[JKT48] INDAH CAHYA NABILLA : CAMPUS

INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI
KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN
SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA
SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA
MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN. LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN.
HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK.
DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN.

“Waktunya habis!” Seseorang membka tirai yang menutupi booth persegi itu sambil menekan tombol pada stow watch yang ia pegang. Pemuda yang sedang bersalaman dengan gadis bernama Indah Cahya Nabilla itu menoleh dan mengangguk mengerti sambil perlahan menarik lepas tangannya dari tangan Indah. “Senang ketemu dan ngobrol sama kamu Indah!” pemuda itu mundur menjauh dari pagar yang membatasi dirinya dan Indah itu. Tangannya melambai ketika ia melangkah keluar dari booth itu. Indah yang mengenakan baju gaun terusan dengan motif batik coklat tanpa lengan itu balas melambai.” Terima kasih dukungannya ya Kak Peter!” Wajah Indah terus tersenyum untuk menyambut fans lain yang juga sudah masuk ke dalam biliknya. “Hai Kak! Namanya siapa?” Indah mengulurkan tangannya menyambut pemuda lain yang masuk menggantikan Peter. Peter melangkah dengan perasaan seang dan ringan. Tangannya masih merasakan halusnya tangan Indah saat mereka berjaba tangan tadi. Pemuda itu melangkah ke dalam sebuah tempat makan di mall tempat acara meet and greet itu diadakan. Peter memilih duduk di kursi dimana ia bisa memandang ke arah tempat meet and greet itu dilaksanakan agar ia bisa melihat jika Indah keluar dari biliknya nanti. Peter melihat foto yang tadi diambil saat ia berfoto dengan Indah sebelum ia masuk ke dalam bilik dan berjabat tangan dengan gadis itu. Foto yang diambil oleh salah satu staf penyelenggara itu terlihat cerah dan terang. Persis seperti yang diharapkan. Pemuda itu sedang tersenyum senyum sendiri mengingat percakapannya dengan Indah tadi saat ponselnya berbunyi. “Keapa cok?!” Peter menjawab teleponnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bilik Indah tadi. “Lah! Kan udah gua garap kemaren! Semuanya udah selesai kok! Maslah gak kebawa ama yang ngambil barang ya bukang urusan gua dong!” Wajah peter terlihat mengeras karena kesal mendengar perkataan lawan bicaranya.”Gua lagi ada acara! Mana bisa gua tinggal ******!” Peter melihat jam tangannya.” Maa udah jam segini! Kampus juga udah tutup njing!” “Ah Lu gak usah alesan itu barang ada posko atau apa dah! Lo emang males ngaku kalo lo yang lupa bawa tuh barang pas udah selesai gua presentasikan kemarin! “Eh! Denger ya! Lu Emang ketua kelompok! Tapi itu gak bikin gua adalah babu lu yang lu bisa suruh suruh mendadak kayak gini!” Peter terus berpikir sambil menatap jam tangannya. Ia menghela nafas kesal setelah telepon itu ia tutup lagi.Matanya masih gelisah menatap kerumunan orang yang ada di sekitar lokasi itu dan belum menunjukan tanda tanda mulai berkurang. Malam telah larut saat Indah selesai melakukan tugasnya menyapa para penggemarnya. Sambil membawa jatah makanan yang sudah disediakan gadis itu membaca pesan yang ada di ponselnya. Mata bulatnya perlahan melebar saat ia membaca sebuah pesan dari seseorang. Indah berjalan tergesa melewati orang orang yang ada di depannya mendatangi seseorang dengan seragam yang sama seperti para staf lain dan sedang sibuk mengatur dan berbicara dengan staf staf lainnya! “Kak! Aku mau izin pulang duluan boleh!?” Indah berkata dengan wajah cemas pada wanita yang sudah senior itu . “Loh?! Kamu kenapa ? Sakit? Ke ruang kesehatan dulu aja!” Wanita itu bertanya sambil menatap Indah dengan menyelidik. “Aku gak sakit Kak!” Ini ada Dosen aku telepon dari tadi soal skripsi aku! Tapi karena aku meet and greet jadi gak aku jawab! Terus dia kirim pesan kalo aku gak segera kirim bahan bahan yang dibutuhkan skripsi aku bisa kena pending! Bahan bahannya ada di kampus aku kak! Jadi aku musti ke kampus buat ambil bahan dan aku kirim ke dosen itu!”Indah menunjukan ponselnya pada wanita itu. Wajah gadis itu berharap cemas saat wanita itu membaca pesan yang diteria Indah tadi hingga membuat gadis itu terihat cemas dan kuatir. “Tapi udah malem loh ini!” Wanita itu tampak enggan membiarkan indah pergi seperti rencananya. “Aku naik taksi online kak! Di kampus juga biasanya dada anak anak UKM yang masih di posko dan begadang! Please boleh ya Kak! Aku mohon sekali ini saja!” Wanita itu terlihat serba salah dan menatap Indah.” Sekali ini aja ya! Gak bagus kalo member lain tau! Udah sana! Nanti tambah malem! Nanti aku bilangin ke Shani kalo kamu ada urusan mendadak!” Indah hampir memeluk wanita itu ketika ia mendapatkan ijin. Tubuhnya bergegas melangkah menjauh dari wanita itu***un tanpa lengan yang ia kenakan saat bertemu dengan penggemarnya itu tidak sempat ia ganti dengan baju lain saat ia setengah berlari menuju pintu keluar. “Hati hati Indah!” Suara wanita itu samar terdengar di telinga Indah karena gadis itu sudah menuruni tangga menuju lantai bawah. Peter melangkah lesu menyusuri jalanan. Ia melangkah malas menuju kampusnya yang ada di dekat mall tempat ia bertemu dengan indah tadi. Pemuda itu masih membayangkan wajah cantik Indah yang tadi bertemu dengannya. Pemuda itu berharap tadi Indah akan mengenalinya sebagai teman sekampus karena mereka sering berpapasan walaupun tidak saling mengenal. Peter adalah kakak angkatan dari Indah yang satu fakultas dengannya. Pemuda itu tidak menyangka idolanya itu akan masuk di kampus dan fakultas yang sama walaupun tidak dalam angkatan yang sama. Peter sering diam menunggu indah melewati jalan yang ada di bawahnya saat ia duduk bersandar pada pagar tembok lantai atas gedung kampus mereka. Tubuh langsing gadis itu terus terbayang oleh Peter bahkan saat ia sudah pulang dan sedang sendirian di dalam kamar kosnya. Suasana kampus itu di luar perkiraan terlihat sangat gelap dan sangat sepi saat Peter tiba di gerbang depan dan melangkah masuk menuju gedung fakultasnya. Pak Rojak Satpam kampus yang biasa duduk di pos penjaga tidak terlihat ketika Peter melangkah semakin dekat dengan gedung yang ia tuju. Suasana kampus yang hening tanpa suara sama sekali membuat bulu kuduk Peter sedikit meremang. Kendaraan yang biasanya lalu lalang di jalan depan kampus mereka itu juga kali ini terdengar sepi dan nyaris tidak ada yang lewat di depan gedung kampus itu. Peter memandang gedung fakultasnya yang terdiri dari lima lantai. ruang UKM yang ia tuju ada di lantai tiga, Peter mulai melangkah menaiki tangga menuju lantai yang ia tuju sambil mengutuki teman sekelompoknya yang membuat ia harus kembali ke kampus malam malam hanya untuk mengambil barang yang tertinggal. Sedikit terengah Peter akhirnya tiba di lantai yang ia tunggu. Tangan Peter baru menyentuh pintu ruangan yang ia tuju saat terdengar jeritan dari lantai yang ada di atasnya. “JANGAN!!” Peter mndengar suara jeritan itu sekali lagi sebelum mendengar sebuah pintu ditutup keras. — Pengemudi taksi online itu sedikit ragu menghentikan laju mobilnya saat ia melihat titik tujuannya telah dicapai.

Suasana kampus yang gelap dan sepi itu awalnya sedikit membuat Indah ragu untuk turun dari mobil yang membawanya dari tempat event tadi. “Kayaknya gak ada orang mbak!” Bener mau turun disini?” pengemudi itu bertanya lagi untuk meyakinkan Indah yang sudah membuka pintu mobilnya. “Iya Pak! Di dalem biasanya rame kok!” Indah membulatkan tekadnya untuk turun setelah teringat bahwa nilai kuliahnya sedang berada di ujung tanduk jika ia tidak mengirimkan bahan yang dibutuhkan oleh dosennya itu malam ini juga. “Hati hati Mbak!” Indah masih sempat mendengar ucapan pengemudi taksi itu sebelum ia menutup lagi pintu mobil yang ia tumpangi itu. Udara dingin menyusup dari sela sela jaket rajut yang ia kenakan untuk menutupi tubuhnya. Gaun batik yang ia kenakan terbuat dari bahan yang tipis, membuat udara dingin segera meterasa menyelimuti seluruh tubuh Indah saat angin malam berhembus mengiringi langkah Indah memasuki lingkungan kampus itu. Sebuah lampu menyala di pos jaga satpam kampus , tempat Pak Rojak biasa berjaga di situ. Indah sedikit kecewa karena ia tidak berhasil menemukan Pak Rojak satpam kampus itu. Gadis itu berharap bisa bertemu dengan Rojak agar pria itu bisa menemaninya masuk ke dalam kampus dan mengambil bahan yang ia butuhkan. Rambut panjang bergelombang Indah yang diikat ke belakang bergoyang ketika langkah sepatu putih bertali yang dikenakan Indah terdengar ketika Indah melangkah di jalan setapak membelah taman yang gelap menuju gedung fakultasnya. Gadis itu terpekik kaget saat seekor kucing yang diam dalam kegelapan melompat mejauh terganggu oleh kehadiran dirinya yang berjalan sedikit tergesa berharap bisa segera sampai di gedung fakultasnya itu. Gedung fakultasnya yang terdiri dari lima lantai terlihat menjulang tinggi dan menyeramkan di malam hari itu. Kegelapan menyelimuti tangga yang harus dinaiki untuk menuju lantai tempat ruangan yang dituju Indah berada. Kaki Indah terasa berat saat mulai menaiki anak tangga itu satu persatu. Detak jantungnya terasa keras di dada Indah. Gadis itu mulai menyesali keputusannya datang sendirian ke kampus itu. “Mustinya tadi aku ajain Adel atau Ci Shani!” Indah berbisik pada diri sendiri saat ia menghela nafas menaiki jejeran tangga lain menuju lantai selanjutnya. Tubuh Indah yang tadi dingin terasa hangat setelah Indah setengah berlari menaiki tangga dengan setengah ketakutan. Nafas Indah terengah saat ia sampai di lantai yang ia tuju. Pemandangan malam yang gelap terlihat dari balik pagar pembatas tempat Indah biasa berdiri dan bersandar sambil melihat mahasiswa lain lalu lalang di bawahnya. Tapi ki Indah tidak memikirkan hal itu Ia terus berjalan tergesa memusatkan perhatiannya pada lorong lorong yang membawa dia menuju ruangan yang ia tuju. Tangan Indah baru saja memegang pegangan pintu dan menekannya untuk membuka pintu. Gadis itu menarik pintu itu dan merasa panik karena pintu ruangan itu tidak bisa bergerak. Pintu itu seperti tersangkut pada sesuatu dan hanya bergoyang saat Indah mencoba menariknya agar terbuka. Pergulatan Indah dan pintu itu berlangsung beberapa saat sebelum Indah menggunakan kedua tangannya dan menarik nafas panjang sebelum menarik pintu itu sekuat tenaga. Tanpa disangka dan diduga oleh Indah Pintu itu langsung terbuka oleh tarikan kerasnya. Tubuh Indah terhuyung ke belakang karena ia sudah terlanjur mengerahkan seluruh tenaganya. Gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang. Tangannya menggapai mencari pegangan sebelum ia bersiap merasakan tubuhnya jatuh terjengkang ke lantai. “Wah Sedang apa kamu malem malem begini di kampus?” Tubuh Indah yang terjengkang itu jatuh di pelukan seorang pria yang ada di belakangnya. Indah menatap pria yang ada di belakangnya itu setelah mendengar suara yang sering ia dengar. Mata Indah bulat mengenali pria yang sedang memegangi tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai itu. “Pak Sambodo?” Indah setengah berteriak kaget ketika dosen yang tadi menghubungi dia saat melaksanakan event sekarang berdiri di belakangnya menahan tubuhnya yang terjatuh bersandar pada tubuh pria setengah baya itu. Kedua tangan Sambodo memegang erat lengan Indah seakan ingin menahan gadis itu agar tidak terjatuh saat Indah berusaha untuk menegakan dirinya lagi. Indah menoleh ke belakang sambil tersenyum kikuk. Ia berulang kali berusaha melepaskan dirinya dari kedua tangan Sambodo yang memegang erat kedua lengannya itu. “Saya hanya mau ambil data yang Bapak minta tadi Pak! Karena Bapak tadi kan kasih deadline hanya sampai hari ini saja! Karena itu saya datang malam malam kesini supaya saya bisa kirim data itu ke Bapak sebelum deadline.” Mata Indah menatap dengan was was ketika melihat raut wajah Sambodo yang tubuhnya terasa begitu dekat dan bersentuhan dengan tubuhnya yang langsing itu. “Kadang mereka semua pakai alesan sama seperti itu Pak Sam!” Dari balik pintu ruangan tadi keluarlah Rojak yang tadi berada di balik pintu yang ditarik sekuat tenaga oleh Indah.” Mereka selalu bilang ada keperluan buat tugas dan lainnya, Tapi ujungnya tetap berbuat mesum Pak!” Rojak berdiri di depan Indah sambil mengamati tubuh Indah yang terus menggeliat mencoba melepaskan dirinya dari tangan Sambodo. Indah menatap penuh rasa terkejut pak Rojak yang langsung menuduhnya dengan tuduhan yang sangat tidak masuk akal bagi Indah. Wajah Indah bersemu merah antara rasa kesal dan malu karena merasa risih ditatap demikian rupa oleh Rojak yang saat itu hanya mengenakan singlet dan celana training saja. “Astagfirullah Pak Rojak! Saya ini mahasiswa baik baik Pak! Tuduhan Pak Rojak sama sekali gak berdasar. Saya memang ingin mengambil data untuk dikirimkan pada Pak Sambodo! Indah hampir berteriak saat berbicara membantah tuduhan Rojak. Tubuhnya bergoyang berusaha melepaskan diri seakan ingin menghampiri Rojak untuk meluapkan kekesalannya. Rasa takut dan cemas Indah telah hilang bercampur dengan rasa kesal mendengar tuduhan dari Rojak. “Sudahlah Indah! Dengan kedatangan kamu sendirian malam malam gini, kita semua sudah bisa menebak pribadi kamu itu sebetulnya seperti apa. Sayang selama ini yang terekam sama cctv kampus hanya video burem gak jelas. Coba kalo videonya jelas. Bapak berani taruhan pasti ada kamu di salah satunya.” Lengan Sambodo sudah memeluk tubuh Indah dengan erat ketika Sambodo mengucapkan kalimatnya di dekat telinga Indah yang sekarang makin meronta tidak terima mendengar perkataan dosennya itu. Ia menatap marah pada Sambodo. Ia merasa terhina dan tersinggung niat baiknya untuk memenuhi keinginan dosennya itu sekarang menjadi bahan untuk menuduhnya melakukan hal hal yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh Indah. Indah merasakan sebuah belaian di pipinya yang membuat ia menatap marah pada Rojak yang berdiri semakin dekat. Tangan kasar pria itu terasa di pipinya yang mulus itu. ” Kita semua tahu kok kegiatan kamu selain jadi mahasiswa disini. Semuanya ada di youtube. Yang kamu joget joget pake pakaian seksi sambil dadah dadah sama yang dateng buah nonton kamu!”

Tangan Rojak membuka jaket rajut yang dikenakan Indah sehingga pria itu bisa melihat pundak Indah dan tali tipis gaun batik yang dikenakannya.” Pskaian kamu juga mecerminkan niat kamu datang malam malam begini.” Indah meronta ronta ketika Rojak membuka jaket rajutnya hingga terlepas dari pundaknya. Ia tidak bisa melawan perbuatan Rojak karena pelukan Sambodo sudah begitu erat melingkari seluruh tubuhnya. “Lepasin Pak! Apa-apaan ini! Lepasin!” Mata Indah mulai bersinar panik menyadari maksud dari dua pria yang menyergap dirinya itu. Keringat dingin mulai terasa di tubuh Indah yang mulai gemetar ketakutan dalam lorong yang gelap itu. “Sudahlah! Kamu kan juga sudah dewasa tentu ngerti lah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita hanya ingin mengenal lebih dekat kamu saja, Daripada kamu posting posting video tiktok kamu di kos pake celana dan kaos pendek supaya orang orang bisa liat perut dan paha kamu!” Sambodo dengan satu tangan menurunkan jaket yang ada di tubuh Indah dan melemparnya ke lantai Pria itu sekarang bisa mencium wangi harum tubuh Indah yang bercampur dengan aroma ketakutan dari mahasiswanya itu. Punggung Indah yang terlihat mulus dan menempel pada tubuhnya begitu terlihat inda dan menambah nafsu Sambodo. Gaun yang dikenakan Indah tersibak ketika gadis itu menendangkan kakinya berusaha melepaskan diri saat merasa tubuhnya ditarik oleh Samodo menuju ruangan di sebelah ruangan yang ia aka masuki tadi. Berbagai poster kegiatan pecinta alam tertempel pada jendela dan pintu ruangan yang merupakan ruang ukm pecinta alam di kampusnya. Dengan sebuah kunci Rojak membuka pintu ruangan itu. Suasana gelap gulita menyambut Indah dan Sambodo saat keduanya bergulat satu sama lain. Tap tenaga indah tidak sebanding dengan pria gemuk dan tinggi besar itu.Sebuah lampu pijar kuning menyala di tengah ruangan membuat suasana ruangan itu semakin terasa mistis menakutkan Sebuah matras tipis ditumpuk berlapis di tengah ruangan dikelilingi kursi kursi bekas dan berdebu. Bau debu dan pengap tercium kuat kutika Indah ditarik masuk oleh Sambodo sebelum Rojak menutup pintu ruangan itu. Tubuh Indah terjengkang jatuh ke atas matras ketika Sambodo mendorongnya saat Rojak sedang menutup pintu. Indah segera bangkit berdiri dan berlari menuju pintu ia menjerit ” JANGAN!” —TBC —