[JKT48] FIONY ALVERIA TANTRI : HOME ALONE

INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN. LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN. HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK. DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN.

Suasana rumah Fiony hiruk pikuk. Kedua orang tuanya sibuk lalu lalang dengan ponsel di telinga mereka sedangkan Viana adik fiony masih sibuk memasukkan pakaian dan barang barang ke dalam koper besar yang ada di depannya. “Ce Beneran gak mau ikut nih? Viana menatap Fiony yang masih duduk termenung sambil memperhatikan adiknya sedang mengepak barang barangnya. “Aku ada konser bentar lagi. Pasti ditanyain kalo tau tau cuti dan pergi, Nanti malah ribut semua dan bikin ruwet. Kamu aja temenin mami papi dan Koko!” Viana hanya bisa mengangguk dan meneruskan kegiatan packingnya yang tertunda. Gadis berambut panjang itu setengah melamun saat pikirannya melayang pada peristiwa lima minggu yang lalu. “Awas Ko!” Viana berteriak diikuti suara benturan keras yang terdengar hingga ke dalam mobil yang ditumpanginya. Suara gemeretak keras terdengar saat mobil itu bergoyang melewati sesuatu sebelum berhenti di jalan yang gelap itu. Viana turun dari mobil dan menutup mulutnya saat melihat bayangan gelap tak bergerak yang ada di bawah mobil itu. Kakak Viana yang juga turun menyentuh bayangan itu dengan kakinya dan pemuda itu menarik kaget kakinya saat melihat sepatu putihnya berlumuran darah. Kedua kakak beradik ini berpandangan lalu melihat sekitarnya. Tidak terdengar suara apapun di jalan sepi itu hanya deru kendaraan dari jalan di seberang sana serta suara hewan alam yang ada di balik rumput tinggi di sepanjang jalan itu. “Eh Ko! Ini gimana Ko! Koko!” Viana berkata panik saat ia ditarik masuk kembali ke dalam mobil dan merasakan mobil itu bergerak maju menjauh dari tempat ia berhenti tadi. dan menembus kegelapan malam. Aku gak liat dia!” Kakak Viana berkata dengan terbata saat ia sudah menguasai dirinya lagi. wajahnya berkeringat panik sambil menekan pedal gas mobilnya lebih dalam “Tapi jangan ditinggal gitu Ko!Musti lapor polisi kita!” “Gak usah banyak omong Kamu! Kita lapor ke Mami Papi dulu, baru abis itu kita kerjain apa yang mami dan papi mau! Mobil itu melaju makin cepat setelah mereka sampai di bagian kota tempat mereka tinggal. “Ayo Viana buruan.Pesawatnya bentar lagi take off!” Mami Fiony berteriak memanggil Viana dari luar kamar Fiony. Seperti anaknya kedua orang tua itu memilih jalan yang mudah dengan meninggalkan masalah yang mereka hadapi. Mereka sepakat mengirim anak tertua mereka itu menjauh dari hukum dan memberinya alibi yang tidak bisa dibantah agar kakak Fiony itu lepas dari jeratan hukum. Viana yang ikut untuk mengurus rencana kuliahnya ke Jepang itu keluar dari kamar Fiony setelah adik Fiony itu menutup koper dan melambaikan tangan kepada kakak perempuannya. Mobil yang membawa kedua orang tuanya itu menghilang dari pandangan Fiony saat gadis itu langsung merasa sepi ditinggal oleh seluruh keluarganya saat itu. Fiony sebetulnya lebih memilih kakaknya mengambil jalan yang benar dengan mengaku soal kecelakaan itu pada pihak berwajib. Tapi kedua orang tuanya lebih memilih jalan yang mudah dengan alasan melindungi karir Fiony dan nama baik keluarga mereka. Fiony sendiri yang sudah bersiap menghadapi tudingan serta komentar jahat dari netizen kalau kasus kakaknya ini sampai terbuka ke luar merasa lega karena ia tidak ingin menghadapi segala bully dan amarah dari pengguna media sosial. Hidupnya sebagai idol sudah cukup sulit tanpa harus menghadapi orang orang yang maha benar itu. Begitu pikir Fiony ketika gadis itu memilih diam pada keputusan kedua orang tuanya. Fiony yang masuk kembali ke dalam kamarnya sibuk memaskan pakaian ke dalam tas kecvilnya sambil terus melamun. Kadang ada sebersit rasa bersalah dari dalam dirinya yang berkata bahwa tindakan orang tuanya itu adalah sesuatu yang salah Tapi Ego dan ambisi Fiony pada karirnya selalu membenarkan semua keputusan itu apalagi sekarang dirinya sedang menikmati naiknya popularitas dirinya di media sosial. Oleh karena itu Fiony lebih memilih tidak ikut dengan kedua orang tuanya yang membawa kakaknya keluar negeri untuk menghilang selama kasus kecelakaan itu sedang diusut oleh pihak berwajib. Fiony sesekali membaca berita soal kecelakaan yang merenggut nyawa seorang pemuda bernama Bondan yang memiliki dua kakak itu dari berita di koran atau televisi. Koneksi ayah Fiony terbukti cukup ampuh untuk meredam penyidikan itu tanpa harus melibatkan nama keluarga Fiony walaupun kecelakaan itu sudah terjadi hampir dua bulan yang lalu. Mata Fiony terpicing saat silaunya matahari menerpa wajahnya ketika ia keluar dari rumahnya sambil membawa tas yang tadi ia isi dengan pakaian. Rok pendek merah mudah yang dikenakan Fiony berkibar terkena angin saat gadis itu berjalan menuju rumah lamanya. Rumah yang dulu ditinggali sebelum mereka pindah di rumah brunya kini terletak tidak jauh dari rumah baru. Hanya butuh waktu beberapa menit berjalan kaki seperti yang dilakukan Fiony sekarang. “Cece Fiony!” Seorang pria bergegas membuka gerbang rumah Fiony yang lama saat ia melihat Fiony berdiri mencati cari ke arah dalam. gadis itu tersenyum tipis sambil mengucapkan terima kasih sebelum melangkah masuk menuju rumah lama mereka. “Mami Papi udah berangkat ya Ce?” Pria itu bertanya saat melihat tas yang dibawa Fiony saat gadis itu lewat di depannya.

“Iya Mang Juki! Malem ini mau ngerjain tugas jadi aku tidur disini! Nanti kalo mau pulang langsung aja ya Mang tapi minta tolong dikunci semua dulu gerbangnya ya!” Fiony memutar tubuhnya berhadapan dengan Juki sebelum sedikit membungkuk berterima kasih pada penjaga rumahnya itu. Juki membiarkan Fiony meneruskan langkahnya setelah ia mengangguk mengiyakan permintaan Fiony. Mata pria itu menatap tubuh Fiony yang mengenakan kemeja hitam dengan motif hiasan hati berwarna merah muda itu. Sekilas Juki bisa melihat paha Fiony yang tersingkap saat rok pendek Fiony tertiup angin. Pria itu menghela nafas puas saat tubuh Fiony menghilang dari pandangannya dan masuk ke dalam rumah. Langit sore mulai terlihat saat Juki mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Fiony menghembuskan nafas saat ia masuk ke ruang tamu yang terlihat berantakan itu. Berbagai macam alat pertukangan berserakan di atas meja, sejumlah tali tambang bergantungan dari lantai atas kayu kayu yang didirikan untuk menyangga atap rumahnya yang sedang di renovasi itu. Botol botol minuman yang masih tertutup juga terlihat di salah satu sudut ruangan. Botol minuman yang disediakan oleh orang tua Fiony untuk para tukang yang bekerja melakukan renovasi di rumah mereka itu terlihat ada yang belum tersentuh sama sekali. Suasana rumah lamanya memang sangat berantakan tapi Fiony memilih menuruti kemauan orang tuanya untuk sementara pindah ke rumah lamanya itu untuk menghindari orang orang yang bertanya soal keberadaan kakaknya dan Viana pada Fiony. Udara dingin berhembus saat Fiony membuka kamar tidur lamanya da melihat kamarnya yang sudah tertata rapi. Orang tuanya sudah menyuruh pembantu rumah tangga mereka untuk membereskan kamar itu agar Viony bisa tidur dengan nyaman sebelum mereka juga mengirim pembantu mereka itu pulang ke kampungnya untuk sementara waktu. Tumpukan panel panel kanvas serta alat alat tulis bertumpuk di meja besar di dalam kamar Viony. Tumpukan tugasnya sebagai seorang mahasiswa jurusan DKV membuat Fiony kadang kewalahan membagi waktu antara kuliah dan kegiatan di grupnya. Fiony menarik nafas sebelum menutup pintu kamar tidurnya dan mulai memaksa dirinya untuk mulai mengerjakan tugasnya yang sudah menumpuk itu. — Fiony meregangkan tangannya ke atas saat satu coretan terakhir ia goreskan pada kertas yang ada di depannya. Setelah berpuluh puluh lembar kertas berserakan di sekitarnya akhirnya tugas kuliah itu selesai ia kerjakan. Mata gadis itu melebar menatap jendela kamarnya yang telah gelap dan terdengar pekik kaget saat matanya melihat angka yang ditunjukan oleh jam yang berpendar di lemari dekat mejanya itu. “Astaga! Udah malem!” Gadis itu bergegas berdiri dan membongkar tas yang ia bawa untuk mncari handuk dan pakaiannya. Tapa memperhatikan hal lain Fiony bergegas menuju kamar mandi. Di dala, kamar mandi Fiony menatap tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Ia termangu menatap pantulan tubuhnya sendiri. Matanya menatap buah dadanya yang terhitung rata untuk gadis seusia dirinya. Kadang ia merasa minder ketika berfoto dengan teman teman lainnya yang sudah memiliki buah dada yang menggunung membulat di dada mereka. Puting susu coklat pucat itu terlihat membulat di puncak buah dada Fiony yang rata itu. Fiony melangkah lesu menuju bathtub setelah menatap buah dadanya itu. Tubuh gadis itu langsung basah oleh air hangat saat air shower dari shower head mengalir menyiram tubuh telanjangnya yang terlihat lesu itu. Wangi sabu yang dituangkan Fiony pada Shower puff tercium harum ketika busanya mulai menggumpal lembut terkena air dan remasan tangan Fiony. Tangan Fiony membelai lembut buah dadanya sendiri saat ia menyabuninya oerlahan. Ia merasakan puting susunya bersentuhan dengan telapak tangannya. “Kenapa kamu gak tumbuh tumbuh sih?”F Tangan Fiony bergerak melingkari buah dadanya merasakan gerakan lembut tangan pada gunungan kecil yang tumbuh di dadanya. Aliran hangat air terasa mengalir turun dari leher melewati perut dan terasa di selangkangan Fiony. Tanpa sadar Fiony membelai vaginaya yang dihiasi rambut halus itu . Jemarinya meraba belahan vagina yang tipis dan rapat itu sambil menarik nafas mencoba mengalihkan perhatiannya dari kedua bagian sensitif dari tubuhnya itu. Fiony menggelengkan kepalanya dan menekan tombol membuat aliran air semakin deras mengguyur tubuhnya. “Tugas masih banyak! Fiony! Nanti aja kalo mau tidur!” Gadis itu berkata sendiri dengan nada tegas pada dirinya sendiri sambil menjauhkan tangannya dari buah dada serta selangkangannya.

“Ya Yesus Kristus! Ini sih bakalan gak tidur lagi!” Fiony tercengang melihat jam dinding sambil membalutkan handuk untuk menutupi tubuhnya. Sambil menghadap cermin gadis itu menggosok keras rambutnya yang basa dan sekarang berbau harum itu dengan handuk sambil menatap jendela kamarnya yang gelap. Fiony bergerak ke arah jendela dan menutup tirai sebelum ia membuka lilitan handuknya untuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang ia pakai tadi. “Fokus Fiony!” Gadis itu menggerutu saat handuknya mengusap dan menggosok selangkangannya lagi seperti tangannya tadi di bawah shower. Fiony kembali membalut tubuhnya dengan handuk lagi sebelum mulai merapikan rambut panjangnya dengan sisir sambil duduk di hadapan meja rias yang dilengkapi cermin itu. Suara gedoran keras membuat tubuh Fiony tersentak kaget. Suara gedoran itu terdengar jelas di ruangan rumah lama Fiony yang kosong dan senyap itu. Fiony butuh waktu beberapa saat sebelum berani bangkit dari kursi dan membuka pintu kamarnya. Lampu yang menyala di ruma itu sesekali berkedip cepat seakan juga tidak sabar menunggu Fiony menanggapi gedoran keras di pintu rumahnya. “Ce Fiony! Ce Fiony! Ce Fio!” terdengar suara keras dari balik pintu itu saat gedoran tadi berhenti. Fiony memberanikan diri keluar dari kamar dan melangkah mendekati pintu. “Ce Fio! Ini Mang Juki! Ce Fio! Bukain pintu Ce! Ada yang penting Ce Fio! Ce Fony!” Suara Juki terdengar panik dan mendesak saat Fiony berhenti mendekati pintu. “Kenapa Mang?!” Fiony terdengar ragu bercampur panik menjawab gedoran Juki. Ia mulai merasa takut berada di rumah itu sekarang. “Bukain pintu Ce! Ini ada yang penting! Ce Fio!” Suara Juki terdengar lebih normal setelah mendengar jawaban Fiony dari dalam. Gedorannya berubah menjadi ketukan dan tidak sekeras tadi terdengar dari dalam. Fiony sudah mendekati pintu saat ia sadar dan berhenti. Ia menatap dirinya sendiri sebelum berputar dan berlari menuju kamarnya lagi. “Sebentar Mang!” Gadis itu setengah berteriak saat sadar dirinya hanya mengenakan handuk dan kembali ke kamar untuk berpakaian. Fiony melempar handuk itu ke eja dan mencari cari pakaian tidur yang biasa ia kenakan. Satu pasang piyama dengan celana pendek berwarna pink ia kenakan dengan tergesa. Gadi itu tersandung sandung saat keluar dari kamar sambil membawa kunci pintu. Suara kunci pintu terdengar saat Fiony membuka sedikit pintu kayu itu. Matanya melihat Juki berdiri dan terlihat gelisah. “Ada apa Mang Juki?” Fiony bertanya saat matanya melebar penuh dengan rasa ingin tahu. “Ini Ce! Ada yang cari Cece!” Fiony masih sempat melihat kaki Juki terangkat dan menendang pintu rumahnya. Pintu kayu yang tebal dan keras itu teranting ke dalam mengenai muka dan kepala Fiony. Tubuh Fiony terdorong mundur ke belakang sebelum menabrak kursi kayu dengan keras. Tubuh kurusnya terbanting ke lantai. Pandangan Fiony berkunang saat kepalanya terantuk batang kayu yang ada di dekat meja di ruangan tamu itu. Fiony hanya bisa megap megap saat Juki diikuti oleh tiga pria lain masuk dengan bebas ke rumahnya itu. Fiony mencoba meronta tanpa hasil saat tubuhnya diangkat oleh Juki dan diseret masuk menuju kamar tidurnya. Fiony tidak sempat meronta saat ia merasakan tubuhnya diseret oleh seseorang. Gadis itu hanya sempat melihat ia diseret melintasi ruang tamu diikuti oleh tiga pria lain yang tidak pernah lihat sebelumnya. Gadis itu kemudian merasakan tubuhnya terangkat sebelum dijatuhkan kembali ke atas ranjangnya. Mata Fiony hanya sempat melihat langit langit kamar tidurnya yang terang oleh lampu itu serta tumpukan tugas serta buku buku kuliahnya yang berada di sebuah meja. Sebuah bayangan gelap menutupi pandangan Fiony. Gadis itu tersengal saat perutnya terhimpit oleh sesuatu yang berat. Seorang pria yang terlihat jauh lebih tua dari Juki naik ke atas ranjang dan menduduki perut Fiony. Tubuh gadis yang kurus itu seperti tenggelam kedalam kasur yang ditidurinya saat pria tadi menduduki Fiony dengan seluruh berat badannya. Mata Fiony masih berkunang kunang saat ia merasakan nafasnya terasa berat. Gadis itu menggeliat lemah ketika sepasang tangan menarik narik baju tidur yang ia kenakan dengan kasar. Tubuh kurus Fiony terangkat dari ranjang ketika tangan tadi menarik baju tidurnya itu sekuat tenaga. Suara benang putus terdengar saat kancing kancing yang menutup baju Fiony itu terlepas dari baju Fiony. “Toketnya kecil amat Juki! Kayak anak SMP!” Fiony merasakan sepasang tangan meremas dadanya ketika pria yang menduduki tubuhnya itu berhasil merobek baju tidur yang ia kenakan tadi. Fiony merintih lirih saat jari pria yang tadi meremas buah dadanya menjepit puting susunya sambil memilinnya dan menarik nariknya dengan kasar. “Pentilya sih lumayan buat diemut ntar!” Pria itu menoleh pada dua pria lain yang sedang menontonnya di atas ranjang itu. “Lu pada bisa ngaceng gak nih kalo sama cewek toketnya rata gini?” Pria itu bertanya sambil menunjukan tubuh Fiony yang sudah terbuka itu pada mereka. Dua pria yang lebih muda itu hanya mengangguk “Rata sih tapi bodinya pasti mulus Beh! Lagian mukanya cakep juga! Pasti bisa ngaceng lah kita!” Pria yang menjawab itu menyenggol yang ada di sebelahnya. ” Iya gak Sun?!” Tarsun mengangguk setuju pada perkataan pria yang menyenggolnya. “Iya Beh! Biarpun Rata tapi mekinya pasti legit kalo cina model gini! Tenang aja Beh! Dijamin legit!” Tarsun tersenyum pada pria Ayahnya yang sedang menduduki Fiony itu sambil berusaha menenangkan perasaan tidak puas pria itu setelah melihat tubuh Fiony yang ada di bawahnya. “iya Bang Tarjo! ia masih orisinil semua! Pacaran aja gak pernah Dijamin masih asli dan masih legit semua!” Juki ikut menyambung perkataan Tarsu pada pra yang dipanggil Tarjo itu. Tarjo menghembuskan nafas setelah diam berpikir sambil menatap Fiony yang masih setengah sadar di bawahnya itu. “Iya deh! Gua percaya Lu Juk! Adek gua gak bakal lah kecewain gua!” Tarjo turun dari ranjang sambil terus memperhatikan Fiony. Tangannya meraih pinggang celana yang dikenakan Fiony. lalu dengan kasar dan cepat pria itu menarik lepas celana yang dikenakan Fiony itu hingga terlepas dari tubuhnya. Terdengar suara gumam kagum dari pria yang ada di kamar itu ketika tubuh telanjang Fiony terlihat begitu jelas terlentang di atas ranjang. Mata mereka tidak bisa lepas dari selangkangan Fiony yang dihiasi rambut halus dan terlihat rapi dan sangat mulus dan bersih. “Bener juga kata lu Juki! Mekinya masih asli! Gua gak sabar mau test drive nih anak!” Rajo menjilati bibirnya dengan penuh nafsu dan tak sabar saat melihat tubuh Fiony tergeletak telanjang di depannya. Fiony mengerang lemah saat ia menggelengkan kepalanya. Rasa pusing karena kepala membentur kaki meja tadi saat ia terjengkang terkena tendangan kaki Juki perlahan mulai menghilang seiring penglihatannya yang semakin jelas. Tangan Fiony meraba raba perutnya dan tersentak kaget saat ia bisa merasakan perut langsingnya yang terbuka sama seperti dadanya yang terasa dingin dan terbuka saat gadis itu meraba panik seluruh tubuhnya. Kepala Fiony terangkat dan menatap seluruh tubuhnya Ia menjerit kaget saat ia melihat tubuh telanjangnya berbaring terlentang di hadapan Juki dan tiga pria lain yang ada di dalam kamarnya itu.Fiony menjerit mencari cari sesuatu untuk menutupi tubuhnya Gadis itu berguling dari ranjang menjauh dari tatapan para pria yang ada di sekeliling ranjangnya. “Mang Juki! Ini kenapa? Kok Kayak Gini?! Mereka siapa Mang! Mang Juki!” Fiony menjerit histeris sambil membungkuk berusaha menutupi tubuhnya sambil meminta penjelasan pada Juki yang diam berdiri tak bergerak pada jeritan Fiony. Pria itu hanya dia melihat Fiony yang klang kabut menarik bantal serta membungkuk merasa malu pada keadaan dirinya saat itu. Mata Fiony mencari cari di sekelilingnya.

Gadis itu berhenti menjerit saat i melihat pintu kamarnya yang terbuka. Dari tempat ia berdiri gadis itu melihat ruangan tamu yang terang dengan pintu yang tadi ditendang oleh Juki masih setengah terbuka. Tubuh Fiony langsung mengehang saat gadis itu melempar bantal yang menutupi tubuhnya pada Tarjo yang berada paling dekat dengan diinya. Lemparan Fiony tadi membuat Tarjo terhuyung mundur selangkah membuat Fiony langsung melompat melewati dirinya berusaha berlari menuju pintu kamarnya. Bantal yang dilempar oleh Fiony itu terjatuh ke lantai setelah mengenai wajah Tarjo. Mata Tarjo sempat melihat rambut panjang Fiony yang diikat ke belakang itu berkelebat melewatinya ketika gadis itu berlari menuju pintu kamarnya. Tangan Fiony sudah terjulur ke arah pintu kamar ketika kepalanya tertarik ke belakang. Rasa nyeri menyerang kulit kepala Fiony saat tangan Tarjo menarik rambutnya yang tadi berkelebat melewati Tarjo. Tangan Tarjo tanpa ragu menarik rambut Fiony dan membantingnya ke lantai. Tubuh kurus Fiony itu sekali lagi terbanting terjengkang ke lantai saat kepalanya tertarik ke belakang oleh tangan Tarjo yang merenggut rambutnya, Nafas Fioy langsung terasa berat saat tangan Tarjo yang besar dan kuat menekan leher fioy. Gadis itu tersengal ketika matanya menatap nyalang pada Tarjo yang menekan jarinya di leher Fiony. “Kalo masih mau idup! Gak usah macem macem!” Tarjo menekan leher Fiony dengan kuat membuat nafasnya Fiony terputus putus mencari oksigen. Mulut Fiony terbuka saat udaranya yang ada di paru parunya mulai menipis saat Tarjo terus menekan jarinya di leher Fiony. Tarjo dengan mudah menarik tubuh Fiony naik dan menekannya pada pinggiran ranjang Fiony sambil terus mencekik leher Fiony “Kalo Lu masih mau lanjut nafas Lu gak usah banyak ribut!” Tarjo kembali berbisik pada Fiony yang meremas tangannya karena paru parunya mulai terasa nyeri. Mata Fiony melebar mengerti saat ia mengangguk keras berusaha meyakinkan Tarjo agar melepaskan tangannya dari leher Fiony. Fiony terbatuk keras saat tangan Tarjo akhirnya lepa dari lehernya. Keempat pria tadi mengelilingi Fiony untuk mencegahnya agar tidak berusaha melarikan diri kembali. Nafas Fiony terdengar putus putus saat gadis itu berhasil mengisi paru parunya dengan oksigen lagi. Gadis itu memilih tetap duduk bersimpuh di lantai sambil menyilangkan tangannya menutupi dada dan membungkuk agar selangkangannya tidak terlihat oleh pria yang mengelilinginya itu. “Maaf Ce Fio! Mang Juki gak mau sakiti Ce Fio tapi, Mami dan Papi Ce Fio gak kasih mamang pilihan. Karena bagaimanapun juga Bondan itu adalah keponakan Mang Juki!” Fiony berusaha menggali ingatannya saat mendengar nama Bondan dari Juki. Gadis itu seketika merinding saat teringat nama Bondan yang berulang kali disebut saat berita nama korban kecelakaan itu ditayangkan di berita atau di koran.” “Dan Bondan itu anak gua!” Tubuh Fiony terhuyung saat kaki Tarjo mendorong tubuhnya yang langsung terasa lemas menyadari perbuatan kakak dan orang tuanya itu membawa mereka semua datang ke rumah ini malam itu. “Maafin Fiony, Koko dan Mami dan Papi Mang!” Fiony menurunkan kepalanya serendah mungkin di depan Juki dan Tarjo saat gadis itu merasakan dadanya berdebar keras menyadari posisi dirinya tanpa ada jalan keluar yang terbayangkan sama sekali olehnya. “Maaf Lu gak bisa balikin adek kita Anjing Cina!” terdengar bentakan keras dari Kirman dan Tarsu yang terlihat mulai mengikuti emosi Tarjo. “Maafin keluarga saya Kak! Maaf Kak! Saya turut berduka cita Kak!” Fiony merendahkan lagi kepalanya berusaha meredam emosi Kirman dan Tarsun yang juga ada di hadapannya ,Kepala gadis itu menempel pada lantai di depan kaki Tarsu dan Kirman. Emang lu bisa balikin ar mata ibu gua yang nangis mulu setiap malem kalo inget adek kita hah?! Dan yang paling Bangsat adalah lu pikir semuanya bisa beres hanya karena keluarga lu bisa pake uang dan fasilitas lu semua buat beresin kesalah yang lu lakuin!” Fiony merintih lirih saat kepalanya merasakan kaki Kirman yang menginjak kepalanya. “Maafin saya Kak! Maafin keluarga saya!” Fiony terus berusaha menahan tangis ketakutannya saat ia tidak bisa mengangkat wajahnya yang ditekan menempel ke lantai oleh kaki Kirman. “Lonte tocil ini cuman bisa maaf maaf terus Juk! Bikin bete!” Terdengar nada bosan dari Tarjo”Udah kita abisin aja dia Sekalian kita bakar nih rumah!” Fiony tersentak menarik kepalanya dari injakan Kirman gadis itu mengulurkan tangannya memeluk kaki Tarjo “Jangan! Jangan! Saya akan kasih ganti rugi Pak! Tapi jangan sakiti saya! Saya mohon! Berapa ganti ruginya saya sediakan uangnya!” Fiony terus memohon dan memeluk kaki Tarjo walaupun pria itu terus menggerakan kakinya berusaha menjauh dari Fiony. “Bacot Lu!” Tubuh Fiony terdorong lagi ke ranjang saat Tarjo menyentak kakinya dari tangan Fiony!”Udah abisin aja dia Kirman! Tarsun!” Fiony menjerit ketakutan sambil menutupi wajahnya saat mendengar kata kata Tarjo. “Sabar dulu Bang! Kita dengerin dulu aja tawaran dia gimana! Kalo nanti Bang Tarjo gak suka Kita bisa abisin dia! Siapa tau tawaran dia bagus Bang!” Kirman dan Tarsun yang sudah mendekati Fiony berhenti saat mendengar kata kata Juki. “Fiony ada ATM Mang Juki. Dan Papi mami juga ninggalin kartu kredit dan ATM buat keperluan selama mereka pergi! Bisa diambil semuanya Mang Juki! Semuanya bisa diambil!” Suara Fiony bergetar menatap Juki berharap tawarannya bisa diterima dengan keselamatan dirinya. Fiony dengan gemetar menggapai ponselnya dan membuka aplikasi mobile banking miliknya. Gadis itu menyodorkan ponselnya pada Juki yang berada paling dekat dengan dirinya. Mata Juki bersinar melihat saldo yang tertera pada ponsel Fiony. Pria itu menyodorkan ponsel Fiony pada Tarjo yang hanya mendengus saat melihat jumlah uang yang ada di rekening Fiony. “Itu bisa diambil semuanya Pak! Saya mohon jangan ganggu keluarga saya lai. Nanti uang yang ada di rekening Papi juga bisa diambil sekalian!” Saya minta maaf atas kesalahan Koko saya dan adik saya Pak!” Fiony masih bersujud di lantai sambil berulang kali menundukan kepalanya berharap Tarjo mau menerima permintaannya. Tarjo dan Juki hanya berpandangan sebelum Tarjo dan Juki mengangguk perlahan. “Lu yakin duitnya bisa diambil semua nih? Tarjo mencondongkan duduknya ke arah Fiony. Fiony hanya bisa menurunkan kepalanya lebih jauh merasa sedikit lega Tarjo mau mempertimbangkan tawarannya.” Bisa Pak! Bisa Pak! Nanti saya kasih pin ATMnya supaya Bapak bisa Ambil semuanya!” “Gua gak segoblok itu sih!” Tarjo memotong ucapan Fiony.” Lo ikut kita ke ATM. supaya Lu bisa ambilin duitnya dan kasihin ke kita. termasuk uang punya papi lu yang lu bilang tadi!” Dan kalo sampe ga bisa mayat lu tinggal gua buang di pinggir jalan tol!” Terdengar desah kecewa dari Kirman dan Tarsu saat Tarjo beranjak berdiri dan mulai memberi perintah pada Juki untuk menyiapkan mobil. Pria itu menyuruh Fiony untuk mencari pakaian dan menutupi tubuh telanjangnya. Lemari pakaian Fiony langsung berantakan saat gadis itu dengan gugup dan ketakutan mencari cari pakain untuk ia kenakan.Ia hanya sempat menemukan tank top hitam dan rok pendek hitam sebelum Tarjo berteriak menyuruhnya untuk ikut keluar bersama mereka. Fiony tda lagi sempat mengenakan celana dalam dan bra saat Tarjo menarik tangannya menjauh dari lemari pakaian. “Lu gak usah mikirin daleman. Supaya kalo lu macem macem gua tinggal telanjangin lu dan lempar lu ke tengah jalan!” Fiony hanya bisa menurut ketakutan sambil menyambar outer warna hijau untuk menutupi tank topnya itu. Tubuh Fiony didorong dorong menuju luar saat mobil yang dikemudikan Juki sudah berhenti di teras rumah itu. Mobil mewah itu langsung terisi penuh dengan Kirman yang memegang kemudi serta Tarsun yang duduk di kursi depan. Tarjo dan Juki mengapit Fiony yang duduk diam diapit olehkedua pria itu di bangku belakang. Fiony meremas tas hitam kecil yang dibawanya. Tas berisi ATM miliknya serta ATM yang diberikan oleh kedua orang tuanya itu dipegang erat oleh Fiony seakan hidup dan matinya ada di dalam tas kecil itu. —EOF–TBC—