Reikhanza Putih Abu-abu
Munculnya profesi youtuber membuat kesempatan menjadi terkenal lebih terbuka. Karya seni dapat mudah dibuat, diunggah lalu diapresiasi. Banyak seniman-seniman baru bermunculan jalur youtube. Salah satunya putih abu-abu, grup musik pengcover lagu yang berisi sekelompok perempuan muda cantik. Yang menjadi ciri khas mereka adalah penggunaan seragam SMA putih abu-abu dalam setiap video klipnya. Tak butuh waktu lama, mereka naik daun. Mereka menjadi salah satu youtuber yang dikenal masyarakat. Walaupun semua anggotanya cantik, namun yang paling menonjol adalah Reikhanza. Dia paling cantik diantara yang lain. Walaupun sering tampil dengan baju seragam SMA, sebenarnya usia mereka semua tak lagi SMA. Reikhanza sendiri sudah berusia 19 tahun. Tak hanya wajahnya yang cantik, badannya pun bagus. Hal ini membuat banyak lelaki berkhayal bisa menikmatinya. Walaupun sudah berhijab, namun tidak menutupi keseksian bagian-bagian tubuhnya. Saat grup youtubenya naik daun, nasibnya pun berubah. Reikhanza yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, mendadak punya banyak uang. Sayangnya ratusan juta rupiah yang dia dapat selama beberapa tahun harus dia serahkan kepada orang tuanya, yang mempunyai utang besar. Rei tidak keberatan karena berbakti kepada mereka. Namun Rei harus tetap hidup sederhana, dia tidak bisa menaikan standar hidup seperti artis lain. Hal ini menarik perhatian kawannya Cherryl yang juga anggota grup putih abu-abu. Suatu hari saat di Jakarta, mereka ngobrol berdua. “Rei, kamu kok kelihatan hemat banget sih. Duit kita kan udah lumayan, gak kayak pas masih miskin dulu,” tanya Sherryl. “Aku tetep harus hemat, soalnya uang penghasilanku selama ini aku serahkan ke ortu.” jawab Rei. “Kamu tinggal minta agak banyak lah, itu kan hak kamu juga?” tanya sherryl lagi. “Gak bisa Ryl, uang itu buat bayar utang”. “Wah kasian kamu ya, jadi gak bisa seneng2 kayak kita.” ujar Cherryl. “Gak apa-apa, aku bakal terus kerja aja supaya bisa ngumpulin uang lagi.” kata Reikhanza. “Tapi tenang aja sih, cewek kayak kamu gampang kok dapetin duit.” ujar Cherryl. “Maksud kamu gimana Cher?” tanya Reikhanza. “Udah jadi rahasia umum kali, di kalangan artis. Ya open BO buat dapat tambahan duit.” ujar Cherryl. “Maksudnya jual diri gitu?” Reikhanza terlihat kaget. “Iya Rei, biasa aja. Kamu sering denger beritanya juga kan.” “Gak mau ah, takut” ujar Reikhanza. “Ya jangan kalau gak mau, tapi kondisi kamu bakal begini terus. Pasti keluarga kamu bakal manfaatin kamu terus buat kepentingan mereka,” ujar Cherryl. “Hhm….. Emang kamu tau gitu gimana caranya supaya bisa open BO?” ujar Rei sambil menghela nafas. “Wah, kamu dah mulai berubah pikiran ya? Yakin… Gampang kalau mau.. Nanti aku kontak artis yang kenal germonya.”. “Wah, hebat kamu bisa tahu begituan. Jangan-jangan kamu pernah ya?” tanya Rei penasaran. “Ssssttt… kamu jangan bilang siapa-siapa ya, sekarang aku jadi peliharaannya sugar daddy. istilahnya sugar baby. sebulan dia ngasih aku 20 juta. lumayan kan” ujar Cherryl. “Wow, pantesan gaya hidup kamu mewah terus cher, ternyata selama ini…”. “Ya hidup kita harus realistis Rei, yang penting kita bisa jaga rahasia.. Bahaya kalau sampai ketahuan, nanti bisa masuk lambe turah,” ujar Cherryl. “Iya sih… Hhm… Tapi aku masih perawan, aku takut…” Ujar Reikhanza. “Yaelah Rei, hari gini keperawanan gak penting. Artis kayak lo, kalau nanti mau nikah, cowok ngantri. Tinggal milih. Kalau cowok gak mau sama yang gak perawan, lu tinggal cari yang lain.” ujar Cherryl. “Oke deh, aku mau coba. Kamu cariin ya.” ujar Rei. Beberapa hari kemudian “Rei, ada yang mau bo lu, dia berani bayar 10 juta.” ujar Cherryl lewat whatsapp. “Wah seriusan lu? kapan dan dimana?” jawab Rei. “Besok di Hotel Hilman jam 8 malam.” ujar Cherryl. “Oke besok aku langsung ke sana ya.” jawab Rei. “Namanya Pak Bram, usia om-om sih. Tapi belum terlalu tua banget. Dia pengen kamu pakai hijab pas nanti. kamar 208.” “Oke deh.” Di Hotel “Mimpi apa diriku semalam, si Bobby germo langgananku posting foto Reikhanza, artis yang baru naik daun itu. Dengan harga 10 juta, aku dah bisa tidur sama dia. Aku dah bilang sama istri ada perjalanan dinas. Padahal ku menginap di hotel. Nanti malam Reikhanza bakal datang ke sini. dan Kita bakal bersenang-senang,” ujar Bram berbicara sendiri di hotelnya “Tok… tok… tok…..” kamar hotel Bram ada yang mengetuk, dia yakin pasti itu Reikhanza. Bram kemudian membuka pintu. terdengar sapa lembut nan santun yang sangat khas. Dan saat itu juga, serta merta dia terpana takjub. Bahkan terpaku di ambang pintu laksana patung hidup. Betapa tidak, seumur hidupnya belum pernah dia melihat gadis seanggun, semanis, dan secantik gadis berjilbab berwarna ungu yang berdiri dengan santunnya di hadapannya ini. Bram pun mempersilahkan Reikhanza masuk. Rei masuk lalu duduk di sofa yang ada di kamar hotel kelas suite itu. Dia segera mengeluarkan setumpuk dari tasnya dan menaruhnya di meja. ”Ini bayaranmu. Sekarang, aku ingin mengambil hakku.” dia berkata sambil mendekati si wanita dan mulai merangkulnya.
Laki-laki itu menghentikan ciumannya, dia memandangi wajah Reikhanza itu dengan takjub. ”Namaku Bramantyo, tapi panggil saja Bram.” sambil berkata, tangannya mulai menggerayangi bagian-bagian tubuh Rei yang sensitif. Terutama payudaranya yang terlihat menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal meski tertutup baju ketatnya. Rei diam saja, dia tidak berusaha untuk menolak sentuhan Bram. Sesuai kesepakatan, dia sudah menggadaikan tubuh sucinya kepada laki-laki itu. “Rei, gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu? Aku pengen gosok-gosokin punyaku ke punyamu,” bujuk Bram dengan tangan sudah meraba-raba selangkangan Rei. Reikhanza tersipu dengan gugup dan ragu-ragu, tapi setelah melihat tumpukan uang yang ada di atas meja, ia pun menurut untuk membuka celana dalamnya seperti yang diminta oleh Bram. “A-aku malu, Pak.” terdengar nada kuatir dari mulut manis Reikhanza. Bram yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkannya. “Tenang saja, aku tahu kalau kamu masih perawan. Tidak langsung kumasukkan kok, cuma sekedar kutempel-tempelkan.” jawab Bram sambil juga menurunkan celana dalamnya, memamerkan batangnya yang sudah setengah tegang kepada gadis itu. Rei tersipu malu memandangnya. Ia pasrah saja saat tangannya diambil oleh Bram dan dibimbing untuk diletakkan di atas batang kemaluannya. Bram meminta Rei untuk memainkannya. Pelan Rei mulai mengocok batang itu meski dengan wajah kikuk. Ia nampak risih sekali karena baru kali ini melihat batang telanjang seorang laki-laki. Keenakan menikmati kocokan gadis itu, sebelah tangan Bram terjulur untuk meremas-remas susu Rei yang bulat besar secara bergantian. Ia juga memainkan liang kemaluan Rei yang kini sudah tidak tertutup celana dalam. Diperlakukan seperti itu membuat Rey jadi memperlihatkan air muka khawatir, takut Bram akan segera menyetubuhinya dalam waktu dekat. Bram yang mengerti segera berusaha menenangkan gadis itu, kembali ia menyatakan kalau akan melakukan semua ini dengan pelan. Bram tidak ingin membuat Rei menjadi kesakitan. ”Aku hanya akan menggesek-gesek ujung kemaluanku ke celah vaginamu, itu tidak akan sakit.” kata Bram meyakinkan. ”Lalu kapan Bapak akan melakukannya?” tanya Rei, tetap terlihat khawatir. ”Kalau kau sudah siap.” ”Kapan itu?” ”Kita akan mengetahuinya sama-sama.” Kocokan Rei terasa cukup enak bagi Bram, hingga meskipun penasaran untuk berlanjut lebih jauh, ia akhirnya bisa juga ejakulasi di tangan gadis itu. Air maninya tumpah menyembur-nyembur di wajah cantik Rei yang masih tertutup jilbab. Meski agak kaget saat awal-awal menerimanya, tapi Rei tetap berusaha untuk diam. Ia tidak ingin membuat Bram yang sudah membayarnya mahal-mahal, menjadi kecewa. “Huff, pinter kamu, Rey…” kata Bram memberi pujian, dengan gemas ia menyusupkan salah satu tangannya ke bukit kemaluan Rei yang berbulu jarang dan mengusap-usap lembut disana. Rei mengangguk malu-malu, tapi dalam hati senang juga karena sudah berhasil membuat Bram melenguh puas. Kini laki-laki itu memintanya untuk menaikkan baju panjangnya hingga ke pinggang, membuat Bram jadi lebih leluasa untuk bermain-main di liang kemaluannya yang terkuak lebih lebar. Diperlakukan seperti itu, Rei pun jadi tergoda. Secara otomatis tangannya terjulur untuk memegangi kemaluan Bram yang masih melemas dan kembali mengocoknya hingga tak lama, benda itupun menjadi tegang kembali. Saat itulah Rei segera menghentikan kegiatannya. “Lho, kenapa nggak diterusin?” tanya Bram heran. “Nggak ah, nanti Bapak jadi muncrat lagi.” jawab Rei tersipu. “Emang kenapa? Kamu jijik ya?” Bram kembali memainkan liang kemaluan Rei dengan tangannya. “Emm, bukan.” “Lalu apa?” “Itu…” Rei menunduk, tak mampu menatap wajah Bram. ”A-apa Bapak… tidak ingin… memakai… milik saya?!” tanya Rei lirih. Bram tertawa. ”Tentu saja, Manis. Rugi dong aku bayar mahal-mahal kalau tidak bisa merasakan punyamu ini!!” seru Bram sambil menekan memek Rei gemas, yang ditekan jadi semakin malu karenanya. “L-lakukan, Pak. Saya sudah siap!” kata Rei lirih dengan muka masih tetap menunduk. Bram tersenyum penuh pengertian. “Tidak sekarang, aku masih ingin merasakan kocokan tanganmu. Ayo, lakukan lagi!” pintanya sabar. Tidak membantah, Rei segera meraih kembali penis Bram dan mulai mengocoknya lembut. Setelah ditumpahi sperma oleh laki-laki itu, Rei jadi sedikit lebih berani. Rangsangan demi rangsangan yang mereka lakukan membuat birahi keduanya mulai naik tidak terkendali. Bram segera membuka seluruh bajunya, ia telanjang bulat di depan Rei. Manja ia menaruh kepalanya di dada gadis itu.
“Pak, kena susu saya tuh!” tegur Rei tanpa nada marah sedikitpun. “Iya, enak banget, Rei… susumu empuk.” sahut Bram sambil menekan kepalanya lebih keras, merasakan betapa kenyal dan padatnya benda itu. Rey diam saja. Merasa diberi jalan, Bram segera mengangkat kepalanya dan menyambar bibir tipis Rey yang berwarna merah dan langsung melumatnya dengan begitu rakus. “Ehmm… mmmh…” terdengar keluhan nikmat keluar dari mulut Rei. “Ah, Bapak nakal… mau nyium nggak bilang-bilang.” seru Rei saat Bram melepas pagutan lidahnya. Tidak menjawab, Bram cuma tersenyum pada gadis itu. Malah tangannya kini terjulur untuk meremas-remas lagi buah dada Rei yang bulat padat dari balik kaos merahnya yang terlapisi oleh jilbab putih. ”Berapa ukurannya?” tanya Bram penasaran, merasakan betapa dada Rei memenuhi seluruh telapak tangannya. ”34C, Pak!” jawab Rei malu-malu, saat itu Bram mulai menarik bajunya ke atas hingga terlihatlah BH berwarna pink miliknya, ada bordiran berbentuk bunga di cupnya yang sebelah kiri. ”Wuih, putih sekali susumu, Rey. Montok banget!” seru Bram begitu BH Rey terlepas. Ia tak berkedip memandangi buah dada yang tumbuh ke depan, sama sekali tidak kelihatan kendur seperti layaknya wanita yang sering ia tiduri. Tanpa membuang waktu -seperti kucing kehausan yang dikasih susu- langsung saja Bram menjilatinya. Dia pilin-pilin puting yang mungil kemerahan dengan lidahnya sambil sesekali menghisapnya mesra. “Sshh… geli, Pak! Ughhh…” Rei tentu saja mendesah menerimanya. Tubuhnya langsung menggelinjang saat bibir nakal Bram menggelitik bulatan payudaranya yang masih perawan, yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Wajahnya berubah jadi memerah, entah karena malu atau karena nikmat. Kontol Bram langsung tegang sempurna begitu melihat Rei mendesah-desah dengan wajah polosnya. Dia segera menyuruh gadis itu agar melepas bajunya, , sembari tangannya tak henti-henti meremas buah dada yang bulat padat. Ketika bajunya sudah terlepas, Bram melongo, air liurnya sampai menetes dari sudut bibir saat memandangi body yang mulus sempurna, putih sekali, dengan kulit bersih yang halus mengkilat. Di mata Bram, Rei bagai bidadari surga yang turun ke bumi. Tak tahan lagi, dia pun segera mendorong gadis itu agar rebah di ranjang. Rei pasrah saja menerimanya, sebagai pengalaman pertamanya, dia masih bersikap pasif. Biarlah Bram saja yang menentukan langkah selanjutnya, Rei akan mengikuti semuanya. Pelan-pelan Bram menunduk dan mulai mengecup lembut leher Rei yang jenjang, diikuti dengan remasan kedua tangannya di masing-masing bulatan payudara gadis itu. Tak lupa juga Bram menggesek-gesek bukit kemaluan yang merah basah. Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Rei jadi merintih dan menggelinjang semakin keras. “Pak, ughh… punya Bapak sudah keras lagi!” katanya mengomentari kontol Bram yang menempel ketat di atas kulit pahanya. “Iya, sudah waktunya isinya ditumpahkan ke lobang yang ini,” jawab Bram singkat sambil menunjuk lubang kelamin Rei. Rei bersemu merah mendengarnya, antara takut melepas keperawanannya yang suci dan keinginan untuk merasakan nikmatnya persetubuhan untuk yang pertama kali. Bram segera mendekap tubuh yang montok erat-erat sambil mulai mencumbunya di seputar wajah dan leher. Ciumannya terus turun hingga tiba di bagian dada gadis itu. Segera dikecapnya bukit payudara Rei yang membulat kenyal kuat-kuat sambil tak lupa menghisap dan menggigiti putingnya berkali-kali. Bram membuka mulutnya lebar-lebar, seakan ingin memasukkan daging menonjol itu ke dalam mulutnya lalu menelannya bulat-bulat. Penuh nafsu ia menjilat dan mencucupi puting Rei. Rei mengerang senang karenanya. “Ssh… ahh… geli, Pak!” ia merengek manja pada laki-laki setengah baya itu, membuat Bram semakin gemas dan bergairah dibuatnya. Air mukanya mulai memerah tanda sudah terangsang berat, sambil tangan dan mulutnya terus mempermainkan tubuh montok si gadis. “Auw!!” Rei memekik saat Bram mulai menggosok-gosok klitorisnya sambil merosot ke bawah untuk memperhatikan benda itu lebih jelas lagi. “Ihh… Bapak mau apa?” tanya Rei bingung, dia terlihat sangat malu sekali karena sekarang Bram tengah memelototi lubang vaginanya yang sudah memerah basah. Tangannya segera bergerak mencoba menutup bagian itu, tapi dengan cepat disingkirkan oleh Bram. “Jangan ditutup, saya pengen lihat lubang kamu.” kata Bram beralasan, membuat jadi tidak enak hati untuk menolak. Bagaimanapun Bram telah membayar mahal untuk tubuhnya. “P-punyaku jelek kok, Pak!” Rei mencoba berkilah. “Tidak, justru memek seperti ini yang dicari orang!” kata Bram meyakinkan, matanya masih tetap menatap nanar ke arah lubang itu sambil dua jarinya mengorek-orek liar disana, berusaha menguaknya sedikit lebih lebar lagi. “Ah, pelan-pelan, Pak!” Rei memekik saat merasa kesakitan dengan ulah laki-laki itu. “Punyamu bikin gemes. Belum pernah aku melihat yang seperti ini!” terang Bram. ”Memang istri Bapak dulu tidak perawan?” Bram mengangguk. ”Saya tidak mempermasalahkannya karena saya dulu juga tidak perjaka.” Rei terdiam, tak tahu harus bicara apa. “Karena itulah saya berani membayar mahal untuk merasakan perawanmu. Saya penasaran. Lagian tubuhmu juga tidak terlalu mengecewakan. Kamu cantik, Rei.” puji Bram tulus. Rei kembali bersemu merah. Tidak berkata lagi, Bram tiba-tiba menunduk dan langsung menjilati celah kemaluan Rei. “Aduh, Pak! Geli! Saya tidak mau gitu!” Rei tentu saja kaget dibuatnya, ia ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu dipegangi oleh Bram. Sesaat dia membelalak, seolah tak percaya ada laki-laki yang mau menjilati kemaluan perempuan. Itukan jijik, pikir Rei dalam hati. Tapi sebentar kemudian, dia terhempas ke ranjang dengan kepala mendongak dan menggeleng-geleng kesana-kemari. Dadanya yang bulat membusung kencang ketika kelentitnya tersengat geli oleh jilatan Bram yang menggiurkan. ”Oughh… Pak! Ahhh…” Rei tak sanggup berkata, ternyata rasanya sungguh nikmat sekali! pantas saja Bram melakukannya. Rei terus merintih dan menggelinjang sampai akhirnya Bram melepaskan jilatannya tak lama kemudian, saat dirasanya vaginanya sudah cukup basah dan lengket. Sekarang ganti dia yang minta dioral oleh Rei. ”Ya, mau kan? Saya mohon!” Bram memelas.
Rei jadi tidak sampai hati untuk menolaknya. Dia sudah diberi kenikmatan oleh laki-laki itu, jadi tidak adil rasanya kalau dia tidak berbuat hal yang sama. Maka segera diraihnya penis Bram dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Rei mulai mengulum dan menjilatinya meski dengan rasa mual yang amat sangat, ini adalah pengalaman baru baginya, mengoral penis laki-laki untuk yang pertama kali. Bram yang melihat Rei tersedak-sedak jadi kasihan, dia segera menyuruh gadis itu untuk berhenti. “Sudah, jangan lama-lama, nanti aku bisa keluar di dalam mulutmu.” kata Bram beralasan. Dengan lega, Rei segera memuntahkan penis itu. ”Ayo, kita masukkan sekarang!!” ajak Bram dengan sabar. Rei cepat mengikuti perintah itu, ia segera berbaring telentang dan membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dibiarkannya Bram yang mulai menindih tubuhnya, lalu diikuti dengan menyusupnya batang kemaluan laki-laki ke liang memeknya yang masih perawan. Rei meringis saat penis panjang Bram mulai terendam separoh, seperti ada yang menahannya, dan itu terasa sakit sekali bagi Rei. ”Tahan, Pak. Sakit!!” Rei merintih, benar-benar tak tahan dengan rasanya. Bram menahan tubuhnya, mengerti dengan apa yang sedang dialami oleh gadis itu. Pacarnya dulu juga begini saat pertama kali Bram mengambil perawannya. Bersetubuh dengan Rei membuat Bram jadi teringat masa-masa itu, ia jadi serasa muda lagi. Bedanya, sekarang yang ia setubuhi adalah Rei yang cantik dan montok, bukan Cindy yang kurus dan cerewet. Tersenyum gembira, Bram pun kembali mendorong penisnya pelan. Ia melakukannya sangat perlahan sekali hingga seperti tidak ada yang bergerak. Tapi meski begitu, tetap saja Rei dibuat menjerit karenanya. ”Pak, ughhh! Sakit!” rintih gadis muda itu, tangannya mencengkeram bahu Bram kuat-kuat, nyaris mencakarnya. Tak kehilangan akal, Bram segera menyumbat mulut Rei dengan ciuman, sambil melumatnya penuh nafsu, ia mendorong kembali pinggulnya. Kali ini tidak pelan, melainkan sangat keras dan cepat. Bram menghentak kuat-kuat hingga dinding lunak yang menghalangi jalannya hancur berkeping-keping. Rei menjerit pilu, tapi Bram segera menyambar kembali mulutnya dengan ciuman. Tubuh Rei yang terkejang-kejang juga didekapnya erat-erat, ia tidak ingin usahanya menjadi sia-sia. Bram tidak ingin tautan alat kelamin mereka terlepas akibat rontaan gadis itu. Setelah satu menit berlalu, dan rintihan Reu perlahan mereda -yang digantikan oleh isak tangis pelan- perlahan Bram melepaskan pelukannya. Ia kecup mesra bibir yang merah tipis untuk mengembalikan nafsu gadis itu. Nikmatnya jepitan liang memek Rei mulai terasa meresap di batang penisnya, Bram merintih dan mulai menggerakkan kemaluannya –tidak digoyang naik-turun, tapi cukup dikedut-kedutkan ke atas dan ke bawah. Begitu saja sudah membuat Rei menangis semakin keras. ”Ssh… sudahlah, saya jadi tidak tega kalau kamu begini.” kata Bram memprotes. Rei segera menghapus air matanya dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang memburu. Setelah agak tenang, baru ia tersenyum pada Bram dan berkata. ”Maaf, sungguh sakit sekali!” ”Iya, saya mengerti. Tapi saya mohon, tahanlah sebentar. Semakin cepat ini selesai, semakin cepat rasa sakitmu berlalu.” kata laki-laki itu. Rei mengangguk mengerti. Menahan nafas, Bram mulai memainkan batangnya, ia memompa liang kemaluan Rei pelan-pelan untuk mencari tempat gesekan yang paling nikmat. “Sssh… Rei, enak sekali punyamu… sempit banget!” puji Bram tulus. Rei tertawa, ”Kalau tidak sempit, buat apa saya tawarkan mahal-mahal sama Bapak.” serunya dengan badan mulai melemas, tampaknya ia sudah mulai bisa menikmati persetubuhan itu. Bram tersenyum menyadari ketololannya. Tapi memang benar, baru dua-tiga gesekan saja, ia sudah gemetar karena jepitan memek sempit Rey. Benda itu benar-benar sangat nikmat. Muka Bram jadi memerah karenanya, apalagi saat bertatapan dengan mata Rei yang sendu namun terlihat mesra, ia jadi makin tak tahan dibuatnya. Semakin Bram memompa, semakin meluap kenikmatan memek gadis muda itu, ditambah Rei yang sekarang mulai memainkan pinggulnya, makin lengkaplah ’penderitaan’ yang dialami oleh Bram. “Aduh, Rei… pinter banget kamu! Bikin aku jadi kepengen cepat keluar!” Sudah terbata-bata suara Bram, tubuhnya gemetar hebat, sementara batang penisnya berkedut-kedut semakin cepat. Terasa cairan mani sudah terkumpul di ujung batangnya, siap meledak kapan saja. Berusaha untuk bertahan sedikit lebih lama, Bram segera mendekap tubuh bugil Rei erat-erat dengan sebelah tangan menahan pantatnya, sementara yang satu lagi meremas-remas gundukan payudaranya. Rei merintih, begitu juga dengan Bram yang kini tidak lagi menggesekkan alat kelaminnya, tapi menekan benda itu dalam-dalam sambil mengajak Rei berciuman. Si gadis menyambut ajakannya dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggang Bram erat-erat. “Rei, aku keluarin ya?” bisik Bram, meminta ijin untuk menyemprot di dalam. Sudah siap dengan segala resikonya, Rei pun menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak. Lakukan semua yang bapak mau.” “Haghh! Ughhh! Rey… aduh! Aku… arrghhh!!!” begitu ijin sudah diperolah, Bram pun mengaduh sambil menyemburkan cairan spermanya berkali-kali di liang sempit Rei. Jujur, inilah orgasme ternikmat yang pernah dialami oleh Bram selama 40 tahun hidupnya di dunia ini. Begitu puasnya hingga ia tetap memeluk dan menciumi bertubi-tubi sebagai rasa terima kasih ketika tubuhnya melemas tak lama kemudian. “Rey, tubuhmu kok nikmat sekali sih?! Bikin aku puas banget main sama kamu!” puji Bram tulus. “Tidak rugi kan sama harganya?” Rey bertanya manja, ada nada bangga dalam suaranya. “Tidak sama sekali.” Bram ikut tersenyum dan kembali melumat bibirnya. Rey tertawa senang.
Munculnya profesi youtuber membuat kesempatan menjadi terkenal lebih terbuka. Karya seni dapat mudah dibuat, diunggah lalu diapresiasi. Banyak seniman-seniman baru bermunculan jalur youtube. Salah satunya putih abu-abu, grup musik pengcover lagu yang berisi sekelompok perempuan muda cantik. Yang menjadi ciri khas mereka adalah penggunaan seragam SMA putih abu-abu dalam setiap video klipnya. Tak butuh waktu lama, mereka naik daun. Mereka menjadi salah satu youtuber yang dikenal masyarakat. Walaupun semua anggotanya cantik, namun yang paling menonjol adalah Reikhanza. Dia paling cantik diantara yang lain. Walaupun sering tampil dengan baju seragam SMA, sebenarnya usia mereka semua tak lagi SMA. Reikhanza sendiri sudah berusia 19 tahun. Tak hanya wajahnya yang cantik, badannya pun bagus. Hal ini membuat banyak lelaki berkhayal bisa menikmatinya. Walaupun sudah berhijab, namun tidak menutupi keseksian bagian-bagian tubuhnya. Saat grup youtubenya naik daun, nasibnya pun berubah. Reikhanza yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, mendadak punya banyak uang. Sayangnya ratusan juta rupiah yang dia dapat selama beberapa tahun harus dia serahkan kepada orang tuanya, yang mempunyai utang besar. Rei tidak keberatan karena berbakti kepada mereka. Namun Rei harus tetap hidup sederhana, dia tidak bisa menaikan standar hidup seperti artis lain. Hal ini menarik perhatian kawannya Cherryl yang juga anggota grup putih abu-abu. Suatu hari saat di Jakarta, mereka ngobrol berdua. “Rei, kamu kok kelihatan hemat banget sih. Duit kita kan udah lumayan, gak kayak pas masih miskin dulu,” tanya Sherryl. “Aku tetep harus hemat, soalnya uang penghasilanku selama ini aku serahkan ke ortu.” jawab Rei. “Kamu tinggal minta agak banyak lah, itu kan hak kamu juga?” tanya sherryl lagi. “Gak bisa Ryl, uang itu buat bayar utang”. “Wah kasian kamu ya, jadi gak bisa seneng2 kayak kita.” ujar Cherryl. “Gak apa-apa, aku bakal terus kerja aja supaya bisa ngumpulin uang lagi.” kata Reikhanza. “Tapi tenang aja sih, cewek kayak kamu gampang kok dapetin duit.” ujar Cherryl. “Maksud kamu gimana Cher?” tanya Reikhanza. “Udah jadi rahasia umum kali, di kalangan artis. Ya open BO buat dapat tambahan duit.” ujar Cherryl. “Maksudnya jual diri gitu?” Reikhanza terlihat kaget. “Iya Rei, biasa aja. Kamu sering denger beritanya juga kan.” “Gak mau ah, takut” ujar Reikhanza. “Ya jangan kalau gak mau, tapi kondisi kamu bakal begini terus. Pasti keluarga kamu bakal manfaatin kamu terus buat kepentingan mereka,” ujar Cherryl. “Hhm….. Emang kamu tau gitu gimana caranya supaya bisa open BO?” ujar Rei sambil menghela nafas. “Wah, kamu dah mulai berubah pikiran ya? Yakin… Gampang kalau mau.. Nanti aku kontak artis yang kenal germonya.”. “Wah, hebat kamu bisa tahu begituan. Jangan-jangan kamu pernah ya?” tanya Rei penasaran. “Ssssttt… kamu jangan bilang siapa-siapa ya, sekarang aku jadi peliharaannya sugar daddy. istilahnya sugar baby. sebulan dia ngasih aku 20 juta. lumayan kan” ujar Cherryl. “Wow, pantesan gaya hidup kamu mewah terus cher, ternyata selama ini…”. “Ya hidup kita harus realistis Rei, yang penting kita bisa jaga rahasia.. Bahaya kalau sampai ketahuan, nanti bisa masuk lambe turah,” ujar Cherryl. “Iya sih… Hhm… Tapi aku masih perawan, aku takut…” Ujar Reikhanza. “Yaelah Rei, hari gini keperawanan gak penting. Artis kayak lo, kalau nanti mau nikah, cowok ngantri. Tinggal milih. Kalau cowok gak mau sama yang gak perawan, lu tinggal cari yang lain.” ujar Cherryl. “Oke deh, aku mau coba. Kamu cariin ya.” ujar Rei. Beberapa hari kemudian “Rei, ada yang mau bo lu, dia berani bayar 10 juta.” ujar Cherryl lewat whatsapp. “Wah seriusan lu? kapan dan dimana?” jawab Rei. “Besok di Hotel Hilman jam 8 malam.” ujar Cherryl. “Oke besok aku langsung ke sana ya.” jawab Rei. “Namanya Pak Bram, usia om-om sih. Tapi belum terlalu tua banget. Dia pengen kamu pakai hijab pas nanti. kamar 208.” “Oke deh.” Di Hotel “Mimpi apa diriku semalam, si Bobby germo langgananku posting foto Reikhanza, artis yang baru naik daun itu. Dengan harga 10 juta, aku dah bisa tidur sama dia. Aku dah bilang sama istri ada perjalanan dinas. Padahal ku menginap di hotel. Nanti malam Reikhanza bakal datang ke sini. dan Kita bakal bersenang-senang,” ujar Bram berbicara sendiri di hotelnya “Tok… tok… tok…..” kamar hotel Bram ada yang mengetuk, dia yakin pasti itu Reikhanza. Bram kemudian membuka pintu. terdengar sapa lembut nan santun yang sangat khas. Dan saat itu juga, serta merta dia terpana takjub. Bahkan terpaku di ambang pintu laksana patung hidup. Betapa tidak, seumur hidupnya belum pernah dia melihat gadis seanggun, semanis, dan secantik gadis berjilbab berwarna ungu yang berdiri dengan santunnya di hadapannya ini. Bram pun mempersilahkan Reikhanza masuk. Rei masuk lalu duduk di sofa yang ada di kamar hotel kelas suite itu. Dia segera mengeluarkan setumpuk dari tasnya dan menaruhnya di meja. ”Ini bayaranmu. Sekarang, aku ingin mengambil hakku.” dia berkata sambil mendekati si wanita dan mulai merangkulnya. Laki-laki itu menghentikan ciumannya, dia memandangi wajah Reikhanza itu dengan takjub. ”Namaku Bramantyo, tapi panggil saja Bram.” sambil berkata, tangannya mulai menggerayangi bagian-bagian tubuh Rei yang sensitif. Terutama payudaranya yang terlihat menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal meski tertutup baju ketatnya. Rei diam saja, dia tidak berusaha untuk menolak sentuhan Bram. Sesuai kesepakatan, dia sudah menggadaikan tubuh sucinya kepada laki-laki itu. “Rei, gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu? Aku pengen gosok-gosokin punyaku ke punyamu,” bujuk Bram dengan tangan sudah meraba-raba selangkangan Rei. Reikhanza tersipu dengan gugup dan ragu-ragu, tapi setelah melihat tumpukan uang yang ada di atas meja, ia pun menurut untuk membuka celana dalamnya seperti yang diminta oleh Bram. “A-aku malu, Pak.” terdengar nada kuatir dari mulut manis Reikhanza. Bram yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkannya. “Tenang saja, aku tahu kalau kamu masih perawan. Tidak langsung kumasukkan kok, cuma sekedar kutempel-tempelkan.
” jawab Bram sambil juga menurunkan celana dalamnya, memamerkan batangnya yang sudah setengah tegang kepada gadis itu. Rei tersipu malu memandangnya. Ia pasrah saja saat tangannya diambil oleh Bram dan dibimbing untuk diletakkan di atas batang kemaluannya. Bram meminta Rei untuk memainkannya. Pelan Rei mulai mengocok batang itu meski dengan wajah kikuk. Ia nampak risih sekali karena baru kali ini melihat batang telanjang seorang laki-laki. Keenakan menikmati kocokan gadis itu, sebelah tangan Bram terjulur untuk meremas-remas susu Rei yang bulat besar secara bergantian. Ia juga memainkan liang kemaluan Rei yang kini sudah tidak tertutup celana dalam. Diperlakukan seperti itu membuat Rey jadi memperlihatkan air muka khawatir, takut Bram akan segera menyetubuhinya dalam waktu dekat. Bram yang mengerti segera berusaha menenangkan gadis itu, kembali ia menyatakan kalau akan melakukan semua ini dengan pelan. Bram tidak ingin membuat Rei menjadi kesakitan. ”Aku hanya akan menggesek-gesek ujung kemaluanku ke celah vaginamu, itu tidak akan sakit.” kata Bram meyakinkan. ”Lalu kapan Bapak akan melakukannya?” tanya Rei, tetap terlihat khawatir. ”Kalau kau sudah siap.” ”Kapan itu?” ”Kita akan mengetahuinya sama-sama.” Kocokan Rei terasa cukup enak bagi Bram, hingga meskipun penasaran untuk berlanjut lebih jauh, ia akhirnya bisa juga ejakulasi di tangan gadis itu. Air maninya tumpah menyembur-nyembur di wajah cantik Rei yang masih tertutup jilbab. Meski agak kaget saat awal-awal menerimanya, tapi Rei tetap berusaha untuk diam. Ia tidak ingin membuat Bram yang sudah membayarnya mahal-mahal, menjadi kecewa. “Huff, pinter kamu, Rey…” kata Bram memberi pujian, dengan gemas ia menyusupkan salah satu tangannya ke bukit kemaluan Rei yang berbulu jarang dan mengusap-usap lembut disana. Rei mengangguk malu-malu, tapi dalam hati senang juga karena sudah berhasil membuat Bram melenguh puas. Kini laki-laki itu memintanya untuk menaikkan baju panjangnya hingga ke pinggang, membuat Bram jadi lebih leluasa untuk bermain-main di liang kemaluannya yang terkuak lebih lebar. Diperlakukan seperti itu, Rei pun jadi tergoda. Secara otomatis tangannya terjulur untuk memegangi kemaluan Bram yang masih melemas dan kembali mengocoknya hingga tak lama, benda itupun menjadi tegang kembali. Saat itulah Rei segera menghentikan kegiatannya. “Lho, kenapa nggak diterusin?” tanya Bram heran. “Nggak ah, nanti Bapak jadi muncrat lagi.” jawab Rei tersipu. “Emang kenapa? Kamu jijik ya?” Bram kembali memainkan liang kemaluan Rei dengan tangannya. “Emm, bukan.” “Lalu apa?” “Itu…” Rei menunduk, tak mampu menatap wajah Bram. ”A-apa Bapak… tidak ingin… memakai… milik saya?!” tanya Rei lirih. Bram tertawa. ”Tentu saja, Manis. Rugi dong aku bayar mahal-mahal kalau tidak bisa merasakan punyamu ini!!” seru Bram sambil menekan memek Rei gemas, yang ditekan jadi semakin malu karenanya. “L-lakukan, Pak. Saya sudah siap!” kata Rei lirih dengan muka masih tetap menunduk. Bram tersenyum penuh pengertian. “Tidak sekarang, aku masih ingin merasakan kocokan tanganmu. Ayo, lakukan lagi!” pintanya sabar. Tidak membantah, Rei segera meraih kembali penis Bram dan mulai mengocoknya lembut. Setelah ditumpahi sperma oleh laki-laki itu, Rei jadi sedikit lebih berani. Rangsangan demi rangsangan yang mereka lakukan membuat birahi keduanya mulai naik tidak terkendali. Bram segera membuka seluruh bajunya, ia telanjang bulat di depan Rei. Manja ia menaruh kepalanya di dada gadis itu. “Pak, kena susu saya tuh!” tegur Rei tanpa nada marah sedikitpun. “Iya, enak banget, Rei… susumu empuk.” sahut Bram sambil menekan kepalanya lebih keras, merasakan betapa kenyal dan padatnya benda itu. Rey diam saja. Merasa diberi jalan, Bram segera mengangkat kepalanya dan menyambar bibir tipis Rey yang berwarna merah dan langsung melumatnya dengan begitu rakus. “Ehmm… mmmh…” terdengar keluhan nikmat keluar dari mulut Rei. “Ah, Bapak nakal… mau nyium nggak bilang-bilang.” seru Rei saat Bram melepas pagutan lidahnya. Tidak menjawab, Bram cuma tersenyum pada gadis itu. Malah tangannya kini terjulur untuk meremas-remas lagi buah dada Rei yang bulat padat dari balik kaos merahnya yang terlapisi oleh jilbab putih. ”Berapa ukurannya?” tanya Bram penasaran, merasakan betapa dada Rei memenuhi seluruh telapak tangannya. ”34C, Pak!” jawab Rei malu-malu, saat itu Bram mulai menarik bajunya ke atas hingga terlihatlah BH berwarna pink miliknya, ada bordiran berbentuk bunga di cupnya yang sebelah kiri. ”Wuih, putih sekali susumu, Rey. Montok banget!” seru Bram begitu BH Rey terlepas. Ia tak berkedip memandangi buah dada yang tumbuh ke depan, sama sekali tidak kelihatan kendur seperti layaknya wanita yang sering ia tiduri. Tanpa membuang waktu -seperti kucing kehausan yang dikasih susu- langsung saja Bram menjilatinya. Dia pilin-pilin puting yang mungil kemerahan dengan lidahnya sambil sesekali menghisapnya mesra. “Sshh… geli, Pak! Ughhh…” Rei tentu saja mendesah menerimanya. Tubuhnya langsung menggelinjang saat bibir nakal Bram menggelitik bulatan payudaranya yang masih perawan, yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Wajahnya berubah jadi memerah, entah karena malu atau karena nikmat. Kontol Bram langsung tegang sempurna begitu melihat Rei mendesah-desah dengan wajah polosnya. Dia segera menyuruh gadis itu agar melepas bajunya, , sembari tangannya tak henti-henti meremas buah dada yang bulat padat. Ketika bajunya sudah terlepas, Bram melongo, air liurnya sampai menetes dari sudut bibir saat memandangi body yang mulus sempurna, putih sekali, dengan kulit bersih yang halus mengkilat. Di mata Bram, Rei bagai bidadari surga yang turun ke bumi. Tak tahan lagi, dia pun segera mendorong gadis itu agar rebah di ranjang. Rei pasrah saja menerimanya, sebagai pengalaman pertamanya, dia masih bersikap pasif. Biarlah Bram saja yang menentukan langkah selanjutnya, Rei akan mengikuti semuanya. Pelan-pelan Bram menunduk dan mulai mengecup lembut leher Rei yang jenjang, diikuti dengan remasan kedua tangannya di masing-masing bulatan payudara gadis itu. Tak lupa juga Bram menggesek-gesek bukit kemaluan yang merah basah. Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Rei jadi merintih dan menggelinjang semakin keras.
“Pak, ughh… punya Bapak sudah keras lagi!” katanya mengomentari kontol Bram yang menempel ketat di atas kulit pahanya. “Iya, sudah waktunya isinya ditumpahkan ke lobang yang ini,” jawab Bram singkat sambil menunjuk lubang kelamin Rei. Rei bersemu merah mendengarnya, antara takut melepas keperawanannya yang suci dan keinginan untuk merasakan nikmatnya persetubuhan untuk yang pertama kali. Bram segera mendekap tubuh yang montok erat-erat sambil mulai mencumbunya di seputar wajah dan leher. Ciumannya terus turun hingga tiba di bagian dada gadis itu. Segera dikecapnya bukit payudara Rei yang membulat kenyal kuat-kuat sambil tak lupa menghisap dan menggigiti putingnya berkali-kali. Bram membuka mulutnya lebar-lebar, seakan ingin memasukkan daging menonjol itu ke dalam mulutnya lalu menelannya bulat-bulat. Penuh nafsu ia menjilat dan mencucupi puting Rei. Rei mengerang senang karenanya. “Ssh… ahh… geli, Pak!” ia merengek manja pada laki-laki setengah baya itu, membuat Bram semakin gemas dan bergairah dibuatnya. Air mukanya mulai memerah tanda sudah terangsang berat, sambil tangan dan mulutnya terus mempermainkan tubuh montok si gadis. “Auw!!” Rei memekik saat Bram mulai menggosok-gosok klitorisnya sambil merosot ke bawah untuk memperhatikan benda itu lebih jelas lagi. “Ihh… Bapak mau apa?” tanya Rei bingung, dia terlihat sangat malu sekali karena sekarang Bram tengah memelototi lubang vaginanya yang sudah memerah basah. Tangannya segera bergerak mencoba menutup bagian itu, tapi dengan cepat disingkirkan oleh Bram. “Jangan ditutup, saya pengen lihat lubang kamu.” kata Bram beralasan, membuat jadi tidak enak hati untuk menolak. Bagaimanapun Bram telah membayar mahal untuk tubuhnya. “P-punyaku jelek kok, Pak!” Rei mencoba berkilah. “Tidak, justru memek seperti ini yang dicari orang!” kata Bram meyakinkan, matanya masih tetap menatap nanar ke arah lubang itu sambil dua jarinya mengorek-orek liar disana, berusaha menguaknya sedikit lebih lebar lagi. “Ah, pelan-pelan, Pak!” Rei memekik saat merasa kesakitan dengan ulah laki-laki itu. “Punyamu bikin gemes. Belum pernah aku melihat yang seperti ini!” terang Bram. ”Memang istri Bapak dulu tidak perawan?” Bram mengangguk. ”Saya tidak mempermasalahkannya karena saya dulu juga tidak perjaka.” Rei terdiam, tak tahu harus bicara apa. “Karena itulah saya berani membayar mahal untuk merasakan perawanmu. Saya penasaran. Lagian tubuhmu juga tidak terlalu mengecewakan. Kamu cantik, Rei.” puji Bram tulus. Rei kembali bersemu merah. Tidak berkata lagi, Bram tiba-tiba menunduk dan langsung menjilati celah kemaluan Rei. “Aduh, Pak! Geli! Saya tidak mau gitu!” Rei tentu saja kaget dibuatnya, ia ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu dipegangi oleh Bram. Sesaat dia membelalak, seolah tak percaya ada laki-laki yang mau menjilati kemaluan perempuan. Itukan jijik, pikir Rei dalam hati. Tapi sebentar kemudian, dia terhempas ke ranjang dengan kepala mendongak dan menggeleng-geleng kesana-kemari. Dadanya yang bulat membusung kencang ketika kelentitnya tersengat geli oleh jilatan Bram yang menggiurkan. ”Oughh… Pak! Ahhh…” Rei tak sanggup berkata, ternyata rasanya sungguh nikmat sekali! pantas saja Bram melakukannya. Rei terus merintih dan menggelinjang sampai akhirnya Bram melepaskan jilatannya tak lama kemudian, saat dirasanya vaginanya sudah cukup basah dan lengket. Sekarang ganti dia yang minta dioral oleh Rei. ”Ya, mau kan? Saya mohon!” Bram memelas. Rei jadi tidak sampai hati untuk menolaknya. Dia sudah diberi kenikmatan oleh laki-laki itu, jadi tidak adil rasanya kalau dia tidak berbuat hal yang sama. Maka segera diraihnya penis Bram dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Rei mulai mengulum dan menjilatinya meski dengan rasa mual yang amat sangat, ini adalah pengalaman baru baginya, mengoral penis laki-laki untuk yang pertama kali. Bram yang melihat Rei tersedak-sedak jadi kasihan, dia segera menyuruh gadis itu untuk berhenti. “Sudah, jangan lama-lama, nanti aku bisa keluar di dalam mulutmu.” kata Bram beralasan. Dengan lega, Rei segera memuntahkan penis itu. ”Ayo, kita masukkan sekarang!!” ajak Bram dengan sabar. Rei cepat mengikuti perintah itu, ia segera berbaring telentang dan membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dibiarkannya Bram yang mulai menindih tubuhnya, lalu diikuti dengan menyusupnya batang kemaluan laki-laki ke liang memeknya yang masih perawan. Rei meringis saat penis panjang Bram mulai terendam separoh, seperti ada yang menahannya, dan itu terasa sakit sekali bagi Rei. ”Tahan, Pak. Sakit!!” Rei merintih, benar-benar tak tahan dengan rasanya. Bram menahan tubuhnya, mengerti dengan apa yang sedang dialami oleh gadis itu. Pacarnya dulu juga begini saat pertama kali Bram mengambil perawannya. Bersetubuh dengan Rei membuat Bram jadi teringat masa-masa itu, ia jadi serasa muda lagi. Bedanya, sekarang yang ia setubuhi adalah Rei yang cantik dan montok, bukan Cindy yang kurus dan cerewet. Tersenyum gembira, Bram pun kembali mendorong penisnya pelan. Ia melakukannya sangat perlahan sekali hingga seperti tidak ada yang bergerak. Tapi meski begitu, tetap saja Rei dibuat menjerit karenanya. ”Pak, ughhh! Sakit!” rintih gadis muda itu, tangannya mencengkeram bahu Bram kuat-kuat, nyaris mencakarnya. Tak kehilangan akal, Bram segera menyumbat mulut Rei dengan ciuman, sambil melumatnya penuh nafsu, ia mendorong kembali pinggulnya. Kali ini tidak pelan, melainkan sangat keras dan cepat. Bram menghentak kuat-kuat hingga dinding lunak yang menghalangi jalannya hancur berkeping-keping. Rei menjerit pilu, tapi Bram segera menyambar kembali mulutnya dengan ciuman. Tubuh Rei yang terkejang-kejang juga didekapnya erat-erat, ia tidak ingin usahanya menjadi sia-sia. Bram tidak ingin tautan alat kelamin mereka terlepas akibat rontaan gadis itu. Setelah satu menit berlalu, dan rintihan Reu perlahan mereda -yang digantikan oleh isak tangis pelan- perlahan Bram melepaskan pelukannya. Ia kecup mesra bibir yang merah tipis untuk mengembalikan nafsu gadis itu. Nikmatnya jepitan liang memek Rei mulai terasa meresap di batang penisnya, Bram merintih dan mulai menggerakkan kemaluannya –tidak digoyang naik-turun, tapi cukup dikedut-kedutkan ke atas dan ke bawah. Begitu saja sudah membuat Rei menangis semakin keras. ”Ssh… sudahlah, saya jadi tidak tega kalau kamu begini.” kata Bram memprotes. Rei segera menghapus air matanya dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang memburu. Setelah agak tenang, baru ia tersenyum pada Bram dan berkata. ”Maaf, sungguh sakit sekali!” ”Iya, saya mengerti. Tapi saya mohon, tahanlah sebentar. Semakin cepat ini selesai, semakin cepat rasa sakitmu berlalu.” kata laki-laki itu. Rei mengangguk mengerti. Menahan nafas, Bram mulai memainkan batangnya, ia memompa liang kemaluan Rei pelan-pelan untuk mencari tempat gesekan yang paling nikmat.
“Sssh… Rei, enak sekali punyamu… sempit banget!” puji Bram tulus. Rei tertawa, ”Kalau tidak sempit, buat apa saya tawarkan mahal-mahal sama Bapak.” serunya dengan badan mulai melemas, tampaknya ia sudah mulai bisa menikmati persetubuhan itu. Bram tersenyum menyadari ketololannya. Tapi memang benar, baru dua-tiga gesekan saja, ia sudah gemetar karena jepitan memek sempit Rey. Benda itu benar-benar sangat nikmat. Muka Bram jadi memerah karenanya, apalagi saat bertatapan dengan mata Rei yang sendu namun terlihat mesra, ia jadi makin tak tahan dibuatnya. Semakin Bram memompa, semakin meluap kenikmatan memek gadis muda itu, ditambah Rei yang sekarang mulai memainkan pinggulnya, makin lengkaplah ’penderitaan’ yang dialami oleh Bram. “Aduh, Rei… pinter banget kamu! Bikin aku jadi kepengen cepat keluar!” Sudah terbata-bata suara Bram, tubuhnya gemetar hebat, sementara batang penisnya berkedut-kedut semakin cepat. Terasa cairan mani sudah terkumpul di ujung batangnya, siap meledak kapan saja. Berusaha untuk bertahan sedikit lebih lama, Bram segera mendekap tubuh bugil Rei erat-erat dengan sebelah tangan menahan pantatnya, sementara yang satu lagi meremas-remas gundukan payudaranya. Rei merintih, begitu juga dengan Bram yang kini tidak lagi menggesekkan alat kelaminnya, tapi menekan benda itu dalam-dalam sambil mengajak Rei berciuman. Si gadis menyambut ajakannya dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggang Bram erat-erat. “Rei, aku keluarin ya?” bisik Bram, meminta ijin untuk menyemprot di dalam. Sudah siap dengan segala resikonya, Rei pun menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak. Lakukan semua yang bapak mau.” “Haghh! Ughhh! Rey… aduh! Aku… arrghhh!!!” begitu ijin sudah diperolah, Bram pun mengaduh sambil menyemburkan cairan spermanya berkali-kali di liang sempit Rei. Jujur, inilah orgasme ternikmat yang pernah dialami oleh Bram selama 40 tahun hidupnya di dunia ini. Begitu puasnya hingga ia tetap memeluk dan menciumi bertubi-tubi sebagai rasa terima kasih ketika tubuhnya melemas tak lama kemudian. “Rey, tubuhmu kok nikmat sekali sih?! Bikin aku puas banget main sama kamu!” puji Bram tulus. “Tidak rugi kan sama harganya?” Rey bertanya manja, ada nada bangga dalam suaranya. “Tidak sama sekali.” Bram ikut tersenyum dan kembali melumat bibirnya. Rey tertawa senang.