MY TABOO STORIES

PROLOG Aku memutuskan untuk menikah muda karena paksaan dari orangtua. Keadaanlah yang memaksaku untuk mengikuti kehendak orangtua. Saat itu, aku masih berusia 16 tahun dinikahkan dengan seorang pria berusia 37 tahun. Perbedaan usia yang sangat jauh tidak menghalangi keinginan orangtuaku untuk menikahkan aku yang masih belia dengan pria tua itu karena pria yang sekarang menjadi suamiku ini berlimpah harta dan masih single. Selama mengarungi rumah tangga dengan suamiku, banyak sekali keberkahan yang aku dapati. Harta yang melimpah membuatku tidak lagi bersusah payah memenuhi segala keperluan hidup. Sudah 21 tahun lebih aku hidup bersama dengannya. Kami dikaruniai dua orang anak laki-laki yang gagah dan tampan. Anak pertamaku bernama Devan (21 tahun) yang kini berkuliah di salah satu universitas ternama di kotaku tinggal. Anak keduaku bernama Mirza (19 tahun) yang juga berkuliah di universitas yang sama dengan kakaknya. Aku sendiri adalah seorang ibu rumah tangga yang identik dengan perannya sebagai seorang istri yang bertugas untuk merawat anak, membersihkan rumah, atau menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Andini adalah nama pemberian orangtuaku tetapi aku kerap dan lebih senang dipanggil Dini. Kini usiaku sudah mencapai 36 tahun. Sementara itu, suamiku bernama Prambudhi yang banyak orang memanggilnya dengan sebutan Pak Budhi. Usia suamiku kini telah mencapai 58 tahun. Suamiku yang usianya sudah tidak muda lagi memiliki jiwa pekerja kerasnya melebihi pria pada umumnya. Memiliki suami yang pekerja keras mungkin saja merupakan salah satu kriteria suami idaman. Namun suamiku terlalu terobsesi dengan pekerjaannya sehingga menyingkirkan keperluan keluarga lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kami sering bertengkar masalah waktu untuk bersama. ***** SEMUANYA BERAWAL DARI SINI Jam digital di dashboard mobil menunjukkan pukul 8 malam saat aku memasuki pekarangan rumah. Rasanya lelah sekali selepas melakukan senam aerobic. Meskipun aku telah memiliki dua anak yang sudah dewasa, aku tetap menjaga penampilan dengan perawatan wajah supaya awet muda dan mengikuti senam aerobic agar badan tetap langsing dan singset. Kendaraanku masuk dengan pelan dan diparkir dalam garasi yang berada di samping rumah. Aku memasuki rumah lewat pintu belakang dan sepi sekali ruangan dapur yang aku lalui. Aku pikir di rumah ini tidak ada siapa-siapa kecuali para pembantuku yang sudah terlelap tidur. Suamiku sedang tugas ke luar negeri sementara anak-anakku belum pulang entah main ke mana. Aku berjalan menaiki anak tangga dengan lemas menuju ke kamarku. Karena aku berjalan dari arah dapur, maka aku melewati kamar anak sulungku yang pintunya terbuka lebar. Kuperhatikan sekitarnya nampak terlihat sangat rapi. Tanpa sadar pandanganku terpaut pada sebuah benda yang berada di atas meja belajarnya. Aku hampiri meja belajar itu dan mendapatkan laptop Devan masih menyala. “Dasar anak ini!” Gerutu kesal keluar dari mulutku. Saat hendak mematikan laptop, mataku tiba-tiba terbelalak seketika dan jantungku seakan berhenti berdetak. Di layar laptop aku melihat gambar Devan yang sedang duduk terlentang di atas sofa sambil penisnya dikulum oleh seorang wanita yang juga dalam keadaan bugil. Aku tertegun sejenak melihat pemandangan tidak bergerak itu di layar laptop. Aku sangat tidak menyangka kalau anak sulungku, Devan, melakukan hal yang belum pantas dia lakukan. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan untuk menguatkan hati. Tanganku mengambil mouse dengan maksud akan mematikan laptop itu. Aku klik tanda silang diujung kanan atas layar dan tertutuplah gambar mesum anakku. Namun, keterkejutanku bertambah berkali lipat ketika aku baru menyadari kalau di layar loptop itu penuh dengan file video. Tentu saja hal ini membuatku penasaran. Aku klik file paling atas dan terbukalah aplikasi media player. Dengan jantung yang berdebar tak beraturan, aku melihat video Devan yang sedang menggauli seorang wanita. Dalam video itu aku menyaksikan mulut Devan di dada wanita itu. Dan kehangatan inti wanita itu seperti membuatnya menggila karena gairah. Tempo permainan tangan Devan pun di bagian paling intim makin menggila dan wanita itu langsung mendapat orgasmenya. Tanpa membuang waktu, mulut Devan langsung mengecap area sensitif wanita itu. Menjilat vagina wanita itu yang terlihat sangat basah. Devan menyedot cairan kenikmatan wanita itu yang keluar dari liang vaginanya. Beberapa saat kemudian, adegan dilanjutkan dengan tangan si wanita mulai menggenggam penis Devan dengan lembut. “Ohhh …!” Tak sadar aku melenguh sambil menutup mulutku dengan tangan saat melihat batang penis anakku yang begitu besar dan panjang. Penisnya terlihat berurat dan menarik, warnanya pun tidak hitam melainkan putih seperti kebanyakan penis milik laki-laki bule yang sering kulihat di film dewasa. Akhirnya, aku melihat gerakan naik turun tangan wanita itu yang dilakukannya dengan lembut. Secara spontan lidah wanita itu menjilat batang penis dan buah jakar Devan. Devan terlihat sangat menikmati permainan lidah dari wanita itu dengan memejamkan mata. Jilatan lembut lidah wanita itu begitu membuat penis Devan semakin mengeras. Jilatan lidah wanita itu terus naik sampai di kepala peninya yang menjulang ke atas. Dijilatnya kepala penis Devan seperti sebuah ice cream yang mulai mencair. Dimasukkannya kepala penis Devan ke dalam mulut wanita itu dan mulai naik turun dengan penisnya yang terbenam sebagian di dalam mulut si wanita serta tangan wanita itu mengikuti irama gerakan naik turun mulut merah seksualnya. Adegan selanjutnya yang aku tonton adalah Devan langsung berganti posisi, wanita itu kini berada di bawah kungkungan tubuh panas anakku. Di gesekkan penisnya ke arah vagina yang basah dan merah itu. Dengan perlahan Devan memasukkan penisnya ke dalam vagina wanita itu. Lagi-lagi aku terkesima melihat ‘senjata’ Devan yang dengan gagah perkasa menerobos pelan masuk ke dalam liang sempit milik si wanita. “Oooohhhhhhh …..!” Terdengar pekik halus yang keluar dari mulut si wanita. Pergerakkan permainan Devan pun dimulai, secara perlahan bokong Devan dimaju-mundurkan. Ritme pergerakkan Devan mulai cepat. Sangat terlihat kalau Devan ikut merasakan jika tubuhnya mulai terbakar gairah. Devan memasukkan miliknya dengan sedikit kasar karena mungkin ia merasa tidak sabar ingin mendapatkan kenikmatan yang ia tunggu. Secara perlahan tetapi pasti, gejolak gairahku bangkit dan sepertinya telah memakan akal sehatku. Aku mulai menggigit bibirku terus meremas payudaraku sendiri tak lupa pula untuk menekan putingku yang membuatku mendesah. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar ke seluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku. Akhirnya aku pun tuntas menyaksikan video mesum itu. Aku tutup media player pada layar laptop. Banyak file video yang sebenarnya aku ingin melihatnya semua. Tidak sengaja aku menemukan flashdisk di laci meja belajar anakku. Tidak perlu memikir lama, aku pun mulai meng-copy file-file video itu. Setelah selesai, segera aku matikan laptop dan menuju kamarku. File-file video itu kemudian aku simpan dalam laptop milikku dan setelahnya aku hapus file-file video yang terdapat dalam flashdisk anakku. ***** Sebulan Kemudian …. Ada yang aneh dengan perasaanku entah apa dan kenapa. Aku tidak mengetahui secara persis, sejak kapan aku sangat terobsesi dengan hal yang berbau incest. Sudah sebulan aku terus menyaksikan video aktivitas mesum anakku. Dalam video yang aku telah saksikan berulang-ulang itu, pesona Devan benar-benar telah mempengaruhi akal sehatku. Aku melihat dengan jelas dari video-video itu, bagaimana Devan dengan lembut memperlakukan wanita-wanita itu dan berhasil memberikan kepuasan seks yang maksimal pada mereka. Betapa perkasanya penis anakku itu, besar, panjang dan menantang. Aku tak tahu kenapa pikiranku jadi menginginkannya. Devan memang memiliki sejuta pesona dengan wajah tampannya serta tubuh atletisnya yang membuat para wanita bertekuk lutut padanya dan aku adalah salah satu wanita yang terobsesi padanya. Aku menginginkannya hingga titik di mana aku sadar bahwa obsesiku tidaklah sehat. Aku tidak bisa lagi membedakan salah dan benar untuk masalahku ini. Tiba-tiba saja lamunanku buyar dan sangat terkejut saat sebuah bibir menempel di pipiku sebelah kanan sampai-sampai majalah di tanganku terjatuh ke lantai. Aku menoleh ke arahnya dan ternyata Devan yang terlihat sudah sangat rapi dengan harum parfum yang selalu dia pakai. “Astaga … Kamu mengagetkan mamah saja…” Kataku dengan hati yang berdebar-debar. “Habisnya mamah ngelamun aja sih.” Sahut Devan sambil duduk di sampingku. “Kamu mau pergi lagi … Lama-lama kelakuan kamu seperti papahmu saja.” Ketusku. “Aku tidak seperti papah … Aku sangat menyayangi mamah …” Kata Devan sambil memegang dan meremas jari-jemariku. Perasaanku saat ini seperti loncat di beberapa periode hidup yang kompleks dan mendarat di ruang bebas yang melegakan yang memungkinkan aku berbuat sesuatu dengan perasaan sangat gembira. “Bisakah kamu tinggal di rumah untuk hari ini saja!” Pintaku sambil membalas remasan jarinya. “Emang aku gak kemana-mana kok mah…” Katanya sambil tersenyum manis. “Oohh … Mamah kira kamu mau pergi.” Aku pun senang mendengar penuturannya. “Tidak mah … Aku sekarang ingin menemani mamah di rumah.” Sahut Devan sambil mengecup pipiku lagi. Apa yang dilakukan anakku tadi membuat birahiku menguasaiku seketika itu juga. “Sayang … Tak tahukah kalau mamah merasa kesepian?” Tanyaku seraya menyandarkan punggungku di dada bidangnya. “Aku tau mah … aku tau …” Ucap Devan dengan nada sedihnya. Hatiku semakin tak karuan saat tangan kanan anakku melingkar di pinggangku. “Mamah sangat kesepian, sayang … Sepi segala-galanya …” Ucapku yang dibuat sesedih mungkin. “Sabar ya mah … Pasti.. ada.. solusinya …” Ucap Devan walau terdengar sedikit ragu. “Solusi? Solusi apa sayang?” Tanyaku seraya membalikan badan hingga berhadapan dengannya. “Hhhhmmm… Bagaimana kalau.. kalau.. mamah punya PIL.” Sekali lagi nada ucapan Devan penuh keraguan bahkan kekhawatiran. “PIL? Maksud kamu apa?” Aku pura-pura tidak mengetahui maksud perkataan anakku barusan. “Mamah punya pacar … Pria Idaman Lain … di luar rumah.” Katanya lagi pelan. “Devan … Kok kamu menyarankan itu? Mamah gak bisa …!” Sejujurnya aku merasa terkejut dengan pernyataan anakku itu. “Karena mamah memerlukannya … Aku tau kalau papah sudah tidak melayani mamah. Makanya mamah merasa kesepian…” Tandas Devan yang kini nadanya penuh keyakinan. “Mamah merasa gak yakin … Mana ada laki-laki yang mau sama mamah?” Kataku. “Pikiran mamah itu salah total … Mamah cantik kok … Pasti banyak laki-laki yang mau sama mamah.” Ucap Devan lagi mencoba meyakinkanku. “Kamu bicara begitu karena kamu anak mamah … Beda kalau kamu bukan anak mamah … Pasti tidak akan bicara begitu …!” Ucapku rada kesal. “Jujur mah … Aku berkata jujur … Mamah cantik … Cantik sekali … Kalau mamah bukan yang melahirkan aku, sudah pasti aku pacari …” Ucapnya yang terdengar sangat polos dan penuh kejujuran. Kutatap mata anakku dalam-dalam seakan ingin mengetahui hati kecilnya terhadapku. Tanganku menangkup wajah tampannya. Saat ini perasaanku tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata karena segala perasaan membuncah di hatiku, baik itu perasaan positif maupun negatif. Mata kami saling menyelami perasaan masing-masing. Aku tidak tahu arti pandangan itu dan aku pun tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Hanya satu untuk mengetahuinya …. Akhirnya, dengan segala keberanianku, aku dekatkan wajahku ke wajahnya. Kukecup bibirnya sangat lembut dan sangat tidak kusangka kecupanku disambutnya dengan sangat hangat, bahkan kini anakku mulai agresif untuk terus menempelkan bibirnya pada bibirku. Ini keajaiban, bintang terang menerangi jalanku. Aku sambut bibirnya dengan penuh nafsu. Ciuman kami semakin basah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu. Dalam satu menit itu, semuanya telah terjelaskan. Satu menit itu mampu membuat kami berdua saling mengerti. Satu menit itu telah meyakinkankan kami berdua akan apa yang nantinya terjadi. Satu menit yang penuh gelombang nafsu birahi. Dua buah hati yang penuh gejolak birahi saling menautkan diri satu kepada yang lain. Aku merasakan nafsu yang demikian hebatnya sehingga ketika bibir kami bertemu, aku secara buas membuka mulutku dan melahap bibir anakku itu. Lidahku bergerak bagaikan ular mengamuk yang segera dibalas dengan lidah Devan. Kami berdua asyik berpagutan, saling mengecup, berciuman, menjilat dan bertukaran lidah. Akhirnya lepas ciumanku dan segera memeluk tubuh anakku. Betapa bahagianya diriku diperlakukan seperti itu olehnya. “Maukah mamah menjadi pacarku?” Bagaikan mendengar petir di siang bolong saat mendengar ucapan Devan tadi. Aku urai pelukanku darinya. “Apakah kamu benar-benar menginginkannya?” Aku balas bertanya. “Aku sudah lama menginginkannya … Tapi, aku sangat takut mengungkapkannya.” Jelas Devan. Sekali lagi aku tatap matanya sangat dalam. “Jadikan ibumu ini pacarmu … Mamah juga mengingkannya …” Ucapku pelan. “Kalau begitu … Ayo kita rayakan!” Kata Devan sambil berdiri dan menarik tanganku. Bagaikan kerbau yang dicocokhidungnya yang hanya bisa digiring ke mana pun bergantung niatan si penggiringnya. Aku menuruti tarikan Devan. Setelah beberapa langkah mengikutinya, aku tahu akan dibawa kemana. Kami berjalan beriringan menuju kamar anakku ini. Hatiku berdebar-debar dengan apa yang akan terjadi namun di sisi yang lain kobaran birahiku menuntut agar persembahan cepat dilaksanakan. Sesampainya di kamar anakku, Devan membimbingku duduk di tepi ranjangnya yang kemudian dia pun duduk di sebelahku. Devan pun kini membalikan badanku hingga kami berhadapan. Devan mulai mendekatkan wajahku hingga akhirnya kami pun berciuman. Semakin lama ciuman semakin dalam dan menuntut, lidahnya memaksa masuk ke dalam mencari kenikmatan yang lebih. Lama kami saling bersilat lidah mencari kenikmatan yang sangat langka dirasakan orang. Nafas kami saling memburu. Devan melepaskan ciuman dan kami saling pandang. Tak lama kemudian, Devan mulai berusaha membuka pakaianku dan aku pun menuruti kemauannya. Satu per satu pakaian yang aku kenakan meninggalkan tubuhku hingga yang tertinggal hanya celana dalamku saja. Jujur, saat itu merasa sangat risih dengan keadaanku. Devan pun mulai melucuti pakaiannya sendiri hingga tidak satu pun penutup di tubuhnya sehingga penisnya yang besar dan panjang yang telah tegang dari tadi dapat terlihat olehku. Devan tiba-tiba mendorongku ke kasur lalu menarik celana dalamku. Sangat bisa dipastikan kalau Devan akan mendapati memekku telah basah kuyup oleh cairan kewanitaanku. Foreplay yang sebentar itu ternyata sudah membuatku tidak mampu lagi menahan gejolak libidoku. Tanpa ragu, Devan mulai merangkak menaiki tubuhku. Devan mendaratkan ciumannya lagi padaku dan kubalas dengan penuh nafsu. Tangan kiri Devan kini meremasi kedua buah dadaku bergantian. Telapak tangannya ternyata tidak dapat penuh menutupi bukit kembarku karena besarnya. Jempol dan telunjuk Devan memilin-milin putingku yang kini sudah mancung dan mengeras. Nafsu birahiku sudah menguasai pikiranku, kunikmati apa yang dikerjakan Devan padaku tanpa harus berpikir lagi. Bulu kudukku langsung merinding tatkala terasa olehku kepala penis Devan sudah menyentuh memekku. Aku mendesah tak tahan karena dengan sengaja Devan menggesek-gesekkan penisnya di permukaan organ intimku. Dia tidak langsung masuk menekankan batangnya masuk ke memekku tetapi digesek-gesekkan pada bibir memekku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu basah dan mengkilap. Setelah puas menggesekan kepala penisnya pada bibir memekku, kemudian dia memasukan penisnya pada lubang nikmatku. “Aaaahhh… sssssshhh… ouhhhhhhh…. Van … aahhhh…..” Ujung penis Devan berhasil masuk ke dalam memekku aku semakin tak kuasa menahan birahiku. Dia terus menggerakan tubuhnya agar seluruh penisnya masuk ke dalam. Mataku terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm sprei kuat-kuat. Bibir memekku sampai terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan batang besarnya. “Maahhh …. Ennnaaakkk… Baanggeetthh… Punya mamaahhh… Semmpiittthh…” Devan mendesah di telingaku. Aku sadar Devan berkata demikian karena hampir lima tahun tak ada penis yang memasuki liang peranakanku ini. “Vaann… Punyaaahh.. Kam..mu.. juggghaaa.. Enaaakkk…!” Aku pun mendesah. Devan terus mengoyak memekku dengan penisnya, dia memberikan tekanan maju mundur hingga aku tak mampu menahan gejolak birahiku sendiri. Sensasi persetubuhan ini begitu indah. Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah-desah saking nikmatnya. Aku merasa sensasi yang luar biasa nikmatnya. Memekku yang sudah licin terasa penuh sesak kemasukan batangnya yang besar, batangnya terasa sekali menggesek memekku. “Oohhh… oohhh… oohhh… oohhh… oohhh…” Aku terpaksa terus mendesah karena merasakan kenikmatan ini. Enjotan Devan makin menggebu dengan terus menyodok-nyodokan kontolnya ke dalam memekku. Keluar masuknya batangnya sampai menimbulkan suara berdecak-decak yang seirama dengan keluar masuknya batangnya karena basahnya memekku. Semakin lama enjotannya semakin ganas. Kontol Devan yang terus mengorek isi memekku menghasilkan gelombang kenikmatan yang bukan main kuatnya. Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan yang melanda seluruh tubuhku dengan begitu dahsyatnya menggulung diriku. “Ngghh… nghh… nghh… Devan… Mamah… keluaar…!!” Pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya. Devan terus menggerakkan sambil menekan kontolnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili kontolnya menggesek dinding memekku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata-kata. Beberapa detik kenikmatan yang terasa itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan kontol Devan masih di dalam memekku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Devan mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan kontolnya yang masih besar dan keras di dalam memekku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur nafas yang terengah-engah. Setelah orgasme itu mereda, barulah aku membuka mata dan menatapnya. “Lobang yang pernah ngeluarin kamu, sekarang kamu masukin… Kamu memang anak nakal, Devan…” Kataku sembari mengusap-usap mukanya yang berkeringat. “Abisnya… Mamah cantik sekali membuat aku lupa kalau mamah adalah orang yang melahirkan aku…” Ucapnya yang sedikit membuat aku ingin tertawa. “Kamu memang nakal … Mamah udah tau kalau kamu suka ngewe … Mamah nemuin video-video kamu sedang ngewe …” Kataku sambil mencubit hidungnya. “He he he … Aku juga tau kalau mamah suka padaku … Mamah ingin diewe sama aku.” Kata-kata itu sungguh membuatku sangat terkejut. “Dari mana kamu tau?” Tanyaku dengan jantung berdebar. “Aku baca diary mamah.” Katanya cuek. “Aihh… Kamu memang anak nakal…” Aku cubit hidungnya lagi sedikit keras. Dan mungkin itu jalannya dan aku sama sekali tidak menyesalinya. “Sekarang kita nikmati saja… Buat hidup ini indah, mah… Aku ingin sekali membahagiakan mamah…” Ucapnya lagi. “Buat mamah bahagia, Van …” Kataku. Gairahku yang sempat menurun tampak menaik kembali. Aku mulai menggoyangkan pantatku supaya kontolnya mengesek dinding memekku lagi. Devan seperti mengerti dengan keadaanku sekarang. Dia pun mulai menggerak-gerakkan pantatnya perlahan-lahan, menggesekkan kontolnya pada dinding memekku. Entah berapa lama, Devan menghujam-hujamkan senjatanya pada lobang kenikmatanku. Aku merasa gelombang kenikmatan mulai menerjangku lagi tanpa bisa aku tahan. “Aaaaaccchhhh….!!!” Dengan setengah berteriak aku mencapai orgasmeku yang kedua. Orgasme yang sangat dahsyat yang sudah betahun-tahun tidak pernah bisa diberikan suamiku. Devan mencabut kontolnya dari memekku, ia turun dari atas tubuhku dan berbaring di samping. Kayaknya dia menungguku untuk mengumpulkan tenagaku kembali. Kejantanannya yang masih gagah berdiri kupegang dan kuurut, lendir kewanitaanku membantu memperlancar kocokanku. Setelah beberapa saat, aku bangkit dan menaiki tubuhnya dengan mengangkangi selangkangannya. Kuarahkan senjatanya tepat di depan memekku. Kuturunkan pinggulku sehingga kontol itu masuk kembali dalam sangkarnya. “Aaachh… Mah… habiisiin kontoolku… eennakk… sekaallii…!!” Giliran Devan yang merintih dan mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya. Tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku saat ini. Tubuhku terasa ringan seperti kapas, jiwaku serasa diombang-ambing di dalam lautan kenikmatan yang sangat luas. Kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar, menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku. Kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar. Aku putar pinggulku bagai penari perut meliuk-liuk begitu cepat. Devan menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali. Sekali-kali ia ingin melepaskan tubuhku darinya tetapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras. Batangnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku. Itilku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras semakin merah membara tergencet batang kemaluannya. “Oooohhhh.. aaacchh.. yeess.. Mah.. yeess..!!” Devan membelalakan matanya dan sama sekali tidak menyangka kalau aku menjadi begitu beringas, begitu liar, menunggangi tubuhnya. Lalu Devan bangkit, dengan posisi duduk ia melahap buah dadaku yang membuatku semakin bersemangat. Kubusungkan kedua buah dadaku. “Pentil mamah… Van… yeess… ssshh… oohh…!!” Desahku dengan mataku menjadi berkunang-kunang. Kugerakan otot dinding vaginaku bergelombang, dan terasa penis itu keluar masuk menggaruk-garuk dinding vaginaku. Oh, sangat nikmat terasa. Aku pun kini sudah di ambang gelombang samudera birahi. Orgasmeku mulai mendekatiku lagi. Lagi-lagi aku mendapatkannya, “oooooohhhh ….!” Eranganku menandakan kedatangannya. Kutekan, kujepit, kukepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya, pantatnya, pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali. Dalam waktu yang bersamaan, Devan pun akan mencapai puncaknya. Ia mendengus-dengus dan kurasakan batang kontolnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup. Beberapa detik kemudian, Devan memuncratkan air maninya di dalam rongga memekku. Terasa kental dan banyak sekali. Aku pun mengelinjang hebat sampai lupa daratan. Akhirnya, perlahan-lahan kesadaranku pulih kembali. Orgasme yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali. Devan sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang bidang. Aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali orgasme bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya di dalam satu kali permainan seks. “Mah… Maafin aku ya… Aku melakukan semua ini supaya mamah bahagia.” Ucap Devan lemah lembut. “Kenapa gitu, Van? Apakah tau kalau mamah tidak bahagia?” Tanyaku ingin mengetahui isi hatinya. “Aku tau kalau mamah tidak bahagia… Sudah sejak dulu aku merasakannya.” Jawabnya. “Darimana kamu tau kalau mamah tidak bahagia?” Tanyaku lagi. “Dari sikap papah … Dia lah yang membuat mamah tidak bahagia.” Jawabnya lagi. “Kamu ternyata anak yang peka.” Ucapku sambil memeluknya. “Mamah tidak diperhatikan papah… Terutama dalam masalah sex…” Lirihnya. “Ya, Van… Mamah merasa kesepian… Padahal mamah membutuhkannya.” Jujurku padanya. Akhirnya, Devan menceritakan sesuatu yang di luar dugaanku. Anakku ini ternyata selalu memperhatikan hubunganku dengan suamiku semenjak dulu. Dia berkeyakinan kalau ayahnya sudah tidak memperhatikan kebutuhanku dalam masalah sex. Ditambah lagi, Devan pun mengakui pernah melihatku manstrubasi. Dari saat itulah anakku ini menyukaiku, menyukai kecantikan dan kemolekan tubuhku, namun dipendamnya karena hal itu tabu. Dua hari yang lalu, Devan menumukan diary di kamarku yang isinya sangat mengejutkannya yaitu kalau aku sangat menginginkannya. Setelah menimbang-nimbang akhirnya dia pun melakukan semua ini demi kebahagianku. Setelah mendengar ceritanya itu, aku sangat lega dan tidak ada lagi penghalang bagiku untuk memiliki jiwa dan raga Devan walaupun dia adalah anakku. Aku menyukainya dan mungkin bahkan mencintainya sebagai laki-laki dewasa. Aku tidak peduli dengan status karena yang terpenting aku sangat bahagia bisa memiliki laki-laki yang bernama Devan. “Mah… Kita harus buat komitmen dengan hubungan kita… Karena aku sangat menyukai wanita, mamah jangan membatasi aku untuk bersama bahkan tidur dengan seorang wanita. Bagaimana?” Devan mencoba berdiplomasi denganku. “Ya, mamah janji…” Aku menyetujui permintaannya. “Kalau begitu, aku juga tidak akan membatasi mamah untuk bergaul dengan laki-laki lain. Mamah mempunyai kebebasan untuk bersama bahkan tidur dengan seorang laki-laki.” Jelasnya lagi. “Rasanya mamah tidak akan pernah bisa begitu, Van … Biarlah mamah denganmu saja.” Kataku. “Tidak mah … Mamah harus bisa … Mamah harus berani dan percaya diri … Nanti akan aku perkenalkan dengan seseorang yang bisa mengajarkan mamah tentang kesenangan dan kebahagiaan.” Jelasnya. ‘Siapa orangnya?” Tanyaku ingin tahu. “Namanya Tante Ratna … Aku sudah menceritakan masalah mamah padanya dan dia bersedia membantu.” Jelasnya lagi. “Kapan mamah bisa bertemu sama dia?” Tanyaku lagi. “Sekarang pun bisa kalau mamah mau …” Jawabnya. “Kalau begitu, pertemukan mamah dengan dia sekarang!” Pintaku sangat bersemangat. “Ayo …!” Jawab Devan singkat. Kami pun kemudian bergegas membersihkan badan dan berpakaian rapi. Aku dan Devan meluncur ke tempat Tante Ratna. Sepanjang perjalanan, Devan menceritakan sosok wanita yang bernama Tante Ratna. Dia memiliki masalah yang sama dengan aku yaitu tidak diperhatikan oleh suaminya karena suami Tante Ratna gila kerja seperti suamiku. Dan hal yang membuatku lebih bersemangat bertemu dengan wanita itu adalah hubungan antara dia dan anaknya. Menurut penuturan Devan, Tante Ratna dan anaknya hidup seperti layaknya suami istri tetapi tidak ada batasan untuk keduanya dalam hal berhubungan dengan orang lain. ***** TBC