Perjalanan Binalku
Chapter 1: Kran Air
Perkenalkan namaku Lasmini. Panggil saja aku Lasmi. Aku tinggal bersama suamiku, Dani, di sebuah rumah kontrakan. Kami baru pindah di kota B. Mas Dani bekerja sebagai kontraktor yang baru merintis. Dan aku berprofesi sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit tak jauh dari rumah yang aku tempati sekarang.
Ini adalah tahun kedua pernikahan kami. Meski belum dapat momongan, hubungan kami tetap harmonis.
Kebutuhan seks satu sama lain tersalurkan dengan baik.
“Sayang, kita main yuk” ajak Mas Dani. Jam menunjukkan jam 7 pagi. Masih banyak waktu sebelum jam 1 siang Mas Dani berangkat untuk meeting proyek pembangunan sebuah gedung instansi pemerintahan. Ini bukan proyek satu-satunya yang pernah dia kerjakan. Tapi sebagai seorang kontraktor yang baru merintis perusahaannya sendiri, adalah proyek terbesar pertamanya.
“Yuk”, jawabku mengiyakan. Sebagai istri shalihah, melayani suami adalah kewajiban. Lagipula meeting juga masih lama. Masih banyak waktu untuk kami menghabiskan waktu memadu kasih.
Kebetulan juga hari ini off kerja. Karena kemarin aku double shift menggantikan perawat yang tidak masuk kerja.
Kusambut bibir mas Dani. Kulumat bibirnya dengan bibirku. Kubuka bibirnya dengan lidahku, dan lidahku juga mengajak lidahnya untuk menari bersama.
Sementara itu tangan Mas Dani bergerilya melepas gamis dan jilbabku. Tidak butuh waktu lama melakukannya karena aku pake model gamis yang lebar tapi simple.
Sekarang hanya tersisah BH dan celana dalam. Mata Mas Dani tertuju pada dua gundukan besar di balik BH. Ya, untuk ukuran wanita normal, payudaraku termasuk besar, kira-kira 36D jika melihat dari ukuran BH yang aku pakai.
Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kulepas tali BH di belakang dan payudara yang tadinya bersembunyi, kini “cilukba” siap untuk dijamah oleh sang tuan yang tak lain adalah suamiku tercinta, Mas Dani.
Dijilatnya putingku menggunakan lidahnya. Bergantian kanan dan kiri. Lembut. Sangaat lembut. Tidak ada satu wanita pun yang nggak melayang kalo mendapatkan perlakuan penuh cinta dari Mas Dani.
“Sayang, boleh ya aku jilatin vagina kamu. Please. Kali ini aja.” pintanya.
Belakangan ini aku merasa ada yang aneh pada diri Mas Dani. Sudah beberapa kali dia minta yang aneh-aneh saat kami bersetubuh. Katanya, itu namanya fantasi.
Aku nggak mau menuruti kemauannya Mas Dani. Tapi kali ini entah kenapa aku mau. Meskipun, membayangkannya saja jijik.
Aku hanya ingin Mas Dani tenang karena sebentar lagi dia akan ada meeting dengan pejabat. Jika ini deal, sudah dipastikan keuntungan bersih 10 Milyar dalam waktu 6 bulan pengerjaan.Itu lebih dari cukup untuk bisa beli tanah dan membangun rumah impian kami.
Sementara kaku berbaring di atas kasur, aku biarkan kedua tangannya membuka celana dalamku. Kutekuk kedua kakiku, agar membuka jalan supaya Mas Dani dapat menjilat vaginaku dengan leluasa.
Jijik! Lubang pipis kok dijilatin. Sebagai seorang tenaga kesehatan yang selalu menjaga kebersihan, saya tahu betul bahwa lubang pipis itu adalah tempat yang kotor.
“Ah…” Tiba-tiba desahan mengalir dari mulutku. Aku yang awalnya merasa jijik, lama-lama merasa keenakan. Kulirik ke ke bagian vagina, Mas Dani sedang menjilati vaginaku dengan sangat rakus. Mungkin karena dia merasa telah berhasil mewujudkan fantasinya. Kadang dia gigit kecil-kecil bagian klitorisku.
Oh ternyata rasanya nikmat banget. Mungkin karena ini adalah kali pertama kemaluanku dijilat, sehingga aku agak salah tingkah di awal. Tapi sekarang, hanya rasa enak tiada tara yang mendominasi pikiranku.
“Ternyata enak juga ya”, kataku. Sambil mendesah. Yang membuat pak suami semakin bergairah dan mempercepat jilatannya.
“Ah.. ah… ah… emmhh…” hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku. Menikmati jilatan-jilatannya yang kian erotis.
“Kriiiinnnng” ponsel Mas Dani berbunyi. Dia nggak mengindahkan panggilan telepon. Sampai pada bunyi yang ketiga, barulah dia menghentikan jilatannya karena berisik mengganggu konsentrasi.
“Mengganggu saja,” katanya kesal.
Ternyata itu dari Pak Heru, orang dalam pemerintahan yang jadi “mak comblang” proyek.
“Baik pak saya segera kesana” itu kata terakhir Mas Dani sebelum dia menutup ponselnya.
“Sayang, sorry ya. Aku harus pergi ke kantor secepatnya”
“Loh mas, tanggung ini lagi enak. Please” pintaku dengan tatapan mata sayu. Seperti ada rasa nikmat yang tertahan.
“Iya dek. Mas juga pingin, tapi ini juga benar-benar mendadak. Ada yang harus didiskusikan sama Pak Heru dulu dan ini penting banget. Nanti setelah mas pulang kita lanjut lagi ya. Lagian air di kamar mandi kan belum ditampung. Nggak cukup buat mandi besar. Sabar ya dek.”
Sejak menikah sampe sekarang, baru kali ini aku memelas saat berhubungan seks. Biasanya nggak kayak gini. Entah kenapa, ada sensasi tersendiri saat klitorisku bertemu dengan lidah Mas Dani. Dan aku merasa memperoleh kenikmatan baru.
Oh Lasmi, kemana aja sih kamu dari dulu. Nyesel kan kenapa baru sekarang nurutin fantasi suamimu.
“Ya udah deh mas.” jawabku. Pasrah. Aku titip doa semoga proyek besar ini lancar.
Keran kamar mandi kami memang sedang rusak. Aliran airnya sangat kecil sehingga kalo mau mandi airnya harus ditampung dulu. Mau dibenerin, cuma belum ada waktu. Kami berdua sama sama sibuk.
Meski Mas Dani adalah seorang kontraktor, tapi bukan berarti bisa melakukan hal kecil bagi seorang tukang bagunan. Karena Mas Dani adalah kontraktor, bukan tukang atau kuli bangunan. Mau cari tukang, tapi kami masih baru di lingkungan ini.
Kembali kukenakan gamisku yang tadi. Bedanya kali ini bagian bawahnya sudah basah oleh cairan alami yang dihasilkan oleh vagina. Aku tidak mengenakan BH karena jilbab lebar saya rasa sudah cukup menutup payudaraku.
Kuantar mas Dani ke pintu gerbang. Diciumnya keningku dengan lembut.
“Semoga sukses ya mas” doaku sembari bibir kami bertemu berpagutan untuk kali terakhir sebelum dia berangkat.
Di rumah kontrakan yang cukup besar ini, aku duduk sendiri di sofa. Termenung.
Kuminum segelas minuman bersoda yang aku ambil dari kulkas. Aku harap itu dapat meredakan gejolak birahiku yang belum tuntas.
Kucoba meraba bagian bawah. Betapa basahnya vaginaku. Aku makin gak karuan.
Tanpa sadar cairan pelicin alami di vaginaku semakin banyak. Aku bingung harus gimana. Sementara gairahku makin memuncak.
Secara refleks aku elus elus klitoris dengan jari telunjuk sebelah kanan. Hm… enak juga. Kuusap-usap dengan cairan yang dihasilkan oleh vagina.
“Oh… nikmat…” aku baru tahu ini yang namanya masturbasi. Aku sering dengar tentang itu, tapi belum pernah melakukannya sepanjang hidupku.
“Ah…” aku terus menggesek klitoris. Lalu Jari tengahku masuk ke dalam vaginaku sendiri. Masuk, keluar, masuk, keluar.
“Emph…” hingga tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang beda yang belum pernah aku rasakan selama ini.
Kurasakan payudaraku memadat membusung. Mataku agak melotot. Apakah ini yang namanya orgasme?
“Oh… ah… emph….” seluruh tubuhku bergetar. Ternyata ini yang namanya orgasme. Baru kali ini aku merasakannya. Begitu nikmat. Berarti selama ini aku belum pernah orgasme. Hanya sekedar merasakan “enak”.
Memang sih selama ini kami nggak pernah main lama lama. Permainan seks aku dan Mas Dani biasa aja. Paling lama cuma 5 menit dan aku anggap itu normal. Aku nggak pernah cari tahu dari siapapun. Toh kami menikmatinya.
Aku baru benar-beanr mengerti tentang orgasme dan masturbasi, justru di saat aku sudah menikah.
Lalu tiba-tiba…
“Ting tung… Assalamualaikum” bel berbunyi.
Pasti itu dia orang yang akan memperbaiki aliran air di rumah. Aku merapikan gamisku. Memastikan wajahku tidak kucel gegara masturbasi.
“Fendi?” kataku kaget. Aku tak percaya siapa yang aku lihat sekarang.
“Lasmi? Kamu tinggal di sini?” tanya orang itu.