Luka Yang Merubahku
mohon ijin suhu-suhu semua, nubie mau berbagi coretan nubie, sebernernya ide ini udah ada dr lama, hanya saja realisasi nya yang selalu tertunda. takut nggak sesuai ekspektasi dan jadi bahan bullyan suhu-suhu di sini. ini basicnya cerita fiktif ya, dan untuk di awal cerita sangat minim sekali sex scene nya, semua akan mengalir sesuai dengan alur nya, jadi bagi yang menginginkan banyak sex scene dari awal mohon maaf, tapi nanti pasti akan banyak sex scene nya kok, so tenang saja suhu semua. semoga berkenan dan selamat menikmati. Perkenalkan, nama ku eko anto baskoro, biasa di panggil anto, Aku anak pertama dari tiga bersaudara, Adik ku yang pertama bernama Putri dwi prasniti, sedangkan adik ku yang ke dua bernama Indah tri maheswari. Aku berprofesi sebagai peternak sapi dan sekaligus menjadi supplier sapi bagi beberapa rumah potong sapi di kabupaten tempat tinggal ku dan kabupaten tetangga. aku mulai belajar ternak sejak masih sekolah dasar, yang awalnya aku membeli 6 ekor kambing dari uang yang aku peroleh saat aku di khitan, sampai saat aku smp kambing yang awalnya hanya enam ekor menjadi tujuh belas ekor. lalu pada saat aku kelas 3 smp aku menjual sepuluh ekor kambing ku untuk aku belikan 3 ekor sapi betina yang masih muda. satu tahun aku pelihara, 3 ekor sapi ini semua beranak masing-masing 1, dari saat itu aku meyakinkan diri ku untuk menjual semua sisa kambing ku untuk aku belikan sapi lagi. dan saat aku lulus sma, jumlah sapi ku sudah menjadi 12 ekor sapi, karena jumlah sapi ku semakin hari semakin banyak, sudah bisa di pastikan aku sangat kesulitan untuk memelihara nya sendirian, jadi aku putuskan untuk mencari 2 orang yang mau berkerja membantu ku merawat dan memelihara sapi-sapi ku, yang pertama bernama pak sobari, beliau tetangga rumah ku dan usia nya seumuran dengan bapak ku, yang kedua bernama mas parno, mas parno ini orangnya baik dan pekerja keras, hanya saja dia putus sekolah sewaktu SD, jadi kehidupan mas parno ini bisa di bilang kekurangan, sehingga pada waktu aku mencari pekerja untuk di kandang sapi ku, mas parno sangat berharap bisa berkerja di kandang sapi ku. Setelah lulus SMA, aku tidak melanjutkan ke bangku kuliah, bukan karena tidak mampu, pada dasarnya dari hasil ternak sapi ku, aku mampu membiayai kuliah ku sendiri tanpa harus membebani orang tua ku, namun aku memilih tidak kuliah dan lebih tertarik mengikuti pelatihan pelatihan ternak. Aku sangat bersyukur karena bapak dan ibu ku sangat mendukung ku dalam usaha peternakan sapi ini. salah satu dukungan yang aku dapatkan ialah saat aku berusaha mendapatkan tambahan modal untuk membangun kandang yang lebih besar dan menambah jumlah sapi ku. saat aku meminta izin kepada bapak dan ibu untuk meminjam uang di bank, bapak dan ibu tidak keberatan membantu ku dengan mengajukan pinjaman ke bank dengan jaminan sertifikat rumah kami dan mengunakan nama bapak, karena aku belum bisa mengajukan pinjaman ke bank dengan menggunakan nama ku sendiri. aku sangat bersyukur, karena dengan pinjaman bank itu aku bisa menambah jumlah sapi ku menjadi 20 ekor dan membangun kandang yang lebih besar lagi, juga menambah jumlah karyawan di peternakan ku yang awalnya hanya 2 orang sekarang menjadi 5 orang, pekerja ketiga yang berkerja di kandang ku bernama mas sudar, mas sudar ini bukan warga asli desa ku, namun ia menikah dengan warga desa tempat tinggal ku, pekerja yang ke empat bernama harsono, harsono ini baru lulus smp dan tidak melanjutkan ke sma karana faktor ekonomi, yang terakhir adalah imron, imron ini sama seperti harsono, baru lulus smp dan tidak melanjutkan sekolah. Dua tahun setelah pinjaman bank itu usaha ku semakin besar, jumlah sapi ku juga semakin bertambah, relasi rumah potong sapi yang berkerja sama dengan ku juga semakin beetambah, dan pinjaman ke bank pun sudah aku selesaikan dengan baik. Saat usia ku menyentuh 24 tahun aku sudah bisa membeli rumah sendiri di kota kabupaten, rumah 2 lantai yg kubeli ini berada di kawasan perumahan elit dengan harga hampir 1M, aku sangat beruntung bisa membeli rumah di kawasan perumahan elit ini dengan harga di bawah 1M, jika rumah ini tidak di lelang oleh bank, maka aku yakin harga pasarannya di atas 1,5M. rumah yg ku beli ini memang sudah aku bayar lunas, hanya saja proses balik nama surat-surat tanah dan rumah masih di urus pihak bank di notaris, jika sudah selesai semua aku tinggal tanda tangan dan terima kunci rumah nya. selain rumah aku juga sudah membeli 1 unit mobil baru dan 1 unit truck. jumlah tabungan ku saat itu sudah lebih dari 2M yang merupakan hasil dari usaha peternakan sapi ku. Kesuksesan ku dalam hal bisnis berbanding terbalik dengan urusan percintaan, di usia ku yg sudah 24 tahun ini, sekalipun aku belum pernah berpacaran, padahal aku ini tidak jelek-jelek banget, bahkan bisa di katakan aku ini mendekati tampan dan rupawan, kulit sawo matang, tinggi badan 180cm, berat badan 76kg, hidung agak mancung (nggak pesek) dan mata bulat. kurang ganteng apa coba? mungkin memang karena selama ini aku terlalu fokus pada usaha peternakan ku sehingga aku tidak begitu peka kepada wanita-wanita yang mencoba mendekati aku. berkali-kali bapak dan ibu menanyakan tentang siapa pacar ku? kenapa kok nggak pernah di ajak ke rumah dan di kenalkan ke bapak dan ibu? tapi aku selalu berkelit dengan mengatan bahwa “nanti kalau sudah waktunya pak, buk, pasti aku kenal kan ke bapak dan ibu” padahal aku tidak punya pacar. adik-adik ku pun juga selalu bertanya, kenapa aku nggak pernah pacaran? sementara adik ku putri yang baru masuk kuliah saja sudah punya pacar. aku tidak pernah menjawab pertanyaan dari adik-adik ku, karena bagiku pacaran bukan lah hal yang penting, yang terpenting bagiku adalah bagaimana peternakan ku menjadi semakin besar dan jika perlu aku bisa menjadi supplier sapi di ibu kota negara dan kota-kota besar lainnya. Hingga pada saat usia ku 25 tahun kurang 2 bulan, bapak dan ibu meminta ku untuk mengantar mereka ke rumah salah satu teman bapak ku. “le, besok bisa antar bapak sama ibu ke kabupaten TA?” “njih pak, bisa.” “yo wes, besok dandan yang rapi yo le, biar kelihatan ganteng” “njih pak, besok berangkat jam berapa pak” “sore ae, jam 5 kita berangkat” “njih, siap” Aku nggak terlalu memikirkan kemana dan kerumah siapa aku akan mengantar bapak dan ibu ku, bagi ku yang terpenting sebisa mungkin berbakti pada bapak dan ibu ku. ~~~end of prolog.~~~ PART 1 ~ Scroll kebawah PART 2
#2
DIPERKENALKAN Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, sementara aku masih berkutat di kandang dengan sapi dengan para pekerja ku, sampai saat indah adik ku yang ke dua memanggil ku, baru aku sadar bahwa aku sudah berjanji mau mengantar bapak dan ibu ke kabupaten TA. “mas, sama ibu mas anto di suruh mandi” “iya, bentar dek” “iiihhh… ibu sama bapak sudah siap itu lo, katanya mau ke kabupaten TA diantar sama mas anto” “astagfirrullah… iya dek, mas lupa. ya wes mas tak mandi dulu” setelah adik ku pulang ke rumah aku lalu meminta agar para pekerja yang berkerja di kandang menyelesaikan memberi makan sapi dan membersihkan kotoran sapi “pak bari, mas parno, mas sudar tolong di lanjut kan ya ngasih makan sapi nya, harsono sama imron segera di bersihkan kotoran sapi nya, aku mau ngantar bapak ibu dulu” “siap mas” jawab mereka serempak. Setelah dari kandang aku segera mandi, setelah selesai mandi aku berpakain dengan rapi dengan menggunakan celana jeans warna hitam, kaos dalan putih dan baju lengan pendek warna biru tua, tak lupa aku juga menyemprotkan parfum di badan ku, agar aroma kotoran sapi benar-benar hilang dari badan ku dan sesuai perintah bapak, agar aku kelihatan ganteng, hehehe… Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku keluar kamar dan melihat jam menunjukan pukul 17.20, sehingga aku segera bergegas menyalakan mesin mobil di garasi, lalu aku kembali ke dalam rumah dan mengatakan kepada bapak dan ibu bahwa aku sudah siap. “pak, buk, sampun siap” “wuiihh… ganteng e anak ibu, tapi sayang masih jomblo, hihihi…” “bukan jomblo buk, tapi memang anto belum mau pacaran aja” “lha terus apa bedanya le? kan sama-sama nggak punya pacar nya itu” “yo beda to buk, kalau jomblo itu kan memang nggak laku atau nggak ada wanita yang mendekati, tapi kalau belum mau pacaran itu karena pilihan, meskipun banyak wanita yang mendekati, gitu buk” “halah, sama saja itu. itu cuma akal-akalan kamu biar gak di ledekin sama orang lain” kata ibu ku “sudah sudah, sudah jam 5 lebih ini, ayo kita berangkat” ucap bapak ku syukurlah, bapak segera menengahi dan mengajak berangkat, kalaau nggak, bisa panjang urusannya kalau sudah berdebat dengan ibu ku. Perjalan dari rumah ku ke kabupaten TA sekitar 50 menit, namun kami sampai di rumah teman bapak ku 1 jam lebih, karena rumah teman bapak ku bukan berada di ibu kota kabupaten TA, melain kan masih agak ke barat lagi dari ibu kota kabupaten, sehingga perjalanan menjadi 1 jam lebih. Akhirnya kami sampai juga di rumah teman bapak ku, rumah 2 lantai dengan cat berwana putih ini cukup mewah untuk ukuran orang desa, apa lagi di samping rumah ada mobil yang terparkir, walaupun bukan mobil mewah tapi itu sudah membuktikan bahwa sang pemilik rumah adalah orang terpandang dan di atas rata-rata warga kampung, kami sampai di rumah teman bapak ku ini saat hari sudah gelap, dan waktu menunjukan pukul 18.35. Setelah aku parkirkan mobil ku di depan rumah, bapak dan ibu ku segera turun dari mobil dan mengucap salam, setelah beberapa saat salam bapak di jawab oleh tuan rumah lalu kami di persilahkan masuk, tak lupa aku salim dan cium tangan pak coko, sang tuan rumah yang baru aku tau nama lengkapnya pak ujang sucoko. beliau adalah teman bapak ku saat bapak masih smp, dan menurut apa yang di sampaikan bapak, pak coko ini adalah pengusaha di bidang penggilingan beras atau lebih di kenal dengan pengusaha beras poles dan beliau juga seorang lurah di desa tersebut. pantas saja jika rumah nya terbilang paling mentereng di kampungnya. setelah berbasa-basi beberapa saat, pak coko mengucapkan terima kasih atas bantuan bapak, kata beliau bila tak di bantu bapak, mungkin pak coko bisa gagal jadi lurah. jujur aku nggak paham bantuan apa yang di berikan oleh bapak kepada pak coko, bagiku itu bukan urusan ku, itu urusan bapak dan aku nggak mau ikut campur. setelah beberapa saat munculah istri pak coko dan putri nya membawakan minuman untuk kami. pak coko mengenalkan istri dan putri nya ke pada ku, kalau bapak sama ibu ku sudah kenal katanya. “nah, nak anto, ini istri bapak, nama nya siti marpu’ah” ucap pak coko “owh… iya, saya anto bu” ucap ku sambil salim dan mencium punggung tangan istri pak coko “nak anto ganteng ya, pasti banyak pacar nya” ucap bu siti istri pak coko “iya jeng, pacar nya banyak itu anto, sangking banyaknya sampai bingung siapa pacarnya” ucap ibu ku “yang benar jeng? masak anak ganteng dan sukses seperti nak anto ini gak punya pacar sih” ucap bu siti aku senyum saja menanggapi pertanyaan dari istri pak coko. “nah, kalau yang di sebelah istri bapak itu anak pertama bapak, nama nya niken, lengkapnya niken savitri” ucap pak coko memperkenalkan putrinya “anto” ucap ku sambil menjabat tangan niken “waaahhh… nak niken cantik banget ya, mau gak jadi mantu ibu?” ucap ibu ku jujur harus aku akui bahwa cewek bernama niken savitri ini memang cantik, kulitnya putih bersih, postur nya tinggi semampai dan juga sexy. meskipun niken menggunakan pakaian tertutup dan berjilbab, tapi tetap saja terlihat kemolekan tubuh sexy niken. jujur aku juga agak malu mendengar celetukan ibu ku yang mau menjadikan niken sebagai mantu. aku juga melihat expresi wajah niken yang tersipu malu dengan pertanyaan ibu ku. “niken ini masih kuliah, tapi tinggal nunggu wisuda saja, siapa tau nanti setelah niken lulus kuliah nak anto butuh karyawan untuk urus management di peternakan nya nak anto, nak anto tertarik untuk menjadikan niken sebagai karyawan” lanjut pak coko sambil tersenyum “hehe… iya pak” ucap ku sambil tersenyum juga. “owh iya, nak anto dulu kuliahnya di mana?” tanya pak coko kepada ku “saya nggak kuliah pak” jawab ku “lho, lha kenapa kok nggak kuliah?” tanya pak coko lagi “anu pak, nggak sempat, nggak ada waktu buat mikirin kuliah. hehehe…” jawab ku lagi “waahh… sayang lo nak, padahal kalau nak anto mau kuliah, bapak yakin nak anto pasti bisa dapat kerjaan yang enak” “owh iya ya, bapak lupa, kan nak anto sekarang sudah jadi peternak sukses ya, jadi nggak perlu kuliah juga nggak apa-apa, hahaha…” lanjut pak coko aku hanya menimpali pernyataan pak coko dengan senyuman. “sekarang sapi di peternakan nak anto sudah ada berapa ekor?” tanya pak coko lagi “alhamdulillah pak, lumayan. cukup untuk di putar-putar biar tetap ada pemasukan” jawab ku sambil tersenyum. Setelah perkenalan ku dengan istri dan anak pak coko, aku lebih banyak diam dan terkadang aku curi-curi pandang kepada niken, gadis cantik putri pak coko, terkadang mata kami saling bertemu dan kulihat niken tersipu malu dan langsung mengalihkan pandangan jika mata kami saling bertemu, selebihnya aku hanya mendengarkan percakapan antara bapak dan pak coko. karena bapak yang lebih banyak berbicara dengan pak coko, sementara ibu lebih banyak bercanda dengan anak dan istri pak coko. sampai suatu ketika istri pak coko mengajak kami untuk makan malam bersama. Setelah selesai makan kami kembali ke ruang tamu dan melanjutkan pembicaraan. “mas karman, saya sangat berterima kasih atas bantuan mas karman, dan sekarang saya ingin mengembalikan pinjaman dari mas karman. tapi mohon maaf mas, belun bisa penuh, masih setengah dari nomimal pinjaman saya ke mas karman, tolong di terima ya mas. insyaallah sisa kekurangannya dua atau tiga bulan lagi mas” ucap pak coko sambil menyerah kan tas kecil berwana coklat yang terbuat dari kertas dan terdapat logo salah satu bank di samping kanan kiri tas tersebut (Note : karman adalah nama bapak ku, lengkap nya adalah Nyoto sukarman. sementara ibu ku bernana nur khasanah, biasa di panggil nur) “waduh mas, saya beserta keluarga datang ke rumah mas coko bukan untuk menagih pinjaman mas coko” ucap bapak ku. “iya mas, saya tau. tapi saya juga tau diri mas, bahwa pinjaman saya ke mas karman ini sudah satu tahun lebih, jadi mumpung mas karman kerumah dan saya ada rezeki, apa salah nya jika saya cicil dulu mas” ucap pak nyoto lagi. “gimana ya mas? sebentar, saya tanya anto dulu mas, karena sebenarnya itu uang nya anto, bukan uang saya” jawab ku “to, bagaimana?” tanya bapak. “aku nggak tau pak, kan yang ngasih pinjaman bapak, bukan anto. lagi pula aku malah gak tau kalau bapak meminjamkan uang ke pak coko, jadi ya terserah bapak saja, gimana baik nya” jawab ku “udah mas karman, terima saja dulu. biar kita sama-sama enak mas. jujur saya selalu kepikiran pinjaman saya ke mas karman, kalau mas karman terima uang ini, kan saya jadi sedikit lebih tenang dan gak terlalu kepikiran mas” ucap pak coko. “ya sudah kalau gitu mas, saya terima ya uang nya. untuk sisa nya jangan terlalu di pikirkan dulu mas, kalau mas coko sudah benar-benar ada dan tidak membebani mas coko, baru mas kembalikan, dan saya berterima kasih kepada mas coko karena sudah mengembalikan uang nya ini” ucap bapak yang akhirnya mau menerima pengembalian pinjaman dari pak coko. “oohh… nggak mas, justru saya yang sangat-sangat berterima kasih kepada mas karman, karena sudah mau membatu saya mas” ucap pak coko sambil tersenyum lebar. Akhirnya, setelah pengembalian uang dari pak coko di terima oleh bapak, kami kembali bercengkrama membahas beberapa hal yang sifat nya basa basi dan bercanda. Jam sudah menunjukan pukul 21.30, akhirnya bapak pamit untuk pulang kepada pak coko. “mas, sepertinya sudah malam, dan alhamdulillah pertemuan dan silahturahmi ini berjalan dengan baik dan lancar, semoga kedepannya keluarga kita bisa tetap menjaga silaturahmi ini dengan baik, kami sekeluarga mengucapkan terima kasih karena telah di jamu dengan baik di sini, kapan-kapan jika ada waktu luang, saya harap mas coko berserta keluarga sudi untuk mampir ke gubuk kami mas, kami sekeluarga akan sangat bahagia apa bila mas coko sekeluarga berkenan mampir ke gubuk kami, dan sekarang kami izin mau undur diri mas” ucap bapak. “kok buru-buru banget to mas, saya fikir tadi mas karman dan keluarga mau menginap di sini mas” ucap pak coko. “mohon maaf mas, kami sekeluarga belum bisa menginap di sini, soalnya indah sama putri di rumah, gak tega ninggalin mereka cuma berdua di rumah, kan anak perempuan semua” jawab bapak. “owh begitu ya, ya saya sangat berterima kasih atas kesediaan mas karman beserta keluarga yang mau berkunjung di gubuk kami, dan maaf apa bila ada salah salah kata dari saya maupun istri saya mas, maaf juga jika jamuan kami kurang berkenan di hati mas karman dan keluarga” ucap pak coko “nggak mas, nggak ada kata yang salah dan jamuan yang di berikan kepada kami juga sangat enak, dan semoga silaturahmi keluarga kita bisa tetap terjaga dengan baik mas. ya sudah mas kami sekeluarga pamit undur diri” ucap bapak. Setelah pamit kami bersalaman, tak lupa aku menciun punggung tangan pak coko dan bu siti sebelum keluar rumah, setelah di luar rumah bapak mengucap salam dan di jawab oleh keluarga pak coko, barulah aku jalan kan mobil ku untuk meninggalkan kediaman pak coko. Di perjalanan, bapak bercerita bahwa waktu pak coko mencalonkan diri sebagai lurah, modal pak coko kurang, dan pak coko meminjam uang kepada bapak untuk tambahan modal mencalonkan diri sebagai lurah. jujur aku sama sekali tidak tau jika waktu bapak menanyakan “apa kah aku ada uang 500jt? kalau ada bapak pinjam dulu” dan ternyata uang itu di pinjamkan bapak ke pak coko, waktu itu aku berfikir jika uang itu mau di gunakan bapak untuk beli tanah atau bayar hutang, gak tau nya di pinjamkan ke pak coko. Setelah bercerita tentang asal mula bapak meminjamkan uang ke pak coko, bapak bertanya kepadaku. “to, uang ini mau kamu pake apa? di simpan di bank atau di belikan apa?” tanya bapak. “terserah bapak mau di pakai apa, uang itu uang nya bapak, bukan uang ku” jawab ku “lho, ya nggak bisa. kan dulu bapak minjam uang nya dari kamu” kata bapak “iya, tapi kan dari dulu sudah anto ikhlas kan buat bapak, mau bapak pakai apa saja ya itu hak bapak” jawab ku “kamu beneran to?” tanya bapak “iya pak, masak gak percaya sama anak sendiri” jawab ku “bukan nya nggak percaya to, tapi ini uangnya banyak lo to” kata bapak “udah pak, pakai aja. kalau bapak mau beli tanah monggo, bapak mau beli mobil monggo, atau bapak mau beli’in ibuk perhiasan ya monggo pak. itu uang bapak pokok nya” jawab ku ” alhamdulillah… terima kasih yo le, nanti bapak belikan tanah ae uang nya” kata bapak “pak, ibu mau perhiasan, pokok nya awas kalau ibu gak di belikan perhiasan” kata ibu yang tiba-tiba ikut ngomong “lho, bukannya ibu tadi tidur yo? kok tiba-tiba bangun” kata bapak “ya iya to, wong bapak di kasih uang sama anto, masak ibuk mau gak di bagi” jawab ibu “iya buk, iya. besok kita beli perhiasannya” jawab bapak aku hanya tertawa melihat bapak dan ibuk ku yang sedang berbicara tentang perhiasan, sampai tiba-tiba ibu bertanya kepada ku “le, niken anak nya pak coko cantik ya? hihihi…” kata ibuk “iya buk, cantik” jawab ku “kamu mau nggak le kalau ibuk jodohkan sama niken?” tanya ibuk “haaahhh…. gak usah aneh aneh to buk, mosok aku mau ibuk jodohkan sama niken” jawab ku “aneh aneh piye to le? kan niken cantik, baik dan sopan. masak kamu nggak mau punya istri yang kayak niken? lagi pula tadi ibu lihat kamu sama niken sering lihat-lihatan, sampai sampai niken tersipu malu. ibu sama bu siti lo tau kalau kamu sama niken sering lihat-lihatan.” kata ibuk ku “yo bukan e nggak mau buk, cewek seperti niken itu, sudah pasti punya pacar dan sudah pasti pacar nya itu ganteng, opo ya mungkin niken mau sama anto yang gak ganteng dan kerjaan nya cuma ngurusin sapi buk. pasti cewek kayak niken itu yang di cari cowo yang berseragam, minimal pns lah buk. lha aku? gak usah aneh aneh lagi ya buk, realistis saja” jawab ku “heee… siapa bilang? wong tadi lo ibuk lihat niken sering curi-curi pandang ke kamu sambil senyam senyum le. lagi pula kamu itu gak jelek le, kalau kamu mau dandan kamu itu ganteng, ibu yakin, niken pasti mau” kata ibuk “sudah to buk, bahas yang lainnya saja, anto belum mau mikir nikah” jawab ku “tapi kalau niken mau sama kamu, kamu mau to le?” tanya ibuk “haaahhh…. iya wes, iya. kalau niken mau aku yo mau buk” dari pada semakin panjang, lebih baik aku iyakan saja pertanyaan ibuk ku. tapi aku yakin niken pasti nggak mau sama aku, secara niken itu anak kuliahan, dan aku cuma lulusan sma, jauh banget lah strata pendidikan kami. Akhirnya, setelah satu jam berkendara dari kabupaten TA kami sampai di rumah, sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan rebahan di kamar. aku masih kepikiran apa yang di sampaikan ibu di mobil tadi. masak iya aku mau di jodoh kan sama niken? kalau boleh jujur, niken itu memang cantik, sexy dan sangat menarik, aku yakin pasti banyak laki-laki menyukai niken, dan aku juga yakin kalau niken itu sudah punya calon. ya mana mungkin cewek secantik dan sesexy niken gak punya calon atau pacar, apa lagi dia anak kuliahan, sudah pasti teman-teman kuliah nya banyak yang naksir sama niken. lha aku? kuliah juga nggak, kerjaan nya ngurusin sapi mulu. pengalaman pacaran? gak ada, yang ada aku di dekati oleh cewek malah gemeteran dan keluar keringat dingin. jujur untuk urusan cewek dan pacaran aku sangat payah, payah sekali. tapi bukan berarti aku nggak normal ya, memang aku suka serba salah dan bingung kalau dekat dengan cewek, atau bahasa gaul nya aku selalu salting kalau dekat dengan cewek. bahkan ketika teman ku mengajak ku untuk BO cewek, aku cuma diem dan nggak berani, ya akhirnya yang bercinta dengan cewek BOan itu teman ku, bukan aku, padahal saat itu aku juga sangat pengen untuk bercinta, tp aku masih belum berani, benar-benar hilang keberanian ku saat itu. aahhh…. kadang-kadang kalau aku fikir-fikir lagi, aku ini sebenarnya mampu, bahkan sangat mampu untuk BO cewek dengan tarif 1jt seminggu sekali, bahkan setiap hari pun mampu. tapi aku masih takut. takut dosa, takut ketularan penyakit, takut ketahuan bapak ibu ku, pokok nya aku terlalu takut untuk itu, jadilah aku ketika pengen dan nggak bisa terbendung lagi hanya tante anita (tangan tengen sabun merk anita) yang selalu memuaskan ku, hahaha… payah sekali ya diriku ini. tapi ya sudah lah, mungkin nanti setelah menikah aku baru berani, karena fikiran tentang takut dosa, penyakit dan ketahuan bapak ibu sudah nggak ada. merenung dan berfikir sendiri di kamar, lama-lama membuat ku merasa ngantuk, jadi lebih baik aku tidur saja, masih banyak perkerjaan yang besok harus aku kerjakan. ~~end