Unseen Idol (Dena JKT48)
Selamat malam suhu sekalian, kali ini nubie pengen berbagi cerita pertama bikinan ane yang berkolaborasi ama temen ane, mohon kritik dan sarannya ya. Kritik dan saran suhu akan jadi pembelajaran ane dan temen ane untuk cerita berikutnya. Dan cerita berikut ini kemungkinan masih akan diedit berdasarkan kritik, saran, dan keinginan kami demi memanaskan dunia perlendiran. ENJOY! Unseen Idol ANKORU!!! ANKORU!!! ANKORU!!! ANKORU!!! ANKORU!!! Lalu gadis-gadis muda nan enerjik kembali keluar dengan bajunya yang sedikit mengundang birahi siapa saja yang menontonnya. Alunan sejumlah lagu medley dan Namida Uri no Shoujo diiringi teriakan pengiring lagu khas penonton menghiasi malam di tempat suci mereka, f(x) lantai 4.
Makasih ya kak Ke mana aja kak jarang nonton? Eh ketemu lagi kak Sambil ber-high-touch ria semua penonton antre keluar tempat itu selepas show, tidak terkecuali aku. Yah, tidak dipungkiri aku adalah salah satu pria single ibukota yang terpikat dengan kecantikan gadis-gadis remaja nan ranum ini. Aku , pemuda 25 tahun yang belum lama ini lulus kuliah dari sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Makasih ya kak udah dateng, ujar Frieska padaku sambil toss. Halo kak, makasih yaa, sapa ayana. TAP. Disaat yang lain hanya sekedar toss namun tanganku digenggam selama 2 detik olehnya. Makasih banyak kak, dateng lagi yaa, ujar Dena Sempat aku terpana oleh senyumnya, oleh bibirnya yang ranum merah muda, lamunanku disadarkan oleh Nabilah yang menyuruhku untuk maju karena menghambat antrian. Baru pertama aku terpana oleh pesona member lainnya, selama menonton show teater mereka aku hanya memandang member papan atas seperti Melody, Ve dan Nabilah, seperti kebanyaan orang lainnya. Namun entah kenapa kali ini berbeda, wajahnya, pipinya, senyumnya, terutama bibir merah muda yang ranum itu, yang aku yakin belum pernah dijamah sebelumnya. Sesampainya di rumah aku segera membuka laptop dan menuju situs twit*r, ku ketik username @Dena_JKT48. Ku pandangi satu persatu foto yang dia post di akunnya tersebut. Tidak puas, aku menuju situs Fl*ckr dan ku ketik kata kunci Dena JKT48, ah foto disini memang kualitasnya tajam, hasil bidikan dari kamera sejumlah orang yang disebut wotagrapher. Puas memandangi foto-fotonya, tak lupa aku menyimpan beberapa foto yang kuanggap bagus dan menggoda. Saatnya tidur, pikirku. Lalu timbul sebuah ide yang jarang terpikirkan olehku. @Dena_JKT48 Selamat malam cantik, selamat istirahat, makasih show hari ini, tetap tersenyum ya pelangiku Yap, aku me-mention dia lewat twitt*r, hampir tidak pernah aku melakukan ini pada member lainnya, entah kenapa dorongan untuk melakukan ini tiba-tiba muncul. Lalu aku tidur dengan nyenyak, berharap dia muncul dalam mimpiku. @Dena_JKT48 Pagi! Semangat ya hari ini! Yang rajin sekolahnya, semoga harimu berwarna seperti pelangi Dorongan itu kembali muncul di pagi hari selepas aku bangun tidur. Lalu aku bersiap untuk lari pagi. Setelah lulus kuliah aku memang tidak memiliki kegiatan khusus, aku juga belum berniat mencari pekerjaan, yang kulakukan sehari-hari biasanya tidur, sedikit beres-beres rumah, dan berkumpul dengan teman lama saat malam tiba, jika tidak ada ajakan berkumpul aku pergi ke gym untuk menjaga kondisi tubuhku. Setelah selesai beres-beres rumah, aku iseng mengecek twit*r dan menuju profil Dena. Haloo haloo hari ini gaada DnT, tapi aku DS looh di teater :* kalian jangan lupa makan siang yaa, kicaunya 1 jam yang lalu.
Merespon twit Dena 1 jam yang lalu, akupun bersiap-siap dan bergegas untuk menuju theater mereka. Sebelumnya aku tidak pernah dateng ke theater hanya untuk bertemu member yang DS. Sesampainya di theater, kudapati theater lumayan penuh dengan para fans yang ingin membeli cd. Akupun mengantri karena sesi DS Dena sudah dimulai. Dan akhirnya giliran ku untuk membeli cd yang dijual langsung oleh member. Eh kaka yang kemarin theateran. Ujar Dena Masih inget aja, hai dena balasku Beli tiket hs sama siapa kak ? Tanya Dena Sama Kamu lah, sesi 3 beli 2 ya Jawabku Oke, ditunggu ya kak Balas Dena Sambil menunggu staf mencetak tiket hs ku dan Dena yang mengambil kantong plastik untuk memasukan CD Theater, aku terpana memperhatikan Dena yang sangat cantik memakai isshou Rider. Tak terasa ternyata Dena dan staf sudah selesai menyiapkan tiket dan cd yang barusan aku beli. Nih kak tiket sama CD-nya Ujar Dena Oh iya Balasku Dadah kak, dukung aku terus ya Balas Dena Dadah Dena Membalas salamnya. Aku pun bergegas ke rumah karena kondisi sudah terlalu malam. Sesampainya di rumah aku pun berbaring dan memainkan hp. Tanpa disadari aku nge-twit, @Dena_JKT48 terima kasih DS-nya! Cepet istirahat ya! Good Night! Beberapa Minggu kemudian tibalah saatnya handshake festival, tidak mau terlambat pada sesi Dena, aku datang 1 jam lebih awal. Rumahku di pusat kota Jakarta memudahkan mobilisasiku ke lokasi di daerah k*mayor*n. Ternyata jalan sedikit macet di sekitar lokasi, aku sampai tepat setengah jam sebelum sesinya Dena dimulai. Aku langsung mengantre untuk verifikasi tiket dan setelahnya mengantre di jalur bilik rindu miliknya. “Halo kak ketemu lagi nih,” sapa Dena padaku “Eh, masih inget toh, yang mana coba?” ujarku mengetesnya “Yang waktu itu beli 2 sesi ama aku pake kaos c*nverse kan?” “Hae, kok bisa inget sih?” ujarku tersipu malu “Eheheh, ya aku liat abis kakak beda sih jadi aku tertarik gitu deh, ups,” “Eh, apanya yang beda?” “Mas abis mas waktunya,” petugas bilik rindu memotong percakapan kami “Ah ganggu aja, belum juga dijawab Dena,” pikirku “Makasih ya kak” ujarnya sambil memberi stiker.
Aku terlalu lelah untuk menunggu sampai acara mini konser, maka kuputuskan untuk pulang dan langsung tidur. Seperti yang aku lakukan sejak beberapa Minggu lalu, aku me-mention dena malam itu. “@Dena_JKT48 Malam pelangiku, makasih ya untuk hari ini, you looks cheerful and beauty today, and sexy btw jgn kemaleman tidur ” Setelahnya aku membaca beberapa berita online sebelum terlelap malam itu. Saat tengah membaca, muncul notifikasi follower baru di twit**ter, ternyata Dena! Dan tidak lama ada notifikasi direct message. “Sama-sama kak btw kali aja kakak berminat chat di line denasr kak id-nya” Beberapa menit kemudian, “Haaa tadi hp abis dibajak tacil jadi kepencet pencet gitu :’)” kicau dena Dan aku tahu itu sengaja ditulis untuk mengelabui insiden follow itu. Tanpa pikir panjang aku langsung add line miliknya. “Hai haloo, selamat malam den ” “Halo kaaakk ” “Hee beneran toh, btw kok kamu mau sih ngasih id line kamu? Emangnya gapapa sama official?” “Hahaha ya beneran lah kak, yaaa kan tadi pas hs aku udah bilang aku tertarik gitu ama kakak gapapa sih kak asal ga ketahuan, toh hp kan ga diperiksa official juga” “Hoo gitu, eiya tertarik kenapa btw? Emang ada yang beda dari aku?” “Ummm, ada deh kak, aku malu ngomongnya, kapan-kapan aku kasitau deh” “Janji yaa bakal ngasitau nantinya. Oiya, udah punya id line, boleh doong kapan-kapan jemput pulang latihan atau teater ” “Hmmm, boleh aja sih kak, asal kakak pake baju supir aja biar keliatan kayak supir keluarga ” “Yeee, ga sekalian baju satpam aja biar dikira satpam rumah..den tidur sana udah jam segini, besok sekolah kan” “Iya ini daritadi udah tiduran di kasur kok kak, night kak ” “Night pelangiku, love you ” Usai chat, akupun tidak langsung tidur. terpikir oleh ku, beruntung sekali aku bisa kenal dan dekat dengan seorang idol. Akupun lalu mematikan lampu dan tidur. Keesokan paginya ketika aku sedang melahap sarapanku, hp ku bergetar. Akupun langsung dengan sigap mengecek hp ku, ternyata ada line dari Dena, “Selamat pagi kak! Have a nice day ya ” Lalu kubalas saja “Pagi juga, semangat untuk hari ini! Apa aja agenda hari ini Den?” “Sekolah aja sih kak, sama latihan nanti, kan hari ini tim j gak ada show,” “Oh ada latihan? Boleh dong nanti jemput,” “Umm, boleh aja sih kak, nanti tempat latihannya di XXX ya kak, jemputnya sekitar jam 10 malem aja,” “Oke Den, kamu jangan lupa makan yes, biar kuat latihannya,” “Siap kak! Oiya, jangan lupa baju supirnya kak ” Dena pun mengakhiri chat pagi hari ini dan Aku melanjutkan sarapan ku, lalu aku berangkat pergi nge-gym dan menemui teman-temanku untuk sekedar reuni kecil. Menjelang senja, aku pun menyudahi urusan reuni kecil dengan teman-temanku karena ingat akan janjiku pada Dena. Segera aku menuju rumah untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah mandi, aku mengingat sesuatu, aku tidak punya supir, sementara Dena memintaku berpakaian seperti supir. Ah iya, aku mengaduk lemari pakaianku mencari kemeja polos berwarna gelap. Segera setelah kutemukan, aku tancap gas membelah macet ibukota menuju tempat latihan Dena dan kawan-kawannya. Ternyata jalanan Jakarta malam itu cukup padat, aku butuh waktu 2 jam untuk sampai di tempat latihan Dena. Segera saja aku mengabarinya kalau sudah sampai, Den, aku udah sampe ya, aku parkir di ujung yang deket warung itu, Loh cepet banget kak, baru juga jam 9 lewat ini, Iya tadi sengaja berangkat lebih awal biar ga telat, kan jalanan macet, Aku belom selesai latihan kak, kakak tunggu aja ya, paling sebentar lagi nih, Siap Den, Aku menunggunya selesai latihan sambil ngemil kacang dan minum kopi di sebuah warung dekat situ. Setengah jam kemudian, Kak aku udah selesai latihan nih, aku yang ke sana atau kakak yang samperin aku? Aku ke sana deh Den, tunggu ya, Aku pun langsung menghampiri Dena layaknya seperti supir menjemput majikannya. Dena pamit kepada member lainnya dan langsung meluncur ke kursi depan. Aku pun menjalankan mobil untuk meninggalkan tempat latihan. Canggung, tidak ada yang berbicara sama sekali, hanya sunyi menemani perjalanan. Akupun mencoba berbasa basi, “Den, udah makan belum?” ucapku. “Udah kak” Balas Dena singkat. “Okey” balasku. Dan hening kembali menemani perjalanan, hanya terjadi percakapan ketika Dena menunjukkan jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumahnya aku pun hentikan mobilku di depan pagar, namun dia belum juga turun. “Dena, pertanyaan pas HS belum dijawab,” Aku memberanikan memulai percakapan. Dena hanya diam. “Jadi apa yang beda dari aku Den?” Dena spontan mendekatkan kepalanya dengan kepalaku, bisa kulihat bibir ranum milik Dena dari jarak yang sangat dekat. Tanpa disadari Aku pun memiringkan kepala dan bibir kami bersatu. Lidah Dena pun berusaha masuk ke dalam mulutku dan terjadi adu lidah yang sangat hebat. Tangan Dena memegangi kepalaku seakan tidak ingin aku melepaskannya. Tanganku pun bergerak menyisiri punggung Dena, dan bergerilya ke sisi depan tubuhnya, seketika aku pun berhenti saat memegang payudara-nya dan mulai meremasnya secara perlahan-lahan. Kenyal, tidak terlalu besar namun pas di genggaman.
Nnnggghhhhh, lenguhnya saat aku meremas terlalu keras Pelan-pelan kak, sakit, Aku merasakan Dena menikmati permainan ku ini. 10 menit berlalu, belum ada tanda-tanda dia akan mengakhirinya, aku pun terpaksa menyudahi permainan ini karena hari makin larut. Aku melepas pagutan bibirnya dan nampak liur cinta teruntai dari bibir kami sedikit berkilau diterpa remang lampu jalan. “Ini yang aku maksud dari perbedaan itu” ujar Dena membuka percakapan Aku hanya bisa memandang wajah Dena lalu menyisiri detail setiap lekukan tubuhnya. “Kak pulang gih udah malem, kalo lama-lama nanti orang rumah pada curiga,” ucap Dena “Iya siap Dena” balas ku singkat Padahal permainan yang barusan kita lakukan sudah pasti membuat orang lain curiga, bagaimana tidak, sebuah mobil berhenti lumayan lama di depan rumah, pikirku dalam hati. Dena masuk ke rumahnya dan aku bergegas pulang karena hari sudah sangat larut. Di jalan aku tidak bisa berhenti membayangkannya, kembali mengingat bibirnya yang ranum merah muda memagut bibirku dengan semangat, meremas payudaranya yang pas di tangan. Sesampainya aku di rumah aku segera menuju kamar mandi untuk menuntaskan nafsuku, dan sejumlah bibit calon pemimpin bangsa kembali terbuang sia-sia. Ritual menjemput ini kembali terulang selama beberapa Minggu kemudian, begitu pula dengan acara berciuman dan grepe-grepenya. Aku menjemputnya tidak hanya di tempat latihan, tidak jarang aku juga menjemputnya di f(x) setelah dia show, meskipun aku terkadang tidak mendapat verifikasi untuk menontonnya. Hingga pada suatu hari aku menjemputnya sepulang show, ia terlihat sedih, matanya nampak sembab akibat tangisnya, kaos yang dikenakannya basah untuk mengelap air matanya. Ada apa Den? Kataku sambil memberikan tisu. Ia hanya sesenggukan tanpa menjawab pertanyaanku. Tak mau membuatnya makin sedih, aku tak memaksanya menjawab dan langsung menjalankan mobilku. Jalanan Jakarta pada larut malam ini sudah cukup lancar, tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Dena, namun ia tak kunjung turun dari mobilku. Lagi ga pengen pulang Kak, Aku lagi suntuk, jalan dong ke mana gitu yang jauh, ujarnya. Tanpa banyak tanya aku langsung memacu mobilku menuju jalan tol entah ke mana. Hari ini pengumuman Revival Show Pajama Drive kak, Dena membuka percakapan. Aku ga masuk sama sekali, bahkan backdancer pun engga masuk, ujarnya sambil sesenggukan. Den, JKT48 bukan sekedar Revival Show, masih ada senbatsu juga kan, siapa tau keberuntungan kamu ada di senbatsu single berikutnya, aku mencoba menghiburnya. Tanpa sadar mobil yang kupacu sudah mencapai daerah punc*k, dan bukan akhir pekan membuat suasana pun*k lumayan lengang dari biasanya. Dena, udah sampai sini, mau ke mana kita? Cari hotel aja kak, aku udah capek hari ini. ujarnya sambil melihat kondisi di luar mobil. Aku segera mencari hotel yang pas dengan uang yang kubawa saat itu, tidak sulit mencari hotel yang masih tersedia kamarnya, mengingat saat itu bukan akhir pekan. Setelah menemukan hotel yang cocok, aku segera menuju resepsionis untuk check-in, Dena kusuruh tinggal di mobil. Sengaja kupilih kamar dengan model bungalow dengan 2 single bed agar tidak terganggu dengan pengunjung lainnya. Segera setelah aku menutup dan mengunci kamar tiba-tiba Dena langsung memelukku erat dan melumat bibirku. Heh, tadi katanya udah capek, gih sana istirahat, tidur. Lagi suntuk banget kak, bantu aku hilangin suntuknya ya, eheheh, balasnya sambil cengar-cengir. Mau lanjut yang waktu itu? Heeh. Ucapnya sambil mengangguk semangat. Sambil tersenyum aku mulai mencium keningnya, tanganku mulai bergerilya di punggungnya. Tangannya pun tak mau diam dan mulai meraba perut dan dadaku. Ciumanku pindah ke hidungnya, sedikit menjilat hidungnya dan langsung melumat bibir ranumnya. Ku emut bibir bawahnya, Dena balas menghisap bibir atasku. Kupindahkan ciumannya ke telinganya, iseng ku tiup-tiup dalam telinganya. Pindah kasur yuk, ga enak banget ini di balik pintu, ajakku. Yuk deh, tapi gendong ya kak, eheheh. Dena langsung loncat dan menggamitkan kakinya ke pinggangku dan tangannya ke leherku. Sambil menggendongnya ke kasur aku tidak melepaskan hisapanku pada bibir ranumnya. Iseng saja aku menjatuhkannya ke kasur. Di kasur permainan bibir kami dilanjutkan dengan penuh nafsu, tidak lupa tanganku ikut bermain di payudaranya. Terlarut dalam permainan tanpa disadari tangan Dena menuntun tanganku ke dalam celananya, aku hanya melirik Dena melihat matanya yang memberi isyarat untuk mengizinkan aku memainkan vaginanya yang bisa kurasakan sudah mulai basah. Tanpa pikir panjang aku langsung mengocok vaginanya dengan perlahan. Terdengar desahan lembut dari mulut Dena yang membuatku makin bersemangat memainkan vaginanya. Keasikan memainkan Vagina yang sudah basah Tanpa disadari tangan Dena sudah membuka resleting celana ku lalu mengocok batang kemaluanku yang sudah mengeras karena permainan tadi. Kocokannya masih agak kasar tapi cukup membuatku keenakan, nampaknya ia masih pemula dalam urusan selangkangan. Permainan terus berlanjut tidak terlalu lama, dia menghentikan kocokan lalu membuka semua bajuku dan juga celanaku, merespon itu aku pun mulai membuka bajunya dan celananya. Lalu selang beberapa lama, aku dan dia sudah sama-sama telanjang. Aku dan Dena saling menatap dan terjadi canggung yang tidak terlalu lama. “Kak mau kan menghilangkan suntukku” Omong Dena dengan nada yang menggoda. “Tapi… aku gak bawa…” “Udah gapapa, urusan itu aku gak masalah, yang penting suntuk aku hilang,” goda Dena. Langsung saja kubaringkan Dena ke kasur kuangkat kakinya ke pundakku, Perlahan aku masukkan batangku ke dalam vaginanya yang sudah basah karena foreplay tadi. Vaginanya bisa kurasakan masih sempitku, genjot dengan gerakan perlahan. “Mmmhhhhh aaahhhh,” hanya desahan lembut yang bisa kudengarkan dari mulut Dena. Mendengar itu membuatku langsung naik ke gigi 3, “Aaahhh kak pelan-pelan kak, sakit, mmhhhh,” Tanpa mempedulikannya aku naik lagi ke gigi 4, makin cepat kugenjot vaginanya tidak lupa kuserang dadanya yang ranum. Kuemut payudara kanannya, sambil kupelintir putting kirinya. Desahannya makin tak beraturan dan kurasakan tubuhnya mulai bergetar. Tidak terlalu lama kurasakan Dena sudah mencapai puncaknya dan kurasakan cairan surga yang dikeluarkan dari dalam vaginanya. “Aaahhhh kak aku keluar ..” ucap Dena lemas. Ku keluarkan saja batangku dari vaginanya. Belum seluruhnya keluar, Dena mendorongku ke kasur sehingga aku dan Dena dalam posisi woman on top. “Aku gamau kalah dari kakak” ucap Dena dengan ekspresi seperti anak kecil yang gamau kalah. Sangat menggemaskan. Langsung saja Dena menggoyang tubuhnya dengan perlahan kemudian semakin cepat. “Aaaahhh kak aaahhhh punya kakak aaahhhh gede banget aaahhhh” Dena mendesah sangat liar. Aku pun larut dalam permainannya dan pinggulku pun kugerakan atas bawah berlawan dengan alur gerakan Dena. “Aaahhh lebih cepet kak” Dia terus mendesah dengan liar. “A…aku mau keluar Den,” Gerakan Dena semakin agresif, tidak lama kemudian kami keluar di saat bersamaan. Aaaaaaaaahhhhh, desahan panjang dari Dena yang menandakan akhirnya permainan kita berdua. “Duh maaf Den gak kerasa langsung keluar,”
ucapku. “Gapapa ka, kakak mau kan bertanggung jawab atas anak kita?” balas Dena dengan nada menggoda. “Eh ta….tapi
.” Dena langsung menyambar bibirku dan kusambut dengan baik dengan menciumnya dengan penuh nafsu. Hihihi bercanda kok kak, kan aku tinggal minum pil kok, ujarnya sambil cekikikan. Setelah berciuman aku pun menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. “Aku ikut ya kak,” ucap Dena spontan. Tanpa kubalas dia langsung masuk ke kamar mandi lalu membilas tubuhnya. “Masih suntuk gak Den? “Menurut kakak gimana?” balas Dena dengan nada yang menggoda. Tanpa pikir panjang kudorong tubuhnya ke dinding, kucium bibirnya sembari memainkan payudaranya. Dena pun menikmati permainan ini. Tanpa pikir panjang kuangkat saja tubuh Dena lalu kutancapkan batangku lagi kedalam Vagina dan tanpa awalan langsung kuhajar dengan tempo cepat. “Aaaahhh kak pelan-pelan dong” ucap Dena, tanpa kuhiraukan lanjut saja menggenjot vaginanya dengan cepat. “Aaaaaaaaaahhhh aaaaaaaaaahhh enak banget kak, terus kak aaaahhhh”. Tidak lupa juga aku jilat puting Dena yang sudah tegang. Desahan dena makin keras dan tidak teratur, bisa kurasakan juga nafasnya yang sudah tidak teratur. “Kak aku pengen rasain punya kakak” ucap Dena lemas. Aku menghentikan genjotan ku, dan membiarkan Dena bermain dengan batangku yang sudah keras. Langsung saja Dena menyedot batangku dengan penuh nafsu, tanganya pun ikut bermain. Dia bermain dengan batang dan bijiku dengan sangat agresif, kurasakan tubuh dan batang ku mulai bergetar, batangku mengeluarkan isinya, tak kusangka Dena menghisap abis spermaku yang keluar. “Punya kakak enak.”
Akhirnya kami pun menyelesaikan permainan itu dan masing-masing mandi untuk membersihkan diri, kemudian kami tertidur karena kelelahan. Esok paginya, aku bangun dan Dena masih tertidur. Aku pun mandi lalu bersiap-siap, setelah selesai kubangunkan Dena dengan melumat bibirnya yang ranum itu, seolah belum puas dengan semalam. pun bersiap-siap karena hari ini ada show di teater. Sebelum sarapan, kami melakukan ritual yang biasa dilakukan. Lalu sarapan dan menuju Jakarta. -LM- -IY-