Bersenang-senang di kota orang
Hai, aku anggi. Mungkin beberapa orang di sini sudah pernah membaca beberapa ceritaku sebelumnya. Kali ini, aku mau cerita tentang pengalaman bersenang-senang pada waktu dinas di suatu daerah. Singkat cerita, aku sedang kunjungan pekerjaan di luar kota bersama 3 orang timku yang semuanya pria. Yang pertama Ronald, sedikit chinese, tidak terlalu tinggi tapi badannya cukup gempal. Kedua Bayu, kulitnya agak gelap. Lumayan tinggi dan badannya cukup besar. Yang ketiga ini tinggi kurus, namanya Deni. Kami kunjungan ke suatu daerah untuk tujuan pembelian lahan yang cukup besar untuk pembangunan. Di sini kami bermaksud untuk melakukan negosiasi dengan sedikit membahas kerja sama dengan pihak pemilik lahan. Di hari pertama, kami rapat dengan beberapa orang yang menjadi perwakilan pemilik lahan. Ada 3 orang, pertama Pak Zul, usianya kira-kira 52 tahun. Sepertinya punya peranan penting karena dia beberapa kali yang mengambil keputusan. Kedua, Pak Hengki, usianya juga sekitar 50an. Beliau beberapa kali memberikan masukan ke Pak Zul tadi. Yang terakhir sepertinya lebih ke seksi sibuknya, namanya Anton. Usianya mungkin sekitar 40an. Paling muda di sana. Aku dan timku berkomunikasi dengan Anton ini. Singkat cerita, di pertemuan pertama ini sudah mengerucut mengenai perjanjian. Tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, menurut mereka. Mungkin ada kaitannya dengan keamanan dan kelancaran proyek ke depannya. Harus ada kesepakatan dengan beberapa pihak lain yang di luar dari kesepakatan kami tadi. Tapi itu bisa dibahas nanti. Akhirnya, aku dan timku cukup senang karena perjalanan kami ini membuahkan hasil yang cukup baik. Mungkin perlu beberapa kali lagi melakukan rapat sebelum benar-benar eksekusi lahan ini. Beberapa kali kulihat, Anton berbicara di belakang dengan Bayu. Mungkin dia memberitahu hal-hal yang bisa melicinkan urusan ini. Mereka ngobrol berbisik sambil sedikit tertawa dan melihat ke arahku. Setelah meeting ini, kami pun kembali ke penginapan. Di perjalanan, Bayu menyampaikan kalau kita diajak makan malam dengan pemilik lahan tadi. Mungkin sekitar jam 19an. Jadi kami sempat untuk bersih-bersih mandi dan istirahat sebentar. Kami memang berencana pulang ke Jakarta pada hari lusanya. Sengaja menyisakan satu hari untuk berlibur menikmati suasana di sini. Kota kecil yang untuk ke bandara saja butuh waktu sekitar 3-4 jam perjalanan darat. Waktu sudah menunjukkan pukul 19. Kami berempat bersiap menuju lokasi tempat makan. Kami dijemput dengan sebuah mobil innova oleh Anton. Dia yang sibuk antar jemput kami sebagai tamu disini. Tiba di lokasi, sebuah restoran seafood sederhana tapi paling bagus di sini. Di sambut oleh pemilik lahan yang sepertinya memang bosnya. Sudah agak tua, tampilan rapi. Sepertinya orang terpandang di kota ini. Namanya Pak Hermanto. Usianya sekitar 50an akhir, masih fit. Ada juga bapak-bapak lainnya yang tadi siang rapat dengan kita. Kami makan sambil cerita-cerita mengenai bisnis kami. Pak Hermanto, cerita mengenai tempat ini seperti apa, dan potensinya untuk pembangunan. 30 menit berlalu, tiba-tiba ada 3 orang lagi yang datang. Badannya besar-besar tegap. Pak Solihin, usianya sekitar 50an, sepertinya yang paling bosnya, kemudian Agus, usianya masih 30an akhir kulit gelap, badan tegap. Dan Ruslan, perawakannya sama dengan Agus. Pak Hermanto mengenalkan mereka kepada kami, mereka adalah yang akan membantu untuk keamanan kami nantinya. Ternyata mereka semacam premannya di sini. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21. Anton berbisik kepada Bayu, agar jangan pulang dulu. Karena Pak Hermanto mau memberikan entertainment lagi. Diajak minum-minum sambil karaokean di tempat dia. Dia punya tempat karaoke di sini. Aku gak terbiasa ikut karaoke bapak-bapak gini, jadi agak canggung. Mana aku cewek sendiri di sini. Akhirnya kami berangkat menuju tempat hiburan malam itu. Sesampainya disana kami benar-benar disambut. Karena Pak Hermanto sebagai pemilik tempat ini. Kami langsung diajak ke tempat yang lebih private. VIP room. Di dalamnya ada kamar dan kamar mandi. Ruangannya cukup luas, ada sofa melingkar, ada mini bar. Kami duduk di sofa, terlihat beberapa dari mereka memesan bir dan beberapa minuman alkohol. Kami ngobrol tertawa sambil beberapa lagi bernyanyi. Totalnya ada 11 orang disini, aku berempat dengan temanku, Pak Hermanto berempat dengan rekannya, Pak Solihin bertiga dengan dua orang bawaannya. Aku satu-satunya cewek si sini. 30 menit berlalu, kulihat Anton dan tiga orang rekanku tadi ke luar ruangan. Aku mau bertanya kemana, tapi Pak Hermanto terus ajak aku ngobrol. Jadi gak enak mau memotong. Ada kesempatan, aku minta ke toilet sebentar. Sambil iseng aku ke pintu depan mau ngintip kemana teman-temanku yang lain. Pas kucoba buka, ternyata pintunya dikunci! Aku dikunciin di dalam bersama 6 orang bapak-bapak ini. Aku panik, di dalam toilet aku cek HP sambil chat ke temanku. Ronald membalas, ternyata mereka disiapin tempat sendiri, dengan disewakan pelacur di sana. Aku mulai ketakutan. Tak lama, pintu toilet diketuk, dari luar Pak Agus bilang, “mbak, gantian saya mau kencing”. Mau gak mau, aku ke luar dengan tampang agak panik. Dari situ, Pak Solihin menghampiriku sambil merangkul. Sudah ayo sini, aku digiring ke sofa, duduk di antara Pak Solihin dan Pak Hermanto. “Kita senang-senang saja di sini” kata Pak Solihin sambil senyum. Sementara itu, Pak Zul duduk di bar memegang botol bir sambil menyeringai melihat ke arah kami. Sementara Ruslan dan Agus sambil nyanyi dengan suara falsnya juga sambil senyum- senyum melihatku. Tiba-tiba Pak Hermanto mengeluarkan pistol dan ditaruh di meja kemudian membuka celana kainnya sambil duduk, “nah, kamu isepin punya saya dulu sini” katanya. Pak Solihin mendorong kepalaku ke arah kontol Pak Hermanto. Aku yang ketakutan karena melihat pistol itupun terpaksa mengikuti kemauannya. Ummhhh perlahan aku hisap kontolnya. “Wah, mantap ini sedotannya lonte ibukota” kata Pak Hermanto, sambil semuanya pada tertawa. Pak Solihin sambil membuka celana juga mulai menggerayangi badanku, toketku mulai diremas dari luar. Degup jantungku berdetak cepat seiring menambah gairah. Gak lama, Pak Hengki keluar dari kamar tidur di ruang vip ini sambil membawa sebuah pakaian. “Ini aja pak, kayanya cocok buat mbaknya” kata Pak Hengki. Ternyata daritadi dia mencari pakaian di dalam kamar itu. “Hayuk, ganti dulu bajunya. Sayang baju kamu sekarang bagus nanti kotor” kata Pak Solihin. Seponganku dilepaskan oleh Pak Hermanto, sambil bilang “Itu, kamu ganti baju di sini”. Aku disuruh ganti baju di tengah ruangan itu. Kulucuti satu persatu bajuku dan celanaku, “Gus, Ruslan, hayo bantu itu bukain” kata Pak Zul dari Bar. Dengan sigap mereka membantu menelanjangiku. Awalnya aku ragu membuka semua pakaian dalamku, tapi tiba-tiba Agus membentak “hayo, buka semua. Mau saya bukain atau buka sendiri!” Semua langsung pada tertawa. “Bantuin aja gus” kata pak Solihin. Pada saat aku melepas BHku, agus dan ruslan dengan paksa menurunkan celana dalamku dan menarik BHku. Mereka langsung tepuk tangan melihatku telanjang. Badanku bertato, mereka menyinggung, “wah mantap tatonya. Mau bikin lagi gak sekarang?” Aku yang menahan malu disitu sekaligus takut, hanya terdiam menunduk. Pak Hengki menghampiri sambil menepuk pantatku, “Ini pakai ini baju” tapi pas mau kuambil, malah dilempar ke lantai dekat kaki Pak Zul. Aku disuruh ambil di sana. Pas aku jalan ke arah Pak Zul, baju itu dilempar lagi pakai kakinya ke arah sofa. Mereka mengerjaiku sambil tertawa. Pak Solihin mengambil botol bir, dan menumpahkannya ke baju itu, sampai basah. Kemudian dikasih ke aku menggunakan kaki. Aku disuruh memakai kostum itu, pas kupakai ternyata kostum ini seperti pakaian renang. Ketat, basah karena bir tadi, dan sebenarnya agak kekecilan, sehingga toketku yang berukuran 36D ini tidak tertutup semua. Pentilku terceplak. Mereka tertawa melihatku seperti ini. Kemudian Pak Hermanto menarikku kembali menyruruhku untuk jongkok di bawahnya. “Ayo sini mba Anggi, emut lagi punya saya”. “Pak Solihin, buka celananya gak usah malu-malu, minta sekalian diemut sama mba Anggi”.sambil menyeringai, Pak Solihin pun langsung membuka celananya, tanganku diambil dan disuruh memegang kontolnya. Ahh aku malu, tapi mau gimana lagi. “Pak Zul sini ikutan” akhirnya Pak zul pun mulai menghampiri kami, dan menyuruhku untuk bantu mengocok kontolnya, aku menyepong kontol Pak Hermanto sambil mengocok kontol Pak Zul dan Pak Solihin. Pak Hengki yang gak kebagian, inisiatif memelukku dari belakang sambil menggerayangi toketku. “Wah putingnya udah keras nih, enak disedot” katanya. Setelah puas di posisi ini, Pak Hermanto menyuruhku menungging sambil menghadap ke arah layar, dan tanganku menopang ke atas meja. Perlahan dia membuka lubang memekku sambil memasukan batangnya.
Sebelumbya dia memasang kondom dulu, maklum dia bosnya disini, tidak ingin mengambil resiko. Sambil menjambak rambutku, dia mulai menggoyang perlahan.. ahh ahhh ahhh… rasanya enak tapi agak memalukan. Sementara itu, sambil diewe seperti ini, Pak Hengki menyuruhku untuk nyanyi karaokean. Bayangin, memekku disodok-sodok sambil disuruh nyanyi.. sementara Agus dan Ruslan yang hanya bawahan, hanya melihat saja sambil mengocok kontolnya sendiri. “Sabar ya Gus sama Ruslan, nanti kebagian. Bos dulu” ahhh mereka ngobrol seakan aku memperbolehkan. Setelah puas di memek, pak Hermanto mencabut kontolnya. Mulai menggesek-gesekannya ke lubang anusku. “Wah ini pantatnya mulus banget” plakkk sambil ditampar, “kayanya udah jebol nih anusnya, bisalah ya” perlahan dimasukkannya kontolnya ke lubang anusku, masuk sedikit demi sedikit, ahh uhh “sakit pak” kataku. “Kamu diem aja,” kata Pak Solihin sambil menoyor kepalaku. Pak Zul inisiatif melepas ikat pinggangnya, dan memasangkannya ke leherku. “Ini Pak Hermanto, biar gampang pegang gesper ini. Aku jadi seperti anjing diewe anusnya sambil ditarik lehernya. Huekkk seperti tercekik. “Duh masih peret banget ini anusnya, “gus tolong dong mayonais” kata pak Hermanto. Lubang anusku disemburkan mayonais supaya licin, baru kemudian pak Hermanto memaksa untuk masuk kembali, ahhhhh akhirnya jleb.. masuk semua perlahan ditahan di dalam, sambil beberapa detik ditarik, supaya terbiasa. Ahh enak… “nah ini pas nih..ayo kalian pada baris situ, biar disepongin sama mbak ini” “mbak siapa namanya tadi?” Tanyanya. “Anggi pak” kataku gelagapan karena sambil dianal. Mereka pun baris satu persatu di depanku, sambil kusepong sampai mereka puas. Berselang beberapa menit Pak Hermanto mau keluar, “ahh mba Anggi, saya mau keluar” croootttt… semua lendirnya keluar di kondom. Tidak terlalu berasa di dalamku. Setelah puas. Ditariknya lah kontolnya dari anusku. Lubang anusku kedut-kedut. “Wah ini jangan sampai sempit lagi, nanti susah masukinnya” kata Pak Zul. Ruslan menimpali “ini pak sumpel aja pakai botol bintang” “wahahaha iya pinter banget kamu” kata Pak Zul. Ruslan mencoba memasukan botol kaca bir bintang itu ke anusku untuk menahan agar tidak mengecil. Ahhh sakitt.. Kemudian, Pak Hermanto menyuruhku untuk mengulum kontolnya yang habis dari anusku, sambil dilepaskannya kondom yang dia pakai, kemudian menyuruhku meminum peju yang tertampung di dalamnya. “Nahh, gimana mbak Anggi? Enak ya hehe” kata Pak Hermanto. “Yaudah Zul, Hengki, Solihin, ini kalian urusin aja sisanya, saya jalan duluan. Pake aja sepuasnya tapi inget jangan sampai mati” sambil semua tertawa mendengarnya. Setelah pak Hermanto pulang, aku tinggal bersama 5 orang di dalam ruangan ini, ruangan yang dingin namun penuh keringat. Pak Solihin melihat mukaku kemudian sambil menamparku sampai berbekas. Pak Zul menarik geseper di leherku memaksa untul berdiri. Sambil berdiri, mereka mengerjaiku. Memasukan jarinya ke dalam lubang memekku, menggoyang-goyang botol bir di dalam anusku, memasukan lima jari ke dalam mulutku. Ahhh gak terbayang rasa nikmatnya. Agus mengambil gunting dan menggunting kostum bikiniku ini persis di bagian puting sehingga putingnya menonjol keluar. Pak Hengki, mengabadikannya menggunakan smartphonenya. Dia merekam dan mengambil beberapa foto. Aku yang menangis dikerjai seperti ini malah membuat mereka semakin menertawakanku. Pak Zul duduk di sofa, kemudian aku disuruh duduk di pangkuannya membelakangi dia. Sambil kontolnua masuk ke memekku, dan perlahan kugoyang. Toketku tak luput menjadi bahan mainan mereka semua, ditampar, dicubit, dicupang, dihisap. Mulutku pun tak hentinya menghisap kontol pak Hengki dan Solihin. Sementara kedua tanganku mengocok punya Agus dan Ruslan. Kondisi semakin memanas, kini posisiku disandwich antara Pak Zul dan Pak Solihin. Pak Zul masuk ke memekku sedangkan Solihin masuk ke anusku. Pak Hengki gakmau ketinggalan, dia memintaku untuk menyepongnya. Posisi ini bertahan cukup lama sampai semuanya bergantian mencicipi lubangku. Termasuk Agus dan Ruslan. Lubang pantatku sudah kedut-kedut kepanasan. Setelah puas posisi itu, aku dipaksa untuk berbaring telentang dengan kepala di ujung sofa, dan kaki mengangkang di atas sofa. Kemudian Pak Zul duduk di atas mukaku sambil memaksaku untuk mengemut bijinya bahkan disuruh menjilat pantatnya. Sementara yang lain mengerjaiku dengan mencubit putingku dan mengocok memekku menggunakan botol bir tadi. “Ahhh saya mau keluar ni” pak Zul mengerang, memasukan kontolnya ke mulutku sambil menahan kepalaku. Aku gak bisa napas sampai tiba-tiba crottrrr… masuk semua ke mulutku. Aku dipaksa menelannya. Setelah Pak Zul, Pak Hengki pun ikutan mengerjaiku seperti itu, hanya bedanya dia memuncratkan pejunya ke mukaku. Sambil dia menyuruhku membersihkan sisa peju di kontolnya. Rasanya asin gurih, bikin ketagihan. Agus dan Ruslan yang paling muda, memang lebih liar. Agus menjambakku dan dijatuhkan di lantai, sementara Pak Solihin menduduki pantatku sambil menganalku. Ruslan menungging di depan mukaku minta dijilat anusnya, sambil Agus memegang gesper yang mencekikku ini. Uhhh croottt Pak Solihin pun menyemburkannya ke dalam anusku. Kemudian aku diminta untuk membersihkannya lagi pakai mulut. Selanjutnya tinggal Ruslan dan Agus yang belum. Akhirnya, mereka bermain sambil ditonton tiga orang atasan mereka ini. Kalau dipikir, Agus dan Ruslan ini usianya beberapa tahun di bawahku. Gila. Mereka bereksperimen gila, sambil disepongin, memekku disodok-sodok pakai botol bir. Sambil Pak Hengki iseng. Memekku disiram dengan bir. Katanya biar bersih. Uhhh…. malu sekali rasanya. Toketku ditampar-tampar oleh mereka. Pak Zul dan Pak Solihin, yang menonton pun sambil masturbasi di sofa. Pak Hengki pun ikutan. Ahh uhh mulai klimaks, tiba-tiba crotttt… aku muncrat. Membasahi tas Pak Zul. “Waduh.. kok sampe sini sih” keliatannya tampangnya marah, aku dijambak dan ditampar. “Kasih hukuman nih” Agus dan Ruslan pun semakin tanpa ampun mengerjaiku. Kadang mic karokenya dicoba untuk masuk ke dalam memekku. Tapi sakit karena kadang ada setrumnya. “Pak Zul, habis coli nanti pejunya tampung sini” kata Ruslan sambil memberikan gelas. Uhh ahh Pak Zul, Solihin dan Hengki yang sudah selesai masturbasi, mengumpulkan pejunya ke dalam gelas itu, lumayan banyak sepertiga gelas dan agak sedikit encer.
Karena sudah crot ke dua kali. Yang kemudian disusul oleh pejunya Agus dan Ruslan. Isi gelas itu sudah dipenuhi 4/5 sperma. “Hehehe kita suruh ngapain lagi nih ya” kata Agus. Kondisi di ruangan itu sudah amburadul, lantai sudah lengket dan licin akibat keringat dan tumpahan bir. “Capek ya, ini minum” Pak Hengki memberikan aku segelas Vodka, yang membuatku semakin teler. Aku yang setengah teler itu sudah tidak tahan lagi. Kemudian Pak Solihin menyeret tubuhku di lantai yang licin dalam kondisi tiduran dan dilempar ke kamar mandi. Semua menyusul. Sambil perlahan dia memasukan jarinya ke dalam memekku, dikocoknya lagi sampai aku orgasme kedua kalinya. Dan cairannya ditampung di gelas itu. Ahhh… malam ini terasa sangat panjang. Kemudian Pak Zul menoyor kepalaku lagi, “kencing kamu,cepat” aku disuruh dipaksa kencing. Caranya disuruh banyak minum air. Sampai akhirnya, syurrrr aku disuruh kencing dan cairannya dikumpulkan di gelas tadi. Mereka memperhatikan cara kencingku. “Hahahahaha lubang kencingnya masih berfungsi bos” kata Pak Zul. “Ini minuman untuk kamu, dihabiskan ya” kata Pak Solihin. Aku disuruh untuk menelan semua cairan peju mereka ditambah pejuku dan air kencingku sendiri sambil ditonton mereka. Aku meminumnya sambil menahan malu dan sakit. Glek glek glek… ahhh.. nikmat tapi membuatku teler juga akibat alkohol tadi, akupun terbaring di kamar mandi sempit itu. Sambil pak Hengki menyemprotku dengan jetwasher closet. “Kita kencingin aja Pak” kata Pak Solihin, “wah iya ide bagus tuh” Akhirnya mereka menuntaskannya dengan mengencingiku sambil tertawa. Aku yang gak kuat, hanya bisa terdiam sampai tertidur disana __ Bangun dari sadar, kulihat jam menunjukkan pukul 6 pagi, ruangan sudah sepi. Kondisi berantakan. Kulihat sudah tidak ada orang. Kucari hpku, dan kulihat ada 10missed call dari teman-temanku. Aku yang tidak berani menceritakan karena malu, hanya membalas akan kembali ke penginapan nanti sekitar 1 jam lagi. Supaya mereka tidak khawatir. Selanjutnya kubersih-bersih di ruangan itu dan bergegas meninggalkan tempat ini. Ketika ku keluar, ada beberapa staff yang menyapaku selamat pagi sambil tersenyum. Entah mereka tidak mengetahui atau mereka sudah tahu apa yang biasa terjadi. Setelah urusan di kota ini selesai, kami pulang ke Jakarta. Tanpa teman-temanku tahu kejadian yang menimpaku di sana. Aku selalu merasa deg-degan apabila harus meeting dengan orang-orang di sana lagi meskipun hanya sekedar onlinr meeting. Selesai