[Fan Fiction] Lamunan di Beranda (The Story About Jessie)
HIDDEN LUST Entah mengapa pagi ini datang menyapa dengan lebih cerah. Matahari pagi bersinar terang namun hangat. Burung lamat-lamat terdengar berkicau dari kejauhan. Angin yang bertiup perlahan menambah indahnya suasana pagi ini. Di permulaan hari ini dunia terasa lebih indah, syahdu, membawa kebahagiaan. Dari beranda di lantai dua sebuah rumah muncul seorang gadis cantik meregangkan tubuh dan tangannya. Rambut hitam sebahu tergerai, wajah natural tanpa make-up khas gadis yang baru bangun tidur, cantik walau tanpa hiasan. Ia memakai daster rok pendek sepaha motif bunga-bunga berwarna biru muda. Modelnya terbuka, atasnya hanya semacam tali penyangga yang melilit ke pundaknya. Daster itu seolah dibuat hanya untuk dia, serasi sekali. Seolah memamerkan kakinya yang panjang, pahanya yang mulus sekel, punggungnya yang putih bak pualam, dan lehernya yang jenjang. Untung saja beranda ini tidak begitu terlihat dari luar karena terletak diatas, kecuali tingginya sejajar. Jika tidak niscaya siapapun lelaki yang melihatnya akan tertegun sejenak, nge-freeze. Siapakah gerangan bidadari yang baru bangun tidur ini? Namaku Jessica Veranda, biasa dipanggil Jessie atau JC oleh teman-teman sebayaku, atau orang rumah. Biasa juga dipanggil Ve jika merujuk statusku sebagai member sebuah idol group yang paling eksis di Indonesia, JKT48. Tapi, ah sudahlah, aku agak malas membicarakan tentang dunia idol jika sedang berada di rumah. Biarkan aku santai sejenak menikmati indahnya pagi ini, duduk di beranda kamarku sambil meneguk teh manis hangat yang baru saja diantar oleh si Bibi. Baru beberapa teguk tiba-tiba ada suara setengah teriak yang berasal dari ruang keluarga, mengagetkan setengah lamunannya, “Jessie! katanya mau kuliah jam 10? nanti telat”. Ternyata si Mamah yang mengingatkan Ve agar segera beres-beres dan pergi kuliah. “Iya Mah, ini nunggu teh manisnya habis dulu”. Tidak lama kemudian dengan sedikit malas Ve beranjak dari beranda dan masuk ke kamar. Dasternya ditanggalkan lalu dilempar ke tempat pakaian kotor. Hanya tersisa celana dalam V-shape berwarna hitam transparan. Dari belakang pinggulnya yang bulat montok dan kencang itu terlihat begoyang-goyang seiring langkahnya. Ah sungguh seksi.
Lalu terdengar suara shower mandi dinyalakan. Kamar Ve memang nyaman, ada beranda, kamar mandi di dalam. Hanya TV mungkin satu-satunya benda yang tidak ada di kamarnya. Karena tidak diperbolehkan oleh Papahnya. TV di dalam kamar hanya mengganggu waktu kumpul keluarga, katanya. Dan sekarang jam menunjukan pukul 11 malam. Ah terasa cepat sekali waktu berputar. Ve baru saja masuk ke kamar, menanggalkan tas nya, melepas cardigannya, dan mengganti celana jeans hitam casualnya dengan celana pendek tipis berbahan katun. Setelah membersihkan sisa make-up dan menggosok gigi, ia langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Kaos putihnya ia biarkan tanpa sempat diganti terlebih dahulu. Hari ini melelahkan sekali, kuliah sampai jam 3 sore lalu dilanjut dengan latihan. Sebagai member idol group ia dituntut selalu bagus performnya. Dan latihan walau terasa rutin dan membosankan mau tidak mau harus tetap dijalani, demi perform yang bagus dan agar tidak mengecewakan penggemar. Ve terlentang rileks dengan alunan nafasnya yang teratur. “Ah di malam seperti ini mengapa bayangmu masih saja ada”, batin Ve teringat Ferdy, mantannya sedari kelas 2 SMA yang terputus ketika Ve menjadi member JKT48. Ia ingin segera terpejam tapi tidak bisa. Teringat sok cool-nya Ferdy, dewasanya, humor jayusnya, peluknya, dan tentu saja termasuk “nakal”nya. Semua pengalaman pacaran Ve pertama kali didapat waktu bersama Ferdy. First kiss, petting dan semua hal raba-meraba. Walau belum pernah penetrasi tapi semua kenangan itu sangat membekas di ingatan Ve. Dalam kesendiriannya Ve sangat rindu kehadiran Ferdy. Ingin rasanya ia membalik waktu dan kembali ke saat-saat ketika masih bersama Ferdy. Secara tidak sadar tangan Ve menelusup ke kaosnya. Bra nya sudah tanggal karena ia biasa tidur tanpa menggunakan bra. Diremasnya payudaranya, perlahan dengan gerakan memutar. “Aaahh sshhh..” Ve melenguh karena menikmati rangsangan sendiri. Lalu putingnya ia pilin-pilin, ditarik-tarik lembut, diputar-putar. Jadi menegang. Payudaranya yang montok itu semakin mengencang dengan puting susunya yang semakin mancung mengeras. Merasa kurang bebas lalu kaosnya dilepas dan diletakan di samping, sekarang Ve topless. Kedua-dua tangannya meremas payudaranya dengan semakin intens. Ia membayangkan tangan Ferdy yang meremas dan memainkan putingnya. “Oouchh aahhh.. Ferdy sayaaaangg..”, rintihan nikmatnya tak mampu lagi ditahan. “Uuughhh mmmhhh.. ssshh..” lenguhannya semakin seksi, ia menikmati sensasi yang diciptakannya sendiri, ia tak peduli lagi dengan keadaan. Lalu tangan kirinya perlahan mengusap area perutnya, seperti menggelitik sendiri, memainkan pusarnya dengan ujung jari. Ia masih membayangkan Ferdy yang saat ini mencumbunya. Lalu tangan kirinya semakin turun, menyusup ke dalam celana pendeknya. Meraba-raba permukaan celana dalamnya, diusap-usap, digesek-gesek. “Aaaahhh sshhh.. ouchh..” Jelas saja celana dalam di area vaginanya basah karena terangsang sejak tadi. Jari jemari Ve jadi semakin licin memainkan permukaan celana dalamnya. Karena basah jadi nyeplak, diusap-usap, disusuri dengan permukaan jari belahan vaginanya. “Mmmhh aaaachhh uughhh.” rintihan kenikmatannya semakin jelas terdengar dari mulutnya, Tapi ia tidak peduli, ia ingin menikmati “waktunya” bersama Ferdy. Tidak puas memainkan vagina dari luar ia melepas celana pendeknya, lalu celana dalamnya. Ia kini telanjang bulat, kedua kakinya ia buka lebar-lebar, mengangkang. Dengan tangan kanannya yang masih memainkan puting, lalu tangan kirinya mengusap-usap klitorisnya, karena terangsang jadi agak menonjol keluar. Dimainkannya klitorisnya itu hingga ia semakin gila, kepalanya terlempar kesana kemari nahan nikmat. Diucek-uceknya terus klitoris yang udah membesar itu. Cairan vaginanya semakin banyak sebagai reaksi normal wanita yang terangsang hebat. Dijawil-jawil, dicubit-cubit, diputer, diusap, diucek klitorisnya terus sampai akhirnya “Aaaachhh aaaahhh ouuchhh sshhh aaahh..”. Tubuhnya bergetar, selangkangannya membuka menutup, perutnya tegang, menahan nikmat yang luar biasa yang berpusat di vaginanya. Ve terbebas, dia orgasme. Lunglai, lemas, dengan nafas yang semakin perlahan namun teratur. Tapi Ve sangat menikmatinya. Rindunya dengan Ferdy untuk sementara terobati. Ia bersihkan vaginanya dengan tisu basah. Lalu ia tutupi tubuhnya dengan selimut, tidur dalam keadaan telanjang. TO BE CONTINUED…
Hari ini libur. Tidak ada jadwal kuliah dan perform theater. Seperti biasa setiap pagi Ve selalu duduk menikmati pagi di beranda bersama secangkir teh manis hangat. Ya, dia memang seorang gadis yang mempunyai kegemaran merenung di beranda. Baginya kegiatan itu sangat menyenangkan, menyendiri menikmati udara pagi bisa menghapus lelah di hari kemarin. Sekaligus menyegarkan pikiran, fresh kembali laksana PC yang baru di-restart, pikirnya. Sesekali ia beranjak dari kursi, mengamati orang berlalu-lalang dibawah. Jalan komplek ini memang agak ramai kalau pagi. Orang berangkat kerja, orang tua yang mengantar anaknya sekolah, atau ibu-ibu bermatic ria yang pergi ke pasar. Lalu ia kembali duduk sambil memainkab hp. Memeriksa akun twit**ternya, membaca mensyen-mensyen yang masuk. Kebanyakan disaat-saat senggang seperti ini lah dia membaca mensyen dari para fansnya. Lalu seketika ia teringat seseorang, mencari-cari nama akunnya. “Ah ini dia!”, Ve berbicara sendiri bak anak kecil yang baru saja menemukan mainannya yang lama hilang. Lalu dengan hati-hati dia mulai menyusun kata dan mengirim direct message. Setelah ditunggu-tunggu akhirnya balasan dm (direct message) dari Jimmy sampai juga. Seperti sudah diketahui fitur baru twit**ter memungkinkan dua orang yang tidak saling follow untuk mengirim dm, asalkan fiturnya tidak di-inaktifkan. Dengan perasaaan yang dag dig dug serr Ve membaca kata per kata. “Hallo Jessie, nama aku Jimmy.. iya aku suka motretin kamu jika ada event di luar theater. Jika mau lihat-lihat lebih banyak lagi foto-foto kamu silahkan buka link flickr ini. Maaf ya kalo hasilnya kurang bagus”. Sebenarnya hasil foto Jimmy tidak terlalu istimewa, gumam Ve. Belum artsy seperti idolgrapher kenamaan macam AganMas, atau hasil yang tajam semacam ttdj13590666 atau Pitroh karena mereka sudah menggunakan kamera full frame, atau idolgrapher lainnya semacam Ezpersiaw, Emejingnesyon dan lain-lain. Tapi jepretan Jimmy ini banyak yang momennya pas sekali. Ekspresi aku ketika menyanyi dan menari terekam dengan bagus, gumam Ve lagi. Lalu beberapa foto di gallery flickr Jimmy disave oleh Ve ke handphonenya. Kembali disaat member JKT48 dengan lineup campuran perform di Mall Kota Kasablanka, di event yang diselenggarakan oleh Honda. JKT48 memang dikenal sebagai brand ambassador beberapa produk, dan Honda adalah salah satunya. Hampir setiap bulan ada perform JKT48, mengisi acara di area boot Honda. Sudah 3 lagu dibawakan, kini saatnya sesi jikoshokai (pengenalan per member). Mata Ve berkeliling, mencari-cari seraut wajah yang telah sebulanan ini hadir dalam pikirannya. Sekilas dia mirip dengan Ferdy, mungkin hanya beda di perawakan saja. Dia yang kadang hadir di event seperti ini dengan kamera DSLR plus lensa tele nya. Ah ternyata disitu, posisinya agak meminggir dan bukan di barisan depan, gumam Ve. Reflek Ve tersenyum kearahnya, dan cowok itu hanya membalas dengan senyum juga lalu wajahnya kembali tersembunyi dibalik kamera DSLR nya. Tapi secara tidak sadar Ve selalu kembali memandang kearah cowok itu, seolah memastikan bahwa dia masih disitu. Ve teringat, dia memang sesekali datang ke theater menonton perform timnya. Walau tidak serutin para “muka repost” yang bisa 3 kali seminggu datang ke theater tapi Ve ingat betul wajahnya. Karena setiap kali hitouch selalu dibarengi dengan menyebut namanya dengan panggilan “Jessie!”. Ah dia mungkin bukan seperti kebanyakan fans JKT48, lebih ke pehobi fotografi yang gemar menjadikan member JKT48 sebagai obyek fotonya, pikirnya. Ve mendapat info tentang cowok itu dari salah satu kru/official yang dulunya pernah hunting foto bareng Jimmy sebelum jadi staff JKT48. Ya tentu saja Ve yang menanyakannya terlebih dahulu. Dengan hanya menyebutkan merk dan seri kameranya yang termasuk jarang dipake idolgrapher kebanyakan, si kru itu langsung tau siapa si idolgrapher yang dimaksud. Sebagai mahasiswi yang kuliah di jurusan DKV (desain komunikasi visual) dan ada mata kuliah fotografi maka tidak heran jika Ve bisa hapal merk dan seri DSLR yang dipakai Jimmy. Pun Jimmy pernah sekali ke bilik handshake Ve dengan masih membawa-bawa kameranya, disitulah pertama kali Ve melihat Jimmy dengan jarak sedekat itu. Dan pada dasarnya Ve memang seorang cewek yg interest di bidang fotografi, ia punya koleksi beberapa tipe kamera. Contohnya kamera analog, TLR (twin lenses reflex), DSLR dan mungkin juga mirrorless. Akhirnya dengan sedikit alasan bahwa Ve mau melihat-lihat hasil jepretannya maka didapatlah nama akun twit**ter si idographer. “Jika kamu ingin ketemu aku, temui aku di RS”, kata Jimmy via dm. Lalu Jimmy menyebutkan salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan. Ia akan mengurus registrasi ibunya untuk keperluan kontrol. Sebagai pasien BPJS memang agak berbelit registrasinya, mesti daftar dulu, bikin perjanjian dokter, baru boleh datang berobat. Tidak disangka-sangka ternyata Ve betulan datang, Jimmy terkejut setelah melihat sosok itu berdiri di dekat front office rumah sakit, dengan senyuman khasnya. Dia memakai kemeja flannel kotak-kotak hitam merah, rok yang agak melebar dibawah warna hitam selutut, di lehernya terlilit choker yang tidak terlalu lebar dan mencolok, tas punggung warna hitam berbahan kulit, dan sepatu Docmart berwarna coklat tua cenderung hitam. Ah dia memang fashionable, cantik sekali dengan outfit seperti itu. Kulitnya yang putih mulus jadi terlihat semakin putih, gumam Jimmy. Entah bagaimana mulanya kini mereka berdua terjebak di dalam kamar kost Jimmy di daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Di luar hujan, tidak besar, hanya rintik-rintik saja. Tapi sudah setengah jam tidak berhenti, sepertinya akan awet. Setelah bosan ngalor ngidul dan nonton acara siang di TV, lalu mereka duduk berdekatan. “Jessie, kamu cantik sekali hari ini.. aku gak nyangka seorang idol yang aku kagumi sekarang ada di hadapanku. Kamu obyek fotoku yang selalu kutunggu-tunggu performnya, aku adalah pengagum rahasiamu. Setiap nonton kamu di theater aku selalu senyum-senyum sendiri.. kamu bahagiaku, yang bisa menghapus sejenak kepenatan hidup.. kamu adalah inspirasi, dimana segalanya harus diperjuangkan dari awal”. Jimmy mungkin bukan sedang merayu, kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Dia bukanlah seorang perayu, dia lebih banyak bicara melalui foto-foto, dimana Ve adalah obyek utamanya. “Aku.. aku…”, dengan sorot matanya yang nanar Jimmy tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Ve hanya terdiam, dia hadapannya seperti ada seorang yang sudah lama dirindukannya. Ah bukan, dia bukan Ferdy! Ferdy selalu lancar bicaranya, tidak gugup seperti Jimmy, batin Ve. Tanpa sadar Ve memeluk Jimmy, erat. Seperti seseorang yang baru tiba setelah ditunggu-tunggu kedatangannya. Dalam pelukan Jimmy Ve merasa tenang, damai. Aroma tubuh cowok seperti Jimmy ini juga membuai Ve, dia ingin berlama-lama dalam pelukannya. Sebagai reaksi, Jimmy membelai rambut Ve, mengusap punggungnya. Mirip gesture seorang pria yang sangat sayang sekali terhadap wanitanya. Ve semakin tenang dan adem, perlakuan seperti situ membuat ia semakin tenggelam dalam pelukan Jimmy. Ah suka sekali pria ini, gumam Ve. Tanpa ragu Jimmy mencium pipi Ve. Pipi yang agak chubby, wangi dan halus. Dikecup-kecupnya beberapa kali dengan lembut. Dan kini wajah mereka berhadap-hadapan, saling memandang satu sama lain, mungkin menyerupai manifestasi dari perasaan saling sayang antara dua insan beda jenis. Mata Ve perlahan terpejam, walau Jimmy cowok penggugup tapi dia tidak cukup bodoh untuk mengetahui bahwa itu adalah gesture wanita ingin dicium bibirnya. Tanpa pikir panjang ia lumat bibir Ve daengan lembut. Bibir Ve ini pas sekali dilumat, mungil namun kenyal, gumam Jimmy. Ve yang tadinya cuma diam sekarang membalas, mereka saling lumat, makin lama makin panas, mmmhhh ssllrrpps slurpss, bunyi kecipak bibir yang beradu, basah dan licin. Jimmy mulai mengendurkan lumatannya, tapi mengecup dagu Ve, cup cup.. beberapa kali. Lalu menuju ke leher, terus dikecup-kecupnya. Ve menengadah, memberi jalan buat Jimmy agar leluasa. “Mmmhh.. sshhh..” Ve mulai mendesah, matanya Ve terpejam-pejam menikmati kecupan yang menyerang lehernya. Wangi dan aroma tubuh Ve yang khas membuat Jimmy semakin bernafsu, dikeluarkan lidahnya dan mulai menjilati leher Ve. Lidah Jimmy lincah menari, mengulas permukaan leher Ve. “Aahhh.. mmmh.. Jimmy”, desah Ve karena geli. Tapi dia membiarkan saja, malah memegang belakang kepala Jimmy. Uughh kamu nakal Jimmy, tapi aku suka, gumam Ve. Kemudian lidah Jimmy semakin kebawah, dilepasnya 2 kancing flannel Ve. Dadanya Ve dikecup-kecup, digesek-gesek ujung hidungnya. Diperlakukan seperti itu membuat Ve semakin bergairah. “Sshhh.. oughhh” Ve menikmati tanpa bisa menolak. Hingga ke belahan payudaranya, cup cup, bunyi dikecup.. diciumi, digesek-gesek dengan ujung hdung. Tangan Jimmy mulai bergerilya, menyelusup flannel Ve. Diremasnya payudara Ve yang mulai mengencang itu. “Jimmy, kamuu.. aaahhh..” Ve gak kuasa lagi namun menikmati saja perlakuan Jimmy. Sekarang flannel Ve tinggal kancing bawahnya yang belum kebuka. Tanggan kanan Jimmy ke punggung Ve mencari kaitan bra Ve, mau melepasnya, kaitan atasnya pun sudah melorot. Setelah lepas, ah gilak payudaramu Ve, indah sekali. Tidak terlalu besar, sedang saja tapi bentuknya bagus, membulat kenyal. Seolah menantang untuk segera diciumi. Segera saja diciumi oleh Jimmy, wangi, lembut, kenyal. Aaahh indah dan enak sekali, gumam Jimmy. Dikecup dua kali lalu dijilati gundukan payudaranya sebelah kanan. Sedang yang kiri diremas-remas. “Ouuchhh ssshh.. mmhhh.. aaachh..” Ve mendesah untuk kesekian kalinya, nikmat. “Permainkan tetekku sepuasmu Jimmy, please..” batin Ve. Dijilati putingnya, diulas-ulas, tegang sudah dibuat Jimmy putingnya Ve. Lalu digigit-gigit lembut. “Acchh Jimmyyy… sshhh” gila gelinya gak tahan, tapi nikmat, itu yang dirasakan Ve. Dikulum-kulum, ditarik lembut. Gak nyangka Jimmy yang seperti cowok pemalu ini ternyata mahir memainkan tetekku, bahkan lebih jago dari Ferdy, gumam Ve. Bayangkan, satu dilumat, dijilat, digigit lembut, satu lagi diremas, dipilin-pilin, dicubit lembut putingnya. Ve cuma bisa pasrah menikmatinya. Lidah Jimmy lincah menari-nari menjilati puting Ve, tanganna pun rajin memutar-mutar puting yang satu lagi. Ve merasa saat-saat seperti ini lah yang ia rindukan, ia ingin semakin tenggelam, ia ingin dijajah oleh kenikmatan. Kemudian direbahkannya tubuh Ve keatas tempat tidur Jimmy, sebuah bed yang tanpa alas, begitu saja diatas lantai, khas anak kost. Kini flannel Ve tercampak, bra nya pun lepas seutuhnya. Sejenak Jimmy tertegun, mengagumi indahnya tubuh Ve. Payudara bulat kencang, body yang ramping dan berisi, dan perutnya yang seksi, rata. Perlahan lidah Jimmy turun kearah perut Ve, dicium-ciumi. Wangi dan lembutnya tubuh Ve membuat Jimmy kalap. Digesek-gesek dengan ujung hidung, dihirup wanginya. “Mmhhh.. enak, wangi” gak sadar Jimmy mengucap begitu. Sambil dijilati dengan telaten, nyaris ke semua area perutnya. “Sshhh Jimmy oougghh.. kamu nakal sayaaangg”. Desahan dan gumaman manja Ve malah seperti cambuk buat Jimmy agar berbuat lebih jauh lagi. Hingga lidah jimmy menjangkau pusar Ve. Dijilati lubang pusarnya, dikelitikin dengan lidah. “Jimmy geli.. aaachh.. sshh”.
Dilain sisi Ve mengharapkan Jimmy untuk lebih nakal lagi, memberi oase bagi ‘dahaga’ Ve. “Jimmy, lepas kaosmu”, pinta Ve. Kini keduanya topless, punggung Jimmy diraba-raba oleh Ve. Setelah sejenak pelukan dalam keadaan topless, Jimmy melanjutkan petualangannya. Dia jauh dari puas menjelajahi setiap tubuh Ve. Sekarang lidah Jimmy telah sampai menari-nari diabawah pusar, tapi tak bisa lagi jauh karena ada tepi batas rok. Lalu rok nya Ve dilepasnya, kini hanya tinggal cd Ve berwarna biru tua, seperti berbahan nilon, tipis tapi elastis, ada hiasan renda ditengahnya. Jimmy kamu mau apa? tapi kamu bebas, aku ingin lebih jauh lagi bersamamu, gumam Ve. Kakinya yang jenjang, mulus, pahanya yang kencang dan kenyal, ah Jimmy ingin sekali menciuminya. Jimmy mulai menciumi betis Ve hingga ke lututnya. Perlahan keatas, ke paha, dikecup-kecup sayang gitu. Paha dalamnya diciumi, dicubit-cubit pakai bibir. Dengan meregangkan kaki Ve terlebih dahulu agar lebih ngangkang lalu Jimmy mulai menjilati paha Ve. “Achhh.. Jimmy geli sayang aachh.. shhh”, Ve mendesah kegelian tapi enak. Semua bagian paha Ve abis diciumi dan dijilatinya. Naik keatas, keatas terus perlahan, dibuka lagi selangkangan Ve sampe terbuka lebar. Dan sekarang lidah Jimmy sampai di pangkal paha Ve. Tubuh Ve tersentak sedikit karena kaget geli selangkangannya dijilati. Lalu kembali mendesah “mmmhh.. oooughh..” sambil memegangi kepala Jimmy. Lidahnya Jimmy mau menerobos cd Ve, menelusup mencari-cari. Ve semakin ingin, ingin Jimmy terus jauh mencumbunya. Sehingga dia menurut saja ketika Jimmy minta Ve melepas cd nya. Oh my goat, selangkangan Ve, vagina yang agak tembam, belahannya yang sudah basah. Ada sedikit rambut-rambutnya rapi, membentuk seperti segi tiga. Jimmy sudah kesetanan, diterjangnya vagina Ve, diciuminya terlebih dahulu. Menikmati bau khas vagina Ve. Mmhhh.. terpejam Jimmy menghirup wanginya vagina Ve. Ujung hidungnya menggesek belahannya, dari bawah keatas bolak balik. “Aaachhh.. oouughh.. ssshhh.. aaach”, Ve mendesah semakin liar. Lalu lidah Jimmy mulai menjilati, “Aaachhhh..”, Ve terkejut dan mendesah keras saking geli dan nikmatnya. Mainin memekku sepuasmu Jimmy, aku tidak akan melarang, gumam Ve. Lidah Jimmy menari-nari, belahan vagina Ve diulasnya tanpa ampun, dikilik-kilik lidah. “Uughhh sssayaaaangg.. jangan berhenti.. aaahh”, Ve seperti memohon agar Jimmy terus memainkan vaginanya. Sudah lama memekku gak dibeginiin, nikmat sekali, gumam Ve. Tangannya menjambak rambut Jimmy, tapi seketika malah mendorong agar kepala Jimmy semakin terbenam dalam vaginanya. Klitoris Ve jadi sasaran selanjutnya, digigitin lembut, dijilati, diucek dengan lidah. “Ssshhh aaachhh.. aaachh”, desahan Ve semakin hot. Lalu tangan kiri Jimmy membuka vagina Ve, agar belahannya semakin membuka. Dan dibenamkannya lidahnya disitu. “Ssshhhh.. mmmhh enak Jimmy, terusin sssayaaaangg..”. Jimmy terus menghujamkan lidahnya di belahan vagina Ve, sementara tangan kirinya mengucek-ngucek klitorisnya. Ohh Jimmy memek dan itilku kamu apain? sumpah nikmat sekali, bikin aku orgasme Jimmy, rintih Ve dalam hati. Sampai akhirnya rangsangan yang berbarengan dan simultan itu makin membuat Ve semakin dekat ke puncak kenikmatan, yang sudah lama tidak ia rasakan. Makin intens, makin cepat Jimmy memainkan vagina Ve, dan.. “Aaachhh… ouughh.. aachhh Jimmy.. ssshhh.. aaachhh” Tiba-tiba tubuh Ve mengejang, perutnya terasa kaku, pori-pori di dada dan perutnya semakin terlihat, pahanya seketika membuka dan menutup sambil mendorong kepala Jimmy. Dia orgasme, semua kenikmatan yang bermuara di vaginanya terpuasi. “Mmhhh.. ssshhh.. kamu nakal sekali Jimmy”. Sejenak Jimmy menempelkan pipinya ke vagina Ve, memperlalukan seperti bantal. Dicium dua kali lagi dan dikecup-kecup sayang. Ve suka sekali dengan perlakuan Jimmy itu, lalu menarik tubuh Jimmy agar bisa dipeluk. Menindih tubuh Ve yang telanjang. Dan menciumi wajah Jimmy dengan perasaan sayang. TO BE CONTINUED..