?”

“aku manajemen…”

JLEBB. Wah ini pasti takdir pikirku. ketemu orang cantik dan tiba-tiba adalah kating atau kakak tingkatku di jurusan yang sama.

“aku juga manajemen em….”

“WAAAAH kebetulan banget yaaa… kita bisa ketemu lagi dan kamu bisa traktir aku dimsum terus dong hihihi.” katanya

“kalau gitu yang ada aku bangkrut em hehe.” balasku

“oh iyaa be, aku kan panitia ospek fakultas ya, kurasa kita akan bertemu nggak lama lagi.”

“wah asik dong bisa ketemu kamu terus nantii hiyaa hiyaaa.” kataku

“itumah enakmu doangg be. ehh tapi gapapa deh, kalau dilihat-lihat mukamu ga mengecewakan kokk.”

busettt itu kata-kata damagenya gede banget, tapi disatu sisi ini bisa jadi lampu hijau kan? kali ajaa bisa lebih kedepannya, yaa who knows?

“hmmm iya iyaa, yaudah deh aku pamit dulu ya em, ini pesenan Pak Yadi entar keburu gaenak lagi. ciaoo!”

Okeee bee, thanks for today. hati hati yaa dijalan.”

aku kembali melanjutkan perjalananku pulang untuk kembali ke kosan. setelah sampai dikosan akupun langsung memberi seporsi nasi padang ini kepada Pak Yadi yang sedang asik nonton tv. tentu saja dia menyambutnya dengan penuh rasa senang, dan tentu rasa lapar. Tak lupa aku sudah berbelanja peralatan mandi yang akan kugunakan nantinya. Setelah masuk kamar, aku langsung mandi, dan setelahnya merebahkan diri di kasur. Tetapi aku merasa ada suatu hal yang kurang…. OH IYA! KENAPA GAMINTA KONTAKNYA?!??!??!?!?

Bersambung…

yuk bisa yuk…
bisa gila