Saksi Hidup Toko Koh Anto
Saksi Hidup Toko Koh Anton
DI SAMPING rumahku terdapat sebuah toko kelontong milik Koh Anton.
Selama ini setahuku Koh Anton berjualan sendiri di toko dibantu oleh seorang anak muda, namanya Amir. Koh Anton tidak melibatkan bini dan anak-anaknya dalam berdagang.
Ini setahuku, karena toko Koh Anton itu dibuka sudah cukup lama sekitar 6 tahun yang lalu, sejak anakku yang pertama baru lahir, sekarang anakku sudah kelas 1 SD.
Rumah Koh Anton tidak di tokonya itu. Maka Koh Anton membuka tokonya dari jam 07:00 sampai jam 17:00 setiap hari kecuali hari Minggu, tutup.
Hari itu aku bangun jam 6 pagi membuka pintu rumahku keluar hendak menyalakan mesin sepeda motor tuaku, tetapi di depan toko Koh Anton yang kutemukan… seketika membuat mataku terbuka lebar… pas lagi, membungkuknya menghadap aku…
Seorang wanita sedang berada di depan toko Koh Anton dengan posisi membungkuk memasukkan sampah ke kantong plastik kresek, sehingga seluruh payudara wanita tersebut kelihatan jelas olehku, karena wanita tersebut tidak memakai BH.
Kutaksir umurnya sekitar 35 tahun. Aku tidak menyapanya, karena ia tidak tahu kehadiranku, aku buru-buru masuk ke rumah dengan jantung berdebar-debar.
Pagi-pagi aku sudah disodori pemandangan yang begitu menggairahkan, payudara yang masih bagus, mulus putih kencang dengan puting berwarna coklat tua.
Istriku sedang mandi. Aku masuk ke kamar mandi melepaskan kaos dan celana pendekku.
Istriku memandang aku yang sudah telanjang bulat. “Mmmmh…” gumamnya manja. “Oh… burungku, pengen masuk ke sarang ya, sayang…” karena saat itu penisku sangat tegang dan jalan darahku rasanya juga seperti tidak teratur.
“Yeah Maa…” jawabku dengan suara bergetar membayangkan payudara wanita itu.
Istriku segera berjongkok memegang penisku, memasukkan ke dalam mulutnya dan mengulumnya. Kenikmatan yang kurasakan saat itu bukan berasal dari mulut istriku, melainkan dari mulut wanita tadi.
Demikian juga saat kusodok lubang vagina istriku dari belakang dengan penisku yang tegang, meskipun istriku mendesah dan merintih nikmat, suara itu seperti suara wanita itu.
Akhirnya air maniku lebih cepat keluar dari biasanya kusetubuhi istriku. Untung istriku tidak curiga!
Lewat beberapa hari…
Aku bertemu lagi dengan wanita itu di pagi hari sedang menyapu halaman toko Koh Anton. Kali ini rambutnya basah sudah mandi.
“Baru ya, Cik?” sapaku.
“Sudah beberapa hari di sini, Koh…” jawabnya.
“Encik saudaranya Koh Anton, ya?”
“Aku adik istrinya, karena suamiku jarang di rumah, Koh Anton nyuruh aku tinggal di sini, sedangkan anakku di rumah Koh Anton. Anakku cuma satu sih, laki-laki sudah 15 tahun. Engkoh?” ia bertanya padaku.
“Anakku dua Cik, masih kecil. Yang pertama baru berumur 6 tahun, sedangkan yang kedua 4 tahun. Memang ada kamar di dalam toko ya, Cik?”
“Ada, kecil sih nggak besar. Engkoh mau lihat?” tawarnya.
Kesempatan, batinku. Karena dengan demikian aku bisa lebih dekat dengannya, soalnya ia lumayan cantik, menurutku.
Aku mengikutinya masuk ke toko Koh Anton. Tentu saja pintu depan ditutup dan dikunci supaya tidak terjadi kemalingan. Lalu kami berdua mau melakukan apa saja di dalam toko… hmmm… siapa yang tau?
Ia memperlihatkan kamarnya padaku yang terletak di belakang toko. Sebuah dipan dengan kasur ukuran untuk tidur satu orang, satu kipas angin, satu rak pakaian, selebihnya tumpukan kotak air mineral.
Sumpek!
Itulah pendapatku tetang kamarnya.
Aku juga mencoba menengok ke kamar mandi dan kulihat selembar handuk tergantung di kapstok bersama selembar BH berwarna hitam dan selembar celana dalam mini motif bunga-bunga.
Darah di dalam tubuhku berdesir melihatnya.
Tiba-tiba hape milik si encik di dalam kamarnya berbunyi. Saat si encik berlari ke kamarnya, aku buru-buru aku masuk ke kamar mandi menurunkan BH-nya dari gantungan, dan kucium… huff… baunya mantap, apalagi di celana dalamnya kutemukan lendir yang baunya, hemmm… bercampur bau air kencing yang sudah basi dan bau keringat.
Namanya Elly. Karena umurnya dan umurku selisih hanya 2 tahun, ia berumur 34 tahun sedangkan aku berumur 36 tahun, kami sepakat memanggil nama masing-masing saja, bukan encik dan engkoh.
Inilah perkenalan pertamaku dengan Elly, adik ipar Ko Anton.
Pertemuanku yang kedua terjadi di sebuah minimarket. Waktu itu Elly sedang belanja, aku hanya membeli batu batere untuk senter di rumahku. Selesai belanja, lalu ia ikut sepeda motorku pulang.
Pertemuan yang ketiga terjadi sewaktu listrik di toko Ko Anton padam. Elly memanggil aku untuk memeriksa listrik di toko Ko Anton, ternyata kWh meternya anjlok.
Lampu menyala, Elly memadang aku. Aku memeluknya dan ia berusaha mendorong aku, tetapi tidak bisa sebab bibirnya sudah kucium.
Wanita memang jual mahal terlebih dahulu. Tetapi ketika payudaranya kusetrum dengan meremasnya, Ellypun menyerah dan membiarkan aku menariknya masuk ke kamar.
Toko yang sepi dengan timbunan begitu banyak barang membuat suara lenguhan dan rintihan Elly terendam saat kuhisap puting payudaranya.
Siapa yang menyangka dari luar, di dalam toko itu terdapat dua makluk yang berbeda jenis kelamin sedang bercinta?
Melihat Elly mengizinkan aku melepaskan semua pakaiannya, aku tidak mau menunggu lebih lama lagi.
Setelah Elly kutelanjangi, segera kuhunus penisku yang tegang ke selangkangannya yang kukangkang lebar.
Bulu kemaluannya hanya sejumput kecil di bagian atas belahan vaginanya.
“Sheesttzz… auuwhh… kamu kejam, Hiro…” jeritnya saat lubang vagina kutusuk kuat dengan penisku.
“Terserah kamu mau berkata apapun,” balasku. “Mau kamu katakan aku anj**g, bang**t, atau mon**t sekalipun, aku terima…” kataku sambil kugoyang pantatku maju-mundur sehingga penisku bergerak keluar-masuk di lubang vagina Elly.
“Aku sayang padamu…” kataku. “Kamu membuat aku sulit tidur sejak pertemuan kita yang pertama,”
Akhirnya ia memeluk aku kuat-kuat, kedua kakinya merangkul pantatku. “Puaskan aku, Hiro…” mintanya. “Kontolmu sungguh perkasa…”
Aku membalik ia ke atas. Ia menari-nari di atas tubuhku. Penisku seperti diurut-urut dan diguncang oleh lubang vagina Elly yang basah dan licin mengeluarkan bau amis.
Tubuh kami juga mengeluarkan keringat akibat kamar yang sumpek, tetapi justru pergulatan kami semakin menghebat.
Setelah beberapa saat, aku membalik Elly ke bawah, kugenjot lubang vaginanya lebih cepat.
[ plakkk… plokk… plak… plokk… plakk.. plokk… plakk… plokk… ]
“Ohh… agghh… agghh… ohh… agghh… agghh…” rintih Elly sambil kedua payudaranya terguncang-guncang.
[ plakkk… plokk… plak… plokk… plakk.. plokk… plakk… plokk… ]
“Ohh… agghh… agghh… ohh… agghh… agghh… agggggghhhhhhhh…..” jeritnya panjang saat penisku menikam rahimnya dengan satu hentakan yang kuat, sejurus kemudian air manikupun muncrat di depan mulut rahim Elly.
[ chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… ]
Terus….
[ chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… ]
Lagi…
[ chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… chooootttt… choootttt… crooottttt…. crooottttt… ]
“Gila lu…”
“Hamil gak papa, kan?” jawabku santai.
Beruntung malam itu sunyi senyap saat aku keluar dari toko Koh Anto.
Permainan yang kedua, terjadi di sebuah villa di kawasan P****k. Waktu itu istriku mengajak anak-anak menginap di rumah neneknya.
Aku dan Elly sampai di kawasan P****k sudah malam. Karena bukan weekend, villa gampang disewa.
Elly menyerah total vaginanya kujilat. Mula-mula ia menolak, karena katanya dari pacaran 3 kali sampai menikah punya anak, vaginanya belum pernah dijilat, hanya untuk di’kontol’i saja.
Tetapi setelah kurayu-rayu malah ia keenakan dan bergelinjangan saat lubang vagina kumasuki dengan lidahku, kelentitnya kuhisap dan kusedot. Pantatnya sampai menggelepar-gelepar di tempat tidur, erangan dan jeritannya menggema ke seluruh ruangan.
Beruntung villa di kiri dan kanan kami kosong. Meskipun jeritan Elly sampai keluar dari villa saat ia mengalami orgasme dahsyat malam itu pasti akan terbawa oleh angin malam dan diserap oleh embun.
Sampai jam 5 pagi kami baru istirahat tidur. Sekitar 6 kali permainan kami lakukan. Buat Elly inilah permainan seks yang paling berkesan dan panjang. Katanya ia ingin mengulanginya lagi di lain kesempatan, tetapi pulang dari villa 3 minggu kemudian, ternyata ia tidak haid.
Testpack yang dipakainya menunjukkan angka POSITIF ia hamil.
Beruntung istriku mengizinkan aku memiliki 2 istri yang tinggal satu rumah. Koh Anton yang dulu orang lain, sekarang menjadi kakak iparku.
Istri piaraan, karena Elly masih punya suami. Dan istri pertamaku sekarang jadi tidak asing lagi dengan threesome. He..he..