Dirty Truth or Dare
Sebuah Permainan menjawab secara jujur atau melakukan tantangan, tapi kenapa kotor? Ya karena ini bukan Truth or Dare biasa. Berani main? Kita liat seberapa kotornya mereka! -DISCLAIMER- Siapapun karakter cowok dan alur yang ada di cerita ini murni fiksi. HANYA KARANGAN. Apabila ada kesamaan nama karakter ya maap, anggap aja itu elu. HAHAHAHA Sebuah cerita dengan sudut pandang orang ketiga, semoga sukak~
Satu. Suatu malam di salah satu vila, ada empat pasangan sedang duduk melingkari sebuah botol dengan dua tumpuk kartu tidak jauh dari botol tersebut. Empat pasangan itu adalah Geri dengan Amel, Nathan dengan Aya, Richard dengan Beby, dan Banjar dengan Frieska. Mereka duduk melingkar terdiam, beberapa dari mereka ada yang panik ada yang tenang… “Ini serius kita mau main game ini?” Celetuk Aya sedikit gugup. “Gue sih terserah kalian para cewek. Mau ga main game ini?” Balas Geri tersenyum menatap Amel. “Kok ngeliatin aku?” Amel bingung menatapnya balik. “A-aku sih mau aja, sama Richard ini…” Beby berbisik. “Udah lah langsung main aja! Nekat aja!” Nathan angkat bicara. “Tapi kan aku sama Banjar belom pernah sampe begituan…” Frieska menatap Banjar. “Ya gapapa, sekalian aja. Daripada aku ngelamun jorok mulu soal kamu…” Celetuk Banjar lalu nyengir. “Ih, mesum…” Frieska mendorong pelan wajah Banjar lalu tertawa. “Parah, si Banjar udah ga sabar itu…” Celetuk Richard lalu tertawa. Akhirnya mereka berdelapan memainkan permainan dirty truth or dare, sebenarnya ini hanya permainan memilih jawab jujur atau melakukan tantangan tapi karena dirty sehingga pertanyaan atau tantangannya cenderung menuju arah sensual. Beberapa dari mereka terutama para gadis terlihat takut dan panik, tapi tidak dengan para lelaki yang terlihat bisa menyembunyikan rasa takut dan panik mereka. Geri memutar botol tersebut, semua terdiam menatap botol yang berputar itu, Frieska terlihat menggigit bibir bawahnya. Perlahan botol tersebut berputar memelan dan terhenti dengan ujung tutup botol mengarah ke Richard dan Beby… “Truth or dare?” Tanya Geri menatap Richard dan Beby. “Truth!” “Dare!” Teriak Richard dan Beby berbarengan, “Yee kompak dong, ini kan pair game!” Amel protes. “Truth aja chard, aku takut…” Bisik Beby. “Iya iya yaudah…” Richard mengalah. “Oke truth ya…” Jelas Geri sambil mengambil kartu paling atas dari tumpukan kartu truth dan membaca tulisannya… “Bagian tubuh mana yang paling membuatmu horny dari pasanganmu?” Tanyanya sedikit tersenyum menatap Richard dan Beby. “Buset, baru mulai aja udah begitu pertanyaannya…” Nathan tertawa. Richard tersenyum menggeleng, sementara Beby terdiam… “Ini seriusan harus dijawab?” Celetuk Richard lalu tertawa. “Iyalah…” Banjar angkat bicara. “Penasaran juga sih kak Richard horny ngeliatin apanya Beby…” Celetuk Frieska. “Beb, ini berlaku pasangan loh ya, jadi lo juga harus ngasih tau bagian tubuh Richard yang bikin lu horny…” Jelas Geri mengingatkan. “Eh, aku juga? Nggak mau ah, malu…” Beby memerah. “Kampret, buruan napa jawab itu, apa perlu gue yang jawab?” Nathan tertawa. “Emang kalo kamu horny liat bagian mana dari badan aku?” Tanya Aya menatap Nathan. “Kepo…” Jawab Nathan lalu mendekap Aya. Aya tertawa berusaha melepas dekapan Nathan. Dia menjilat leher Aya sehingga sedikit mendesah… “Wey ada yang nyolong start! Main peluk-peluk aja!” Banjar menunjuk Nathan dan Aya. “Mereka sih, jawabnya lama…” Balas Aya. “GUE HORNY SAMA BIBIRNYA BEBY! KALO DIA LAGI BLOWJOB!” Teriak Richard. Semua terdiam sesaat melihat Richard, sementara Beby memukul lengan Richard pelan, pipinya memerah malu… “Njir, lo udah pernah blowjob berdua?” Celetuk Nathan. “Kok enak ya…” Timpal Banjar. “Okey, kalo lo Beb?” Tanya Geri menatap Beby yang masih memerah. “Ayo jawab kak Beby. Udah gasabar nih…” Amel menimpali. “Iya… itu… yang aku blowjob…” Bisik Beby pelan. Mereka semua kompak bersorak setelah mendengar jawaban Beby…! “SHIT! KOK CELANA GUE LANGSUNG SEMPIT SIH?!” Teriak Nathan. “Ih, apaan sih? Jorok banget…” Balas Amel tertawa. “Udah-udah! Sekarang gue puter lagi nih ya botolnya…” Geri kembali memutar botol itu. “Mulai panas nih…” Bisik Banjar. Botol tersebut masih kencang berputar sampai perlahan memelan dan tepat berhenti di depan Amel. Geri nyengir menatap Amel, Amel melotot menatap Geri. Nathan menatap mereka berdua, “Truth or dare?!” “DARE!” Teriak Geri dan Amel bersamaan lalu bertatapan kaget. Beby dan Frieska tertawa melihatnya… “Kompak nih…” Bisik Nathan lalu mengambil kartu di tumpukan kartu dare. “Ciuman selama lima menit.” Jelasnya singkat setelah membaca kartu tersebut. “Anjir…” Bisik Geri pelan. “Parah fix…” Amel menggeleng. “Ini disini nih? Diliatin kalian nih?” Lanjutnya mulai sedikit panik. “Di kartunya sih gaada tulisan dimana-dimananya, ya kalian lakuin aja disini sekarang lima menit…” Jelas Nathan tersenyum miring. “Mau pake timer ga?” Tawar Aya, “Biar kalian nggak keterusan…” Lanjutnya tertawa. “Nggak usah…” Balas Amel sambil menguncir rambutnya. Semuanya terdiam melihat Geri dan Amel yang kini saling berhadapan, dengan perlahan tangan Geri menyentuh tengkuk leher Amel lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Amel perlahan disaksikan keenam temannya itu. Bibir mereka perlahan bertemu dan saling mencumbu, suara decak mulai terdengar dari ciuman mereka berdua. Yang lain satu per satu mulai tidak tenang melihat itu, perlahan ciuman mereka makin panas, lidah mereka saling pangut satu sama lain. Tangan Geri mulai bergerak menyentuh payudara Amel dari luar kemejanya. Geri mulai membuka kancing kemeja Amel dan masuk kedalam branya lalu meremas pelan payudaranya, Amel mendesah. Banjar tidak tahan melihat itu langsung mencium Frieska liar, ternyata Frieska juga bernafsu melihat itu, Banjar mengangkat kaos Frieska setengah badan dan melepas bra miliknya lalu menghisap payudara kirinya, Frieska melengkuh, tidak ada yang sadar itu. Semua fokus memperhatikan Geri dan Amel dengan perasaan nafsu. Hampir lima belas menit Geri dan Amel melepas ciuman mereka, lima kancing kemeja Amel sudah terbuka menampakkan branya yang berwarna kuning itu… “Ih, kamu mah kebiasaan! Buka-buka aja!” Amel sedikit protes lalu memasang kancing kemejanya lagi. “Wow… lima belas menit…” Aya takjub. Beby tersadar lalu menoleh kearah Banjar dan Frieska, tidak ada yang sadar bahwa dari tadi ternyata mereka berciuman juga dan Frieska setengah telanjang. Beby tersenyum lalu mencolek Richard. Richard menoleh, “WADUH, BELOM KENA BOTOL AJA UDAH BEGINI!” Teriak Richard. Banjar dan Frieska tersadar, mereka melepas ciuman, ada benang ludah menjuntai tipis sesaat bibir mereka terpisah. Frieska berusaha membenarkan posisi kaosnya yang terbuka setengah badan dan menyembunyikan branya yang sudah terlepas di belakang tubuhnya… “Banjar lebih ekstrim dari gue… Behanya Frieska udah lepas…” Celetuk Geri datar. “Yaudah ayo puter botolnya lagi!” Aya memutar botol tersebut. “Gue kek, udah kentang nih!” Celetuk Banjar berharap. “Iya…” Frieska menimpali. Botol tersebut berputar kencang lalu perlahan memelan dan akhirnya berhenti tepat di depan Nathan dan Aya. Banjar mengumpat kecewa. Aya kaget sementara Nathan tenang. “Truth or dare?” Tanya Amel. Aya menoleh menatap Nathan, “Terserah kamu…” Bisik Nathan sesaat mengerti tolehan Aya. “Truth!” Jelas Aya lalu melet menatap Nathan. Amel mengambil kartu di tumpukan truth, membacanya lalu nyengir… “Asli, aku mau begini sebenernya…” “Jika kalian masuk dalam salah satu ruangan apa yang dilakukan?” Tanyanya menatap Aya dan Nathan bergantian. Aya memerah, Nathan malah tertawa melihatnya. “Siapa duluan nih? Kamu apa aku?” Tanya Nathan. “K-Kamu dulu deh…” Aya berbisik. “Bareng aja…” Tawar Nathan. “Satu… dua… tiga… “PETTING!” Teriak mereka bersamaan. Pipi Aya memerah… “Eh, cuman petting? Payah…” Balas Richard tertawa. “Emang petting apaan sih?” Amel bingung. “Itu, cuman gesek tapi nggak masuk, jadi cuman kayak penis aku di gesek di bibir vagina kamu…” Jelas Geri. “Iya? Untung kita nggak gitu, nggak enak banget…” Amel sedikit jijik. “Nggak gitu? Parah Amel berarti pernah gituan dong sama Geri?” Tanya Frieska. “Eh…” Amel memerah menatap Frieska. “Ng-nggak gitu kak…” Lanjutnya. “Sudah-sudah… Putar lagi botolnya…” Beby angkat bicara lalu memutar botol tersebut. Botol tersebut kembali berputar secara kencang, kali ini mereka semua sudah menikmati ritme permainan dan tidak ada yang tegang seperti diawal. Perlahan botol tersebut memelan dan berhenti tepat di depan Beby… “Kok aku nyesel ya?” Beby melongo menatap yang lain lalu kesal. “Yaudah kalo nyesel, aku puter aja lagi…” Balas Frieska memutar kembali botol tersebut. “Eh, emang boleh gitu?” Aya angkat bicara. “Yaudah biarin aja…” Balas Geri tenang. Botol tersebut kembali berputar dan perlahan memelan lalu kembali berhenti di depan Beby lagi. Banjar kesal, “Kampret, apa-apaan!” Dia kembali memutar botol tersebut dengan sedikit gusar, yang lainnya jadi kesal melihat itu, “Kalo ini berhenti di Beby lagi, udah ya. Gaada puter-puter lagi!” Nathan memperingati. Perlahan botol tersebut memelan dan berhenti tepat di depan Richard, “Yaah sama aja…” Banjar sedikit kecewa. “Parah Banjar sama Frieska ngebet banget dari tadi…” Richard cekikikan. “Oke, Truth or Dare?” Tanya Geri menatap mereka berdua. “Tadi kan udah kamu, sekarang giliran aku…” Richard tersenyum menatap Beby. “DARE!” Teriaknya, Beby sedikit panik. “Asik nih…” Nathan sedikit antusias, Geri mengambil kartu dare, dan membacanya, “Kalian harus pangku memangku dalam keadaan telanjang selama permainan berlangsung.” BERSAMBUNG…
Satu. Suatu malam di salah satu vila, ada empat pasangan sedang duduk melingkari sebuah botol dengan dua tumpuk kartu tidak jauh dari botol tersebut. Empat pasangan itu adalah Geri dengan Amel, Nathan dengan Aya, Richard dengan Beby, dan Banjar dengan Dey. Mereka duduk melingkar terdiam, beberapa dari mereka ada yang panik ada yang tenang… “Ini serius kita mau main game ini?” Celetuk Aya sedikit gugup. “Gue sih terserah kalian para cewek. Mau ga main game ini?” Balas Geri tersenyum menatap Amel. “Kok ngeliatin aku?” Amel bingung menatapnya balik. “A-aku sih mau aja, sama Richard ini…” Beby berbisik. “Udah lah langsung main aja! Nekat aja!” Nathan angkat bicara. “Tapi kan aku sama Banjar belom pernah sampe begituan…” Dey menatap Banjar. “Ya gapapa, sekalian aja. Daripada aku ngelamun jorok mulu soal kamu…” Celetuk Banjar lalu nyengir. “Ih, mesum…” Dey mendorong pelan wajah Banjar lalu tertawa. “Parah, si Banjar udah ga sabar itu…” Celetuk Richard lalu tertawa. Akhirnya mereka berdelapan memainkan permainan dirty truth or dare, sebenarnya ini hanya permainan memilih jawab jujur atau melakukan tantangan tapi karena dirty sehingga pertanyaan atau tantangannya cenderung menuju arah sensual. Beberapa dari mereka terutama para gadis terlihat takut dan panik, tapi tidak dengan para lelaki yang terlihat bisa menyembunyikan rasa takut dan panik mereka. Geri memutar botol tersebut, semua terdiam menatap botol yang berputar itu, Dey terlihat menggigit bibir bawahnya. Perlahan botol tersebut berputar memelan dan terhenti dengan ujung tutup botol mengarah ke Richard dan Beby… “Truth or dare?” Tanya Geri menatap Richard dan Gaby. “Truth!” “Dare!” Teriak Richard dan Beby berbarengan, “Yee kompak dong, ini kan pair game!” Amel protes. “Truth aja chard, aku takut…” Bisik Beby. “Iya iya yaudah…” Richard mengalah. “Oke truth ya…” Jelas Geri sambil mengambil kartu paling atas dari tumpukan kartu truth dan membaca tulisannya… “Bagian tubuh mana yang paling membuatmu horny dari pasanganmu?” Tanyanya sedikit tersenyum menatap Richard dan Beby. “Buset, baru mulai aja udah begitu pertanyaannya…” Nathan tertawa. Richard tersenyum menggeleng, sementara Beby terdiam… “Ini seriusan harus dijawab?” Celetuk Richard lalu tertawa. “Iyalah…” Banjar angkat bicara. “Penasaran juga sih kak Richard horny ngeliatin apanya kak Beby…” Celetuk Dey. “Beb, ini berlaku pasangan loh ya, jadi lo juga harus ngasih tau bagian tubuh Richard yang bikin lu horny…” Jelas Geri mengingatkan. “Eh, aku juga? Nggak mau ah, malu…” Beby memerah. “Kampret, buruan napa jawab itu, apa perlu gue yang jawab?” Nathan tertawa. “Emang kalo kamu horny liat bagian mana dari badan aku?” Tanya Aya menatap Nathan. “Kepo…” Jawab Nathan lalu mendekap Aya. Aya tertawa berusaha melepas dekapan Nathan. Dia menjilat leher Aya sehingga sedikit mendesah… “Wey ada yang nyolong start! Main peluk-peluk aja!” Banjar menunjuk Nathan dan Aya. “Mereka sih, jawabnya lama…” Balas Aya. “GUE HORNY SAMA BIBIRNYA BEBY! KALO DIA LAGI BLOWJOB!” Teriak Richard. Semua terdiam sesaat melihat Richard, sementara Beby memukul lengan Richard pelan, pipinya memerah malu… “Njir, lo udah pernah blowjob berdua?” Celetuk Nathan. “Kok enak ya…” Timpal Banjar. “Okey, kalo lo Beb?” Tanya Geri menatap Beby yang masih memerah. “Ayo jawab kak Beby. Udah gasabar nih…” Amel menimpali. “Iya… itu… yang aku blowjob…” Bisik Beby pelan. Mereka semua kompak bersorak setelah mendengar jawaban Beby…! “SHIT! KOK CELANA GUE LANGSUNG SEMPIT SIH?!” Teriak Nathan. “Ih, apaan sih? Jorok banget…” Balas Amel tertawa. “Udah-udah! Sekarang gue puter lagi nih ya botolnya…” Geri kembali memutar botol itu. “Mulai panas nih…” Bisik Banjar. Botol tersebut masih kencang berputar sampai perlahan memelan dan tepat berhenti di depan Amel. Geri nyengir menatap Amel, Amel melotot menatap Geri. Nathan menatap mereka berdua, “Truth or dare?!” “DARE!” Teriak Geri dan Amel bersamaan lalu bertatapan kaget. Beby dan Dey tertawa melihatnya… “Kompak nih…” Bisik Nathan lalu mengambil kartu di tumpukan kartu dare. “Ciuman selama lima menit.” Jelasnya singkat setelah membaca kartu tersebut. “Anjir…” Bisik Geri pelan. “Parah fix…” Amel menggeleng. “Ini disini nih? Diliatin kalian nih?” Lanjutnya mulai sedikit panik. “Di kartunya sih gaada tulisan dimana-dimananya, ya kalian lakuin aja disini sekarang lima menit…” Jelas Nathan tersenyum miring. “Mau pake timer ga?” Tawar Aya, “Biar kalian nggak keterusan…” Lanjutnya tertawa. “Nggak usah…” Balas Amel sambil menguncir rambutnya. Semuanya terdiam melihat Geri dan Amel yang kini saling berhadapan, dengan perlahan tangan Geri menyentuh tengkuk leher Amel lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Amel perlahan disaksikan keenam temannya itu. Bibir mereka perlahan bertemu dan saling mencumbu, suara decak mulai terdengar dari ciuman mereka berdua. Yang lain satu per satu mulai tidak tenang melihat itu, perlahan ciuman mereka makin panas, lidah mereka saling pangut satu sama lain. Tangan Geri mulai bergerak menyentuh payudara Amel dari luar kemejanya. Geri mulai membuka kancing kemeja Amel dan masuk kedalam branya lalu meremas pelan payudaranya, Amel mendesah. Banjar tidak tahan melihat itu langsung mencium Dey liar, ternyata Dey juga bernafsu melihat itu, Banjar mengangkat kaos Dey setengah badan dan melepas bra miliknya lalu menghisap payudara kirinya, Dey melengkuh, tidak ada yang sadar itu. Semua fokus memperhatikan Geri dan Amel dengan perasaan nafsu. Hampir lima belas menit Geri dan Amel melepas ciuman mereka, lima kancing kemeja Amel sudah terbuka menampakkan branya yang berwarna kuning itu… “Ih, kamu mah kebiasaan! Buka-buka aja!” Amel sedikit protes lalu memasang kancing kemejanya lagi. “Wow… lima belas menit…” Aya takjub. Beby tersadar lalu menoleh kearah Banjar dan Dey, tidak ada yang sadar bahwa dari tadi ternyata mereka berciuman juga dan Dey sudah setengah telanjang. Beby tersenyum lalu mencolek Richard. Richard menoleh, “WADUH, BELOM KENA BOTOL AJA UDAH BEGINI!” Teriak Richard. Banjar dan Dey tersadar, mereka melepas ciuman, ada benang ludah menjuntai tipis sesaat bibir mereka terpisah. Dey berusaha membenarkan posisi kaosnya yang terbuka setengah badan dan menyembunyikan branya yang sudah terlepas di belakang tubuhnya… “Banjar lebih ekstrim dari gue… Behanya Dhea udah lepas…” Celetuk Geri datar. “Yaudah ayo puter botolnya lagi!” Aya memutar botol tersebut. “Gue kek, udah kentang nih!” Celetuk Banjar berharap. “Iya…” Dey menimpali. Botol tersebut berputar kencang lalu perlahan memelan dan akhirnya berhenti tepat di depan Nathan dan Aya. Banjar mengumpat kecewa. Aya kaget sementara Nathan tenang. “Truth or dare?” Tanya Amel. Aya menoleh menatap Nathan, “Terserah kamu…” Bisik Nathan sesaat mengerti tolehan Aya. “Truth!” Jelas Aya lalu melet menatap Nathan. Amel mengambil kartu di tumpukan truth, membacanya lalu nyengir… “Asli, aku mau begini sebenernya…” “Jika kalian masuk dalam salah satu ruangan apa yang dilakukan?” Tanyanya menatap Aya dan Nathan bergantian. Aya memerah, Nathan malah tertawa melihatnya. “Siapa duluan nih? Kamu apa aku?” Tanya Nathan. “K-Kamu dulu deh…” Aya berbisik. “Bareng aja…” Tawar Nathan. “Satu… dua… tiga… “PETTING!” Teriak mereka bersamaan. Pipi Aya memerah… “Eh, cuman petting? Payah…” Balas Richard tertawa. “Emang petting apaan sih?” Amel bingung. “Itu, cuman gesek tapi nggak masuk, jadi cuman kayak penis aku di gesek di bibir vagina kamu…” Jelas Geri. “Iya? Untung kita nggak gitu, nggak enak banget…” Amel sedikit jijik. “Nggak gitu? Parah kak Amel berarti pernah gituan dong sama kak Geri?” Tanya Dey. “Eh…” Amel memerah menatap Dey. “Ng-nggak gitu…” Lanjutnya. “Sudah-sudah… Putar lagi botolnya…” Beby angkat bicara lalu memutar botol tersebut. Botol tersebut kembali berputar secara kencang, kali ini mereka semua sudah menikmati ritme permainan dan tidak ada yang tegang seperti diawal. Perlahan botol tersebut memelan dan berhenti tepat di depan Beby… “Kok aku nyesel ya?” Beby melongo menatap yang lain lalu kesal. “Yaudah kalo nyesel, aku puter aja lagi…” Balas Dey memutar kembali botol tersebut. “Eh, emang boleh gitu?” Aya angkat bicara. “Yaudah biarin aja…” Balas Geri tenang. Botol tersebut kembali berputar dan perlahan memelan lalu kembali berhenti di depan Beby lagi. Banjar kesal, “Kampret, apa-apaan!” Dia kembali memutar botol tersebut dengan sedikit gusar, yang lainnya jadi kesal melihat itu, “Kalo ini berhenti di Beby lagi, udah ya. Gaada puter-puter lagi!” Nathan memperingati. Perlahan botol tersebut memelan dan berhenti tepat di depan Richard, “Yaah sama aja…” Banjar sedikit kecewa. “Parah Banjar sama Dhea ngebet banget dari tadi…” Richard cekikikan. “Oke, Truth or Dare?” Tanya Geri menatap mereka berdua. “Tadi kan udah kamu, sekarang giliran aku…” Richard tersenyum menatap Beby. “DARE!” Teriaknya, Beby sedikit panik. “Asik nih…” Nathan sedikit antusias, Geri mengambil kartu dare, dan membacanya, “Kalian harus pangku memangku dalam keadaan telanjang selama permainan berlangsung.” BERSAMBUNG…