Jinan, A Tool

Jinan, A Tool Happy reading “Hoammm sekarang jam berapa sih….” dengan malas aku mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari tempat tidurku. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan juga aku baru sadar kalau sekarang hari minggu. Hufftt, akhirnya bisa beristirahat seharian di kosan setelah menghadapi perkuliahan yang begitu padat. Namaku Jinan, mahasiswi tingkat akhir berusia 23 tahun. Meski sebenarnya aku belum mengambil skripsi karena ada salah satu mata kuliah yang aku harus mengulang, yah karena kemalasanku sendiri yang mengakibatkan mata kuliah itu mendapat nilai yang tidak sesuai harapan sehingga mau tidak mau aku harus mengulang dari awal. Ah, aku pikir tidak begitu buruk juga mengingat banyak juga teman-temanku yang mengalami hal ini. Perawakanku bisa dibilang cantik kalau kata teman-temanku dan aku sendiri juga menyadarinya. Aku bangga dengan diriku sendiri, wajahku yang katanya mirip dengan artis papan atas di negeri ini dengan kedua mata yang tajam mempesona. Tubuhku selalu aku rawat dengan rajin berolahraga dua kali setiap minggu di gym dan sesekali jogging keliling area kampus, ditambah dengan pola makan yang selalu kujaga membuat tubuhku terlihat seksi dan indah. Buah dadaku terbentuk sempurna meski tidak terlalu besar namun bulat dan kencang, yang aku cukup sebal adalah kedua pahaku yang gemuk meski aku sudah berusaha untuk merampingkannya namun tidak sesuai harapan. Untuk urusan asmara sih…. hehehe sebenarnya aku sudah sering punya cowok sejak SMA. Yah, sebagian besar menyenangkan meski juga ada sedihnya. Tetapi hal tersebut bukan masalah besar buatku. Prinsipku adalah “dekati cowok, buat mereka merasa nyaman, jadi pacar, nikmati yang ada, lalu tinggalkan”, sudah cukup banyak cowok yang jadi korban “kenakalanku” meski jujur saja ada sedikit yang bisa hampir mendapat hatiku namun prinsip yang kupegang kuat ini mampu melawan mereka. Karena aku mempunyai banyak cowok pastinya kalian pikir aku sudah pernah melakukan hubungan badan. Dan jawabannya adalah benar, aku sudah menjadi wanita “dewasa” sejak SMP bersama kekasih pertamaku dengan tidak baik. Yep, saat itu aku dijebak olehnya bersama teman-temannya dan diperkosa beramai-ramai di sebuah villa. Aku masih ingat betul betapa tak berdayanya aku saat itu, digilir oleh teman-temannya termasuk kekasihku sendiri. Bahkan mereka merekam semua adegan itu sebagai jaminan agar aku tidak melaporkan ke pihak berwajib dan bodohnya aku mengiyakan saja, meskipun pada saat itu juga sebenarnya aku memang menikmatinya. Karena kejadian tersebut, tumbuh rasa benci pada laki-laki dalam diriku namun bukan berarti aku langsung tidak suka sama mereka. Seperti yang kujelaskan diatas, prinsip yang kupegang itu bertujuan untuk “membalas” dendamku kepada lelaki yang mendekatiku, tak peduli mereka sok baik atau sejatinya memang baik orangnya. Terlihat jahat memang tapi aku menikmatinya hehe. Baiklah sekian pengenalan singkat tentang diriku. Kuambil handuk kering yang menggantung di dekat pintu kamar mandi dan bersiap untuk mandi meski aku masih merasa malas, sepertinya mandi adalah solusi untuk menyegarkan badan dan pikiran. Kucuran air yang keluar dari shower membasahi seluruh tubuhku yang sebelumnya sudah aku lumuri dengan busa sabun. Kegiatan mandi adalah salah satu kesukaanku bahkan bisa dikatakan sudah seperti hobi. Disamping untuk membersihkan diri dari kotoran dan keringat yang mengganggu, aku juga dapat melihat tubuh telanjangku secara langsung melalui kaca cermin di kamar mandi ini, sekarang aku bisa melihat seluruh tubuhku yang mengkilap setelah sabun yang melumuri tubuhku telah hilang oleh air. Buah dadaku tampak bulat dan kencang dengan puting susu yang berwarna pink, aku tersenyum melihat keindahan tubuh ini berkat olahraga yang teratur, dan juga sebagai “senjata” untuk menaklukan hati lelaki yang berani mendekatiku. Hihi. Tapi bukan berarti aku selalu mengenakan pakaian yang menggoda dalam kehidupan sehari-hari. Tidak, tidak. Itu bukan gaya hidupku, aku justru lebih suka mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman. Saat waktu kuliah aku sering mengenakan kemeja dengan variasi dan corak yang berbeda setiap harinya, tak lupa aku sengaja untuk melepaskan kancing atas kemeja memperlihatkan kaos oblong yang memiliki kerah yang lebih turun dari kaos biasa sehingga kulit dada atasku terlihat jelas. Aku selalu mengamati mata-mata cowok yang kutahu selalu melihat bagian itu meski tak tampak belahan buah dada disana. Aku anggap sebagai bonus saja untuk mata cowok yang nakal hehe. Terkadang aku mengenakan rok flanel panjang dalam satu kesempatan, tapi aku lebih sering mengenakan celana jeans ketat. Namun….. ugh, sepertinya untuk beberapa minggu kedepan aku pakai celana longgar saja mengingat ukuran pahaku yang mulai membesar. Kembali aku membasuh tubuhku dengan air sambil melihat cermin di depanku, berulang kali aku terkagum-kagum dengan kemolekan tubuhku sendiri. Buah dada yang menantang, perut rata dan pinggul yang terbentuk indah dan bongkahan pantat yang sekal, mungkin karena pahaku yang gemuk mempengaruhi bentuk pantatku juga hihihi. Oh iya selain buah dada, bagian tubuhku ini juga sering dilirik sama cowok-cowok yang aku dekati. Sebagian dari mereka cukup beruntung bisa melihat dengan langsung pantatku tanpa ditutupi celana. Yep, mereka yang sudah menyetubuhi diriku sebagai pemuas nafsu bejat mereka. Disatu sisi aku sangat membencinya namun di sisi lain aku menikmatinya. Setelah puas melihat-lihat, kedua bola mataku sedikit turun menuju bawah pusar, tampak gundukan kemaluanku yang sedikit gemuk dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang cukup rimbun. Ugh, aku jadi merasa tak enak melihat rambut kemaluan itu, sepertinya aku harus mencukurnya sedikit supaya rapi. Setelah dirasa cukup membasuh badan, kuambil pisau cukur, gunting kecil dan sabun cair. Kusenderkan tubuhku pada dinding kamar mandi dan melebarkan sedikit kedua kakiku sehingga gundukan memekku mulai tampak. Kemudian rambut kemaluan tersebut kulumuri dengan sabun cair yang sudah dicampur sedikit air hingga terbentuk banyak busa. Nah sekarang tinggal gunakan pisau cukur ini untuk merapikan rambut kemaluanku. Dengan hati-hati aku menggerakan sedikit pisau cukur ini sehingga beberapa helai rambut itu terpotong dengan rapi, kulakukan berulang kali hingga tak sadar kalau rambut tersebut telah habis. Ugh, kemaluanku sekarang terekspos dengan jelas tanpa rambut yang membandel. Setelah beres kubasuh bagian itu dengan air hingga bersih dari sisa-sisa sabun. Ah, sekarang aku justru terpana dengan bagian kemaluanku ini, kulitnya lebih putih dari kulit tubuhku sendiri, karena penasaran kulebarkan sedikit kedua kakiku menghadap ke cermin, kuarahkan jemari tanganku ke arah bibir kemaluanku yang sudah tidak rapat. Yep, bahkan aku sudah lupa berapa banyak cowok yang telah menyetubuhiku dan menikmati enaknya kemaluanku namun dilihat dari bentuk bibir yang merekah merah sepertinya cukup banyak. Ah, betapa memalukannya diriku namun aku menyukainya “Ughhh…. kok geli sih…..” Aku sedikit mendesah saat jemariku menyentuh bibir memek, rasanya sangat geli dan tentu saja nafsuku mulai naik. Ah masak aku harus masturbasi disini lagian juga baru selesai mandi? Ah, aku sudah tak tahan. “Gak apalah mumpung gak ada kegiatan juga” ucapku sendiri. Lalu dengan hawa nafsu yang mulai naik, kuambil sebuah botol shampo yang kebetulan bentuknya agak bulat, sebenarnya aku punya sebuah dildo di kamar namun sudah kepalang tanggung hehe, kulihat sejenak botol shampo itu sambil mulai membayangkan kalau yang kupegang sekarang adalah penis laki-laki yang besar dan kekar. Ugh, membayangkan itu saja sudah membuat memekku basah hihihi. Akibat kejadian-kejadian “nakal” yang aku perbuat itulah aku lumayan susah untuk mengontrol birahi. Melihat fisik lelaki ganteng saja bisa bikin memekku basah dan aku sering melampiaskannya dengan dildo atau benda-benda tumpul. Yep, ironis juga meskipun aku membenci yang namanya laki-laki aku tetap bisa terangsang olehnya. Dengan perlahan aku mulai memasukkan kepala botol shampo itu ke dalam mulut memekku yang telah merekah merah dan basah. Aku melenguh pelan saat botol shampo itu menyeruak masuk ke dalam, rasanya dingin tidak seperti kontol pada umumnya yang terasa hangat. Tubuhku mulai meliak-liuk sembari botol shampo itu kudorong semakin dalam. Kepalaku terdongak keatas merasakan nikmat birahi yang semakin naik menguasai diriku. “Ahhhhh…. Shhhhh…..” Rasanya unik dan aneh, karena ukuran botol shampo yang sedikit lebih besar dari kontol pada umumnya sehingga memekku terasa agak nyeri namun seiring aku keluar masukkan benda itu rasanya semakin enak. Kurasakan memekku berkedut kencang meremas-remas botol shampo, dalam hati aku tertawa dikiranya itu kontol cowok wkwk. “Ughhh…. Ssshhh…. enak banget sih…. Ahhhhh…. jadi pengen kontol kan gini….. Sshhhhh…..” Keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhku sembari tangan kananku mengocok-ngocok memekku, dengan sadar tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada dan juga tak lupa memainkan puting susuku yang mulai menegang. Kulihat diriku sendiri pada cermin, ekspresi wajahku sudah sangat berbeda dari yang sebelumnya cantik, manis dan kalem berubah menjadi wajah penuh birahi. Lidahku menjulur secara tak sadar karena amukan birahi yang sudah menguasai seluruh diriku. Dalam hati aku justru tertawa melihatnya, inilah diriku yang sebenarnya yang telah bertransformasi menjadi monster feminim yang siap ditusuk kontol lelaki. Tak lama kemudian aku mulai merasakan gejolak orgasme yang semakin dekat. Aku terus mengocok dengan cepat memekku hingga terdengar suara becek disana, remasan-remasan buah dadaku semakin kukencangkan bahkan sampai puting susuku kucubit dengan keras. Aku mendesah-desah dan suaranya terdengar cukup keras tetapi tak perlu khawatir karena tembok kamar mandi ini cukup dapat meredam suara nakalku. “Aahhhhh…. iyaahhhh….. iyaahhh…. Sssshhh keluarrr….. Aaahhhhh keluarr…….” Satu hentakan keras pada botol shampo mengantarkanku ke puncak kenikmatan. Tubuhku mengejang hebat dan terangkat sedikit dengan kedua kakiku yang masih terbuka lebar. Botol shampo itu terlepas dari memekku dan sembari tubuhku terus mengejang, semburan pipis enak keluar dengan deras sekali disana, cairan itu muncrat membasahi kaca cermin di depan. “Aahhhh iyaaahhhh aku muncrat yangg…..” desahku dengan kencang masih membayangkan aku disetubuhi lelaki. Kemudian setelah orgasme mereda, tubuhku seketika lemas dan aku bersender di dinding kamar mandi. Napasku terengah engah dengan keringat yang terus keluar membasahi seluruh tubuhku. Memekku masih terasa berdenyut kencang dan terasa mengeluarkan banyak lendir, sepertinya ini tidak cukup mengingat nafsuku masih naik dengan kuat. Ah, sepertinya aku benar-benar kalah dengan nafsuku sendiri. Dengan malas kubasuh kembali tubuhku hingga bersih dan mengeringkannya dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi dengan posisi telanjang dan mengambil dildo yang tersimpan di lemari. Sebelumnya kututup jendela dan mengunci pintu supaya tak ada yang mengganggu. Kemudian aku berbaring di kasur dan mulai kembali melakukan masturbasi dengan dildo yang besar dan panjang ini. Awalnya aku mengocok memekku dengan gerakan yang biasa namun lama-lama aku mulai melakukan hal yang agak aneh seperti menempelkan dildo pada dinding kemudian mengentotinya dan duduk di kursi dengan dildo yang terpasang disana. Entah sudah berapa kali aku orgasme hingga muncrat-muncrat namun sialnya nafsu birahi ini susah dilenyapkan hingga pada akhirnya aku kelelahan dan tertidur dengan kondisi telanjang bulat. Ah, aku benci pada diriku sendiri…. tapi ini enak
0000​
“Jinan, kapan kamu ngambil skripsi?” “Jinan….. hei…..” “Eh, gimana-gimana?” “Kamu ngelamun tadi…..” Aku terkejut saat dia menyenggol tanganku. Yap, dia benar. Aku dari tadi sedang melamun. “Kamu tadi ngomong apa?” tanyaku sambil mengibas rambut. “Kapan kamu ngambil skripsi?” Sontak aku kaget mendengarnya. Aku belum pernah terpikirkan sedikitpun tentang skripsi meski aku belum selesai menyelesaikan salah satu mata kuliah yang harus aku ulang. Kesibukanku yang cukup padat sedikit menganggu kehidupan perkuliahanku sekarang. Tunggu dulu, emang kesibukan apa? Hihi aku jelaskan di bawah: Karena pengalaman dari teman online, aku iseng-iseng mencoba untuk “main” di sebuah aplikasi mobile yang tujuannya kayak live streaming. Jadi contohnya aku akan mengeset sebuah live streaming yang nantinya akan dilihat oleh banyak penonton mayoritas adalah cowok. Kemudian aku melakukan aksi bermacam-macam mulai dari membacakan komen-komen nakal dari penonton, menggoda mereka bahkan memamerkan beberapa anggota tubuh. Ya, ini adalah aplikasi yang “nakal”. Saat aku menggunakan pakaian minim dan memamerkannya kepada penonton, banyak sekali komentar-komentar yang nakal dan mesum sesuai dengan dugaanku. Bahkan pernah suatu ketika dengan beraninya aku melakukan pose yang sangat vulgar di mata mereka; memamerkan bagian memek dan pantatku bahkan juga aku masturbasi secara live disana, memang diperbolehkan kok dan aku pernah menonton beberapa streaming yang secara gamblang mereka ngentot dengan kekasih atau memang sama gigolo entahlah. Oh iya, tak perlu khawatir dengan identitasku karena wajahku tertutup topeng sehingga mereka tak mengenaliku siapa tahu ada temanku yang menonton pertunjukan mesum ini hihihi….. Kembali ke perpustakaan, masih sedikit memikirkan jawaban atas pertanyaan teman kelasku itu. “Aku sibuk…..” jawabku karena memang tak ada pilihan lain. “Sibuk apaan dah?” dia kembali bertanya padaku yang membuatku sedikit sebal. “Kamu gak perlu tahu dah…..” balasku lagi. “Jangan-jangan sibuk main aplikasi yang sekarang lagi ngetrend itu? yang bisa lihat cewek-cewek joget…..” “Ihhh Jakaa….. gak bakal aku main gituan. Itu bodoh banget….” sontak aku berdiri dan berkata sedikit keras. Namun aku langsung cepat sadar kami berada di perpustakaan dan tentu saja si penjaga langsung mendatangi dan menegur kami. Setelah basa basi sedikit, si penjaga akhirnya meninggalkan kami. Yep, aku jelas berbohong tadi. Semua yang dikatakan olehnya benar, aku terlalu sibuk mendalami dunia bejat itu hingga aku tak memikirkan perkuliahanku termasuk skripsi. Tetapi kalian pasti bertanya-tanya meski aku memang benci sama cowok tapi kenapa sekarang aku ditemani olehnya? Seperti yang aku bilang sebelumnya, memang aku benci sama mereka namun tak lantas aku terang-terangan untuk tidak suka sama mereka. Aku tetap berteman baik dengan beberapa cowok meski pada akhirnya mereka juga masuk ke dalam “perangkap” yang sudah kubuat. Cowok yang sekarang ada di depanku namanya Jaka. Dia adalah teman satu kelas selama masa kuliah ini mulai dari semester awal hingga sekarang. Wajahnya jujur saja dia lumayan ganteng namun aku cukup menyayangkan cara berpakaiannya yang terkesan sangat biasa bahkan bisa dibilang “culun”. Padahal kalau dia mau mengganti fashion nya aku yakin dia bakal didekatin banyak cewek. Ia mengenakan kacamata frame yang cukup besar yang semakin menguatkan kesan “culun”-nya, selain itu dia memiliki sifat yang dingin bahkan sampai wajahnya jarang sekali menampilkan ekspresi. Meskipun begitu, hubunganku dengan Jaka bisa dikatakan baik dan dekat. Ia termasuk mahasiswa yang cerdas dan selalu tepat sasaran dalam mengambil keputusan. Kami cukup sering satu kelompok saat tugas dan dia selalu menyelesaikannya dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Aku termasuk beruntung sering satu kelompok dengannya hehe. Dan sekarang, aku memang sengaja untuk meminta mememaniku di perpustakaan ini untuk mengerjakan tugas. “Nah Jaka, kalau kamu sendiri skripsimu gimana?” tanyaku basa-basi. Kulihat ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot. “Lumayan progressnya, tapi minggu ini memang aku sedang malas ngetik” “Nah kamunya sendiri juga malas…..” “Itu masih lebih baik daripada mengulang mata kuliah sampai ditinggal temen-temen skripsi…..” sanggahnya dengan nada yang datar dan tentu saja aku langsung tertunduk malu. Suasana perpustakaan yang awalnya terasa tenang lama-lama menjadi membosankan. Kututup buku catatan dan memasukkannya ke dalam tas. “Udah kelar emang tugasnya?” tanya Jaka dengan dingin. “Gue mau cari angin Jaka, makasih ya udah temenin…..” ucapku meninggalkan ruang perpus, aku merasa bosan dengannya karena sikapnya yang dingin. Ah, lebih baik aku pulang aja ke kosan. “Eh tunggu, Jinan…..” tiba-tiba Jaka memanggilku. “Iya kenapa Jak?” tanyaku, ia berjalan mendekatiku tetap dengan wajah dingin namun dari nada suaranya sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. “Minggu ini kamu sibuk gak?” tanya Jaka. “Emmm…. kayaknya enggak deh. Emang kenapa Jak?” tanyaku lagi karena heran. “Gimana kalau kamu berlibur dah? sepertinya kamu butuh banget yang namanya healing”

“Healing?” kataku heran. “Yap, akhir-akhir ini aku perhatikan kamu seperti tertekan dalam menjalani perkuliahan. Berlibur membuatmu bisa kembali semangat lagi…..” jelas Jaka. “Eh, kok tumben banget kamu nawarin ke aku? kamu kan jarang banget ngobrol sama orang kecuali kalau nugas….” ucapku semakin heran dengan sikapnya yang sedikit berubah namun ekspresi wajahnya masih tampak dingin. “Sebelum kamu datang ke perpus aku lihat-lihat tempat wisata di internet dan aku nemu tempat yang sepertinya cocok banget buat kamu Jinan…..” Jaka mengambil ponsel dari saku kemejanya dan menunjukkannya padaku. Tampak di layar ponselnya sebuah pemandangan yang sangat bagus. Ah, entah mengapa aku menjadi tertarik dengan ajakannya. “Tak perlu khawatir sama biaya karena aku dapet sedikit rejeki dari main trading. Mayan banyak sampai aku bingung gimana memanfaatinnya….” tambahnya. Aku berpikir sejenak. Dari gambar yang diperlihatkan Jaka sepertinya itu adalah tempat wisata yang bagus dan kebetulan aku belum pernah kesana. Tapi di sisi lain timbul rasa tak enak karena Jaka secara sukarela menanggung biaya. Eh tunggu dulu, “membiayaiku”? kok terdengar nakal ya? Ah, gak mungkin…… “Yaa kalau kamu gak mau ya gak apa-apa Nan, aku cuma menawari aja kok….” “Emmm…. ini beneran kan? kamu gak ada niatan untuk menjahiliku kan?” tanyaku memastikan. “Kita kan teman Jinan, mana mungkin aku mau mencelakaimu….” jawab Jaka dingin namun penuh arti. Entah mengapa dalam hatiku timbul rasa curiga, aku tahu Jaka bukan pria yang nakal namun tetap saja dia mengajak berlibur itu sudah bikin aku terheran-heran. Otakku berpikir dengan cepat memproses segala kemungkinan yang terjadi jika aku ikut dengannya. Jika aku mengiyakan ajakannya, apakah liburanku nanti menjadi membosankan mengingat sifat Jaka yang begitu dingin bahkan sama teman dekatnya. Namun di sisi lain dia benar, aku butuh healing. Aku ingin menyegarkan pikiranku yang bingung akibat perkuliahan yang kacau. Tetapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku. Dia kan cowok, apakah Jaka akan melakukan hal aneh padaku? mengingat banyak cowok yang terpikat oleh pesonaku bahkan tak sedikit juga yang berakhir di ranjang. Hmmmm, terpikirkan sebuah “rencana” untuk menguji Jaka sekaligus….. Yah, mengerjai dia. “Hmmmm…. kalau kamu serius baiklah aku mau, aku juga sebenarnya pengen banget berlibur hehe” balasku. Jaka hanya mengangguk tanpa tersenyum sama sekali namun aku yakin dalam hatinya dia pasti senang. “Oke, nanti aku kabarin detailnya. Kamu siap-siap aja…..” Singkatnya aku kembali ke kosan dan menaruh tas di atas meja. Aku tiduran di atas kasur sambil tak lupa menyetel playlist lagu kesukaanku. Ah, lantunan nada yang keluar dari speaker lumayan nyaman didengar siang hari ini. “Ah, aku malah penasaran kenapa Jaka mengajakku berlibur ya?” ucapku sendiri sambil melihat langit-langit kamar. Sekilas wajah Jaka terngiang pada pikiranku, memang dia cukup ganteng dari cowok-cowok di kampus, meskipun sikapnya dingin dan tanpa ekspresi dia orangnya baik dan suka membantu teman-temannya termasuk aku. Tetapi aku jadi penasaran cowok seperti Jaka apa dia tak tertarik dengan cewek gitu? tak pernah ada kabar kalau dia pernah dekat dengan cewek bahkan punya pacar….. Lho, kok aku malah kepikiran sama dia? Jinan, dia cowok. Sudah pasti sifatnya itu cuma buat nutupin sifat dia yang sebenarnya. Siapa tahu Jaka itu orangnya mesum, suka ngumpulin foto-foto cewek, nonton film porno bahkan mungkin aja dia suka coliin foto cewek yang ia suka. Jangan-jangan termasuk aku juga….. Kurasakan raut wajahku berubah setelah sekilas memikirkan hal itu. Masak sih? apakah Jaka aslinya memang cowok mesum seperti yang kutemui biasanya? Lagian aku sudah memikirkan hal yang agak janggal dari ajakannya untuk berlibur. Dua orang kan aku dan dia, nanti waktu menginap di hotel apakah dia akan pesan dua kamar atau satu kamar doang? kalau satu kamar aku sudah menduga apa yang terjadi…. “Aghhh….. apa aku terjebak sama dia? tapi beneran dah gak mungkin, Jaka orangnya baik kok….” kembali aku ngomong sendiri. Setelah cukup lama melamun tiba-tiba terbit sebuah akal dalam otakku. Baiklah, sepertinya aku akan membuat rencana kecil saat berlibur nanti yang tujuannya untuk menguji dia apa memang dia cowok mesum atau bukan. Hihihi, apa dia akan terpesona bahkan terangsang dengan “diriku” yang sebenarnya aku jadi tidak sabar. “Ahhh kenapa tiba-tiba memekku jadi basah….” ya, seperti biasa saat aku membayangkan seorang laki-laki apalagi memikirkan hal mesum. Ugh, masih siang tapi aku ingin masturbasi. “Ah bangsat dah, harus dituntasin kalau kayak gini” ucapku sendiri sambil melepas semua pakaianku termasuk celana dalam yang sudah basah oleh cairan cintaku. Kusetel lagu yang mellow dengan volume yang agak keras supaya suara mesumku tak terdengar nanti. Kemudian aku mengambil dildo yang sudah berjasa dalam menuntaskan nafsu birahiku saat tak ada lelaki yang bisa kulampiaskan, setelah itu kuambil ponselku dan memilih sembarangan video-video porno yang tersimpan disana. Ah, tema BDSM sepertinya ini menarik. Kurebahkan tubuhku di kasur sambil tak lupa menaruh handuk pada seprei supaya saat aku muncrat-muncrat nanti seprei ini tidak basah hihihi. Wajahku sudah mulai memerah saat video itu sudah setengah jalan, tampak wanita yang cantik dan tubuhnya yang seksi sedang diikat oleh cowok pemeran, cowok itu langsung menampar-nampar pantat cewek itu dengan kasar sekali hingga terbentuk bekas merah, kemudian cowok itu mulai mengocok kontolnya yang… Ugh… gila besar sekali dan kekar, lalu seperti video porno pada umumnya mereka mulai ngentot dengan kasar sekali hingga cewek itu terisak-isak. Ughhh…. gila…. video ini bikin aku terangsang hebat. Langsung kutaruh ponsel yang videonya masih jalan. Kumasukkan langsung dildo gede itu ke dalam memekku yang sudah berlendir dan berkedut pelan. Aku mendesah saat dildo itu menyeruak masuk ke dalam dan semakin dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Terdengar sedikit suara-suara desahan pada ponselku yang semakin membuatku juga ikutan terangsang. “Ahhhh ahhhhhh oghhhhhh….. memekku enak banget…..” begitulah kiranya ucapan mesum yang keluar sembari terus mengocok-ngocok memekku dengan dildo. Tempo yang kukerahkan semakin cepat dan semakin cepat. Tubuhku mulai bergetar hebat tak kuasa mengekspresikan kenikmatan single player ini. “Ughhhh iyahhhh…. entotin Jinan terus yanggg…. kamu suka kann….” ucapku sendiri sambil terus mendesah. Kurasakan dildo ini semakin lancar menusuk-nusuk liang memekku. Aku terus tenggelam dalam nafsu dan tak mungkin aku kembali berenang ke permukaan. Kumaju-mundurkan benda ini dengan tanganku terus menerus, membuatku semakin tak karuan. Aku mengejang, mengerang, mendesah-desah serta mendesis nikmat. Begitulah berulang kali selama beberapa menit hingga akhirnya aku mendapatkan klimaks hebat, dildo itu sengaja kulepas dan tanpa sadar selangkanganku terangkat, kepalaku terangkat sedikit sambil melihat kucuran squirt yang menyembur deras membasahi handuk di bawah kasur, beberapa saat kemudian tubuhku melemas setelah orgasme itu mereda namun nafsu birahiku masih berada dalam posisi puncak. Aku belum puas! Aku ingin lebih dari ini! Setelah cukup lama beristirahat mengumpulkan tenaga yang tersisa, aku beranjak menuju ke kursi dengan napas yang tersengal-sengal penuh nafsu. Kuletakkan dildonya diatas kursi, lalu aku mengangkang diatas dildo tersebut. Aku menurunkan pinggul perlahan, memasukkan dildo perlahan-lahan memasuki kemaluanku lagi. Terus turun, sampai seluruh batangnya tertelan masuk. Duh, kepalanya mencium mulut rahimku lagi… “Oh yeah, ahhhh…. aahhhhhhh…. ssshhhhh….. i’m bitch…. Ssshhhhh nyaaahhhh…. fuckkkk….. ” Aku terus menggoyang dildonya dengan kecepatan yang perlahan naik. Pinggulku bergerak berputar, kadang naik-turun atau kombinasi keduanya. Semua kulakukan agar seluruh dinding memekku tersentuh jadi aku bisa merasa amat nikmat. Aku juga memejamkan mata, membayangkan sedang menggoyang kontol cowok. Hal ini membuatku merasa semakin tenggelam dalam birahi. Sampai pada ketika tubuhku meliuk kemudian mengejang, aku mencapai klimaks lagi. Squirt yang sama gilanya seperti yang pertama, cairan bening itu membasahi kursi dan lantai kamarku. Namun sekali lagi, aku belum puas! aku akan kocok terus memek mesumku ini sampai tenagaku benar-benar habis! maka dari itu aku kembali melakukan kegiatan mesum dan tak sehat ini dengan lebih gila lagi. Bahkan sekarang ini aku berada di posisi menungging dengan dildo yang tertancap dalam memekku dan kukocok-kocok lagi seakan-akan aku sedang di-doggy cowok. Ugh, aku membayangkan saat cowok-cowok yang “kujebak” itu sedang mengontoli memekku dengan buas dan penuh nafsu yang tentu saja membuat nafsuku sendiri menjadi tak terkendali. Mungkin aku sudah berada dalam kondisi ecstasy sekarang. “Ssshhhh ahhhh…. iyahhh terus entotin memekku bangsat! ini yang kalian mau kan dariku…. hahhhh…. Aghhhh fffuucckkkk…..” racauku sendiri melampiaskan semua kekesalan ini pada cowok. Saking nafsunya aku sampai mengemut-emut jariku hingga terlumuri air liur, membayangkan jemariku ini adalah kontol besar yang menyodok mulutku. Entah sudah berapa kali aku orgasme sampai muncrat-muncrat tapi yang pasti lantai kamarku ini sudah basar oleh cairan squirt ku sendiri. Aku terus bermasturbasi sampai merasa amat lelah, lalu capek sendiri. Aku kemudian beranjak ke ranjang, dengan dildo yang masih menempel di kemaluanku. Kurebahkan diri, lalu menarik selimut tutupi sebagian tubuhku. Kubiarkan dildonya masuk di dalam memekku hingga pada akhirnya aku tertidur lelap, dalam hati aku merasa sangat puas melakukan hal tidak sehat ini. Jinan, kamu memang wanita nakal…..
0000​
Empat hari kemudian. Aku sedang duduk santai sambil melihat-lihat timeline sosmed, menunggu Jaka yang akan menjemputku nanti. Kubawa pakaian yang cukup banyak karena kami akan berlibur selama lima hari, cukup lama memang padahal aku ingin berlibur selama tiga hari saja namun kebetulan mata kuliah pada minggu ini ditiadakan karena dosennya sedang keluar kota. Ya sudah setelah cukup lama aku menge-chat Jaka kami sepakat untuk berlibur selama lima hari. Setelah itu Jaka menjelaskan rencana liburan yang akan kami lakukan nanti. Aku sempat kaget karena dia sudah menyewa sebuah villa kecil yang letaknya tak jauh dari tempat wisata yang akan kami kunjungi, padahal dugaanku kami akan menginap di hotel, pada saat itu juga aku mulai kembali berpikiran jelek tentangnya apakah dia sengaja menyewa villa hanya untuk berduaan bersamaku namun dengan cepat aku menyingkirkan prasangka buruk itu, tak mungkin cowok culun kayak dia akan macam-macam denganku. Oh iya, hihihi….. ini juga kesempatanku untuk mengerjai dia sebenarnya. Sudah cukup banyak rencana nakal yang akan kulakukan padanya nanti. Bahkan sebenarnya aku sudah melakukannya sekarang, pakaian yang kukenakan cukup mengundang. Kaos ketat berwarna putih polos dengan lengan pendek dan celana short jeans yang juga ketat diatas lutut sedikit memamerkan paha gemukku. Aku yakin jika ada cowok yang melihatku sekarang sudah pasti kontolnya bakal tegang, hihihi…. aku jadi tak sabar untuk bertemu Jaka dan melihat ekspresi dinginnya nanti. Aku berdiri dari kasur dan melihat kaca cermin, berdecak kagum melihat tubuhku yang berbalut kain ketat. Buah dadaku tampak membusung dan pantat yang tercetak jelas. Ugh, tahan Jinan…. kamu gak boleh nafsu sama tubuhmu sendiri…. PRITTTT PRIIITTTT. Ponselku berbunyi, itu pasti Jaka. “Aku udah di depan kosanmu Nan, kamu udah siap kan?” ucap Jaka meneleponku. “Iya aku udah siap Jak, bentar aku keluar dulu….” Kemudian aku bergegas keluar dari kosan, aku kembali dikejutkan dengan apa yang dibawa Jaka sekarang, sebuah mobil sedan. Sepertinya mobil itu bukan keluaran baru namun tetap saja aku kaget dibuatnya. “Jaka….” “Itu mobilmu?” tanyaku. “Iya” jawabnya singkat. “Baru tahu kamu punya mobil Jak, padahal kalau ke kampus biasanya naik motor” ucapku sambil berjalan mendekatinya. “Yah, sebenarnya aku jarang naik mobil sih. Yaudah kita berangkat sekarang” ucapnya yang kubalas dengan anggukan. Aku tak mengerti mengapa Jaka tidak mengomentari penampilanku yang tentunya sangat berbeda dari biasanya, minimal kasih pendapat gitu. Singkatnya aku dan Jaka berangkat menuju tempat wisata yang sudah dipersiapkan olehnya, jaraknya dari kota sebenarnya cukup jauh dan aku sendiri sedikit khawatir dengan lalu lintas yang akan kami lewati. Namun untungnya perjalanan tersebut lancar tanpa dihadapi kemacetan. Aku asyik menatap layar ponsel sambil mengetik pesan timeline di aplikasi yang biasa kugunakan untuk live streaming mesum. Kukabari semua followers karena aku tak bisa melakukan streaming seperti biasa. Seperti dugaanku mereka terlihat kecewa dengan keputusanku namun aku hanya tertawa saja dalam hati. Aku melirik sejenak melihat Jaka yang tampak serius dalam menyetir dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan kami hanya diam saja. “Jaka, masih jauh ya?” tanyaku memulai obrolan karena merasa jenuh. “Kira-kira setengah jam lagi kita sampai kok” “Hmmm okelah. Ngomong-ngomong kita gak mau ngobrol gitu biar gak bosen” tanyaku lagi. “Aku sedang nyetir, takutnya kalau gak fokus Nan” balasnya dingin sambil tangannya memegang tuas persneling. “Sebel dah…..” “Eh kamu kenapa sih?” gantian Jaka yang bertanya, dalam hati aku tersenyum licik, ini kesempatanku untuk “menggodanya” “Jaka, menurutmu gimana penampilanku?” tanyaku dengan nada suara yang sengaja kuubah. Yep, seperti suara menggoda. Ia menurunkan kecepatan mobilnya lalu kepalanya menoleh kearahku, sesaat kami saling menatap. Kemudian ia seperti melihat pakaianku sekilas lalu kembali menatap kaca mobil dan menaikkan kecepatan. Dalam hati entah mengapa jantungku mulai berdegup kencang, tatapan matanya sangat berbeda dari sebelumnya. “Yah, begitulah kamu cantik seperti biasa…..” jawab Jaka singkat. “Gitu doang? jawaban yang klise sekali….” balasku sambil membetulkan posisi kakiku sehingga sekarang kedua pahaku saling terjepit. “Iya, gitu doang Jinan….” “Ah masak sih Jak?” “Iya” Dalam hati aku semakin sebal dengan respon Jaka, kemudian aku memintanya untuk melihatku lagi yang langsung ia lakukan. Aku yakin dia pasti melihat paha gemukku sekarang hihi. “Hmmmm aku cukup kagum sama kamu Jinan, sebenarnya ini baru pertama kali aku melihat kamu pakai celana jeans pendek. Yah, kesimpulannya sama seperti tadi; kamu cantik seperti biasa….” jawaban Jaka sebenarnya cukup membuatku puas namun dia pastinya punya jawaban yang tak bisa ia jawab. C’mon Jaka, masak kamu tidak terangsang sama aku? hihihi. “Kaos yang kamu pakai juga cukup ketat, biasanya kamu lebih sering pakai pakaian longgar. Apa sebenarnya kamu mau menggodaku?” Pernyataan Jaka tadi cukup mengejutkanku. Apakah dia sudah tahu sebenarnya aku tadi menggodanya? “Hah apaan sih…..” ucapku pura-pura sebal. Wajah Jaka menatapku dengan dingin tak ada perubahan ekspresi, namun dalam ucapannya dia sepertinya benar-benar kagum denganku. Ia kembali menyetir dengan serius. Tak ada obrolan-obrolan yang kami lakukan. Ya sudah, dia memang culun. Tak mudah memang berinteraksi dengan dia namun aku sudah cukup puas dengan godaanku tadi. Setengah jam kemudian akhirnya kami tiba di villa kecil yang sudah dipesan Jaka. Aku terkejut dengan bangunan yang akan digunakan untuk menginap nanti, memang tidak terlalu besar namun bagus dan megah ditambah dengan pemandangan pegunungan yang indah dan asri. Aku terkagum-kagum sambil berjalan masuk ke dalam. Ternyata bagian dalam villa ini cukup mewah kalau bisa dibilang, perabotan dan furnitur tertata rapi di ruang tamu dan terdapat juga televisi layar datar, dalam hati aku tak yakin apakah Jaka memang benar-benar membiayai ini semua. “Bagus banget Jak ya ampun….” ucapku. “Yah begitulah, beruntung aku dapet villa yang paling murah disini” balas Jaka. “Eh serius ini paling murah? kok menurutku kayak gini malah mahal ya?” tanyaku bingung. Jaka menggangguk. “Sebenarnya kalau aku telat beberapa menit saja villa ini bakal dipesan orang, jadi bisa dibilang beruntung” tambahnya. “Oh iya ada dua kamar disini, terserah kamu mau pilih yang mana” Yep. Ternyata dugaanku salah, sepertinya dia tidak ada niatan untuk macam-macam denganku. Tapi tetap saja aku masih penasaran dengannya dan berniat untuk terus mengerjai dan menggodanya selama liburan ini hihi. Singkatnya aku tiba di kamar yang sudah aku pilih, kebetulan juga kamarku bersebelahan dengan kamar Jaka. Kuperhatikan isi kamar tersebut yang memiliki ruangan yang cukup luas daripada kamar kosan ku. Kuhempaskan pantatku ke kasur yang ternyata empuk sekali. Ah, aku bisa betah banget tidur seharian disini hehe. Karena hari sudah menjelang sore, kami berkumpul di ruang tamu. Jaka sedang serius menatap layar laptopnya sedangkan aku asyik menonton televisi. Kuperhatikan Jaka yang sedang membuka buku catatan sambil mengetik sepertinya dia sedang menyicil skripsinya. “Nanti kita makan apa Jak?” tanyaku basa-basi. “Udah ada kok di kulkas tinggal dimasak aja, kamu udah lapar?” tanya Jaka sambil terus asyik mengetik. “Emm belum sih, kita makan bareng-bareng aja hehe….” balasku. “Ohh yaudah….” “Padahal liburan tapi kamu masih asyik nyicil skripsi ya” celetukku sambil melihat laptop Jaka. “Selagi ada banyak waktu kenapa tidak kan” jawabnya singkat. Ah, seperti biasa sifat Jaka selalu begitu, di dalam hati timbul niat untuk menggodanya. Kebetulan aku mengenakan kaos berlengan pendek yang agak ketat dan celana pendek diatas lutut, leher baju yang kukenakan sedikit turun sehingga saat aku menundukkan badan, buah dadaku bisa sedikit terlihat. Kujalankan rencanaku sekarang, dengan perlahan aku mendekati Jaka yang sedang asyik mengetik dengan maksud untuk melihat layar laptop itu lebih dekat. “Banyak juga yang kamu tulis Jak…..” sengaja aku mengubah nada bicaraku seperti sedang menggoda, hihi. Kulihat Jaka sedikit menengok kearahku sehingga kami saling kontak mata, aku sangat yakin jantungnya sedang berdegup kencang didekati wanita mesum sepertiku hehe. “Ehh…. iya begitulah…..” ucapnya dengan nada yang agak berbeda dari biasanya. Haha, kau sudah masuk perangkapku Jaka. Kusadari kedua matanya sedikit melirik kearah dadaku. Ah, dia pasti melihat belahan yang terbentuk disana. Seketika aku bergerak sedikit menjauh darinya dan pura-pura membenarkan leher kaosku, dalam hati aku tertawa puas. “Lihat apaan hayoo….” ucapku optimis dengan nada sedikit marah. Jaka hanya membenarkan kacamatanya dan tetap memasang muka dingin. Dia tampak salah tingkah. “Gak kenapa-napa. Aku heran aja tumben kamu lihatin skripsiku Nan. Bukannya kamu tipe cewek yang malas ya….” ucapan Jaka justru menusuk diriku sehingga aku mengepalkan tangan dan memukulnya pelan ke bahunya. “Ihh apaan sih, aku kan penasaran aja…..” “Ohhh gitu ya, yaudah kamu boleh lihat….” Kudekatkan kembali posisiku dekat dengan Jaka, pura-pura melihat-lihat ketikan skripsinya. Oh iya aku sempat memakai parfum yang aromanya wangi dan aku yakin sekarang Jaka mencium parfum itu. Hihihi dasar cowok, dia pastinya sudah mikir yang enggak-enggak sekarang. Ucapku dalam hati. “Hmmmm keren kamu Jak, udah ngetik sejauh ini. Banyak juga materi-materinya” kataku basa-basi. “Ya mau gimana lagi dosen pembimbing maunya materi yang lengkap jadi mau gak mau harus dituruti” jawabnya. “Jadi berapa halaman kira-kira?” tanyaku lagi. “Perkiraanku sekitar 70-90 halaman, tapi aku usahakan gak sampai 100 deh” balasnya. “Banyak juga ya hehe, berarti harus gak boleh malas kalau gini” ucapku sedikit mengeluh melihat banyaknya halaman skripsi itu. “Betul Jinan, aku harap pas udah dapat skripsi usahakan jangan malas….” Ia menatapku dengan dingin namun dalam nada bicaranya ia seperti berharap padaku, aku membalasnya dengan senyuman manis. Malam harinya kami sedang menyantap makanan yang sudah aku masak. Yap, sebenarnya aku cukup pandai dalam memasak makanan meski yang kami santap adalah nasi goreng hehe. Namun kata Jaka nasi goreng yang kubuat enak dan sedap dan tentu saja aku senang mendengarnya. Namun tentu saja saat kami memasak aku kembali menjalankan rencanaku sama seperti sebelumnya, karena kaos yang kukenakan cukup ketat saat aku menunduk kaos tersebut sedikit tersingkap menampakkan kulit punggung bawahku yang putih bersih. Ya, aku memang sengaja melakukannya disamping Jaka dan aku yakin dia melihat punggungku tadi hihihi. Setelah menyantap makanan Jaka menawariku untuk bermain game dan aku mengiyakan saja. Game yang kami mainkan adalah game sepakbola, sebenarnya aku tak terlalu jago memainkannya dan bisa ditebak, aku kalah melawan Jaka dengan skor yang mencolok. Empat kali. Sudah pasti aku sebal dan bosan dan memintanya untuk mengganti game. Jaka setuju denganku dan kami bermain game balapan, namun sama seperti sebelumnya aku kembali kalah. Hufftt…. aku lebih suka bermain game petualangan dan pastinya aku bisa mengalahkannya. Setelah cukup lama bermain tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sudah berulang kali menguap tanda kantuk mulai menyerang. “Jaka, aku mau tidur dulu ya” ucapku sambil mengucek mata. “Iya Jinan, kamu tidur duluan aja” “Kamu emang belum ngantuk?” “Nanti aja dah, mau lanjut ngetik lagi….” balasnya. “Hufftt dasar, met malam Jaka…” “Met tidur juga, semoga mimpi indah….” jawabnya menatapku sejenak lalu kembali sibuk mengetik. Kemudian aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Hufftt…. aku sudah ngantuk sekali dan tak sabar mencicipi empuknya kasur ini. Aku berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamar, sejauh ini rencanaku berjalan dengan mulus meski reaksi Jaka masih belum berubah. Ia masih dingin, seperti biasanya. Entah mengapa aku justru mulai kagum dengannya karena sikapnya itu. Ah, bodoh amat. Dia pastinya terangsang denganku tadi tapi dia pintar menyembunyikannya, sekarang dia pasti sedang masturbasi membayangi diriku telanjang di hadapannya…. Eh…. kok…. Ughhh… sialan memekku jadi gatel sih. Ah masak aku harus masturbasi sekarang? bagaimana kalau nanti Jaka memergokiku? Ah gak bakal dan bodoh amat kan pintunya aku kunci. Ahhhh Jinan….. kenapa kamu tak bisa menahan nafsu ini sehari saja….. Dengan napas yang mulai naik turun, kubuka tas yang berisi pakaian dan mencari sesuatu. Yap, dildo kesayanganku memang sengaja kubawa untuk menuntaskan nafsu sialan ini padahal rencananya aku ingin menahan selama liburan tapi akhirnya aku kembali kalah dengan nafsu birahi ini. Kemudian kulepaskan semua pakaianku berikut celana dalam dan bra. Sekarang aku dalam posisi telanjang bulat dan beranjak kembali ke kasur dengan menggenggam dildo berwarna pink ini. Kuhidupkan fungsi getar ke dalam posisi maksimum hingga dildo tersebut menimbulkan sedikit suara. Kuludahi jemariku hingga basah dan mengoleskannya ke bibir memekku yang berkedut kecil kemudian tanpa pikir panjang kulesakkan dildo itu ke dalam memekku dalam. “Aahhhhh-” Aku kelepasan mendesah dan langsung kubungkam mulutku dengan tangan. Aku lupa kalau ini bukan kamar kosku dan tentu saja aku tak ingin suara nakal dan mesumku ini terdengar sampai ke telinga Jaka. Dengan cepat kucabut dildo itu dan menghela napas panjang sebentar. Kuhempaskan wajahku ke bantal supaya suara desahanku nanti tak terdengar, cukup sulit aku memasukkan kembali dildo ini kedalam memekku namun akhirnya aku berhasil melakukannya. “Ssshhhh…. Emmmppphhh…..” suara desahanku tertahan bantal, sepertinya ini sudah cukup. Oke, sekarang aku akan tuntaskan nafsu bejat ini. Dengan posisi miring tanganku dengan semangat menusuk-nusuk dildo. Getaran yang dihasilkan terasa sekali di relung memek menimbulkan rasa geli yang luar biasa dan nikmat. Kedutan-kedutan disana semakin kuat dan mulai mengeluarkan lendir nikmat. Ahhh…. gila ini enak sekali….. “Emmmpppp emmmmm ssshhhhh…..” Beberapa menit telah berselang, aku merasakan klimaks yang cukup membuat tubuhku mengejang-ngejang nikmat. Dan tentu saja memekku mengucurkan pipis enak saat kulepaskan dildo itu, tubuhku kejang-kejang selama beberapa menit hingga akhirnya berhenti sendiri. Aku merasa amat lelah, keringat bercucuran keluar melumuri seluruh tubuhku dan napasku tersengal-sengal. Ugh, ini pengalaman pertamaku masturbasi di tempat yang bukan kamar kosanku terlebih di sebelah ada seorang laki-laki yang sebenarnya memberiku adrenaline ekstra. Aku mulai membayangkan kalau nanti Jaka mendobrak kamarku dan melihatku sedang masturbasi dengan dildo. Ugh, membayangkannya saja sudah membuat nafsuku kembali naik. Dan ya, seperti biasa aku melakukannya lagi, lagi, dan lagi hingga puas malam ini.
00000​
“Ckrek ckrek…..” “Hihihi, kayaknya seksi juga pakai baju ginian” Berulang kali aku berganti pose dan menjepret kamera ponsel mengabadikan setiap bagian tubuh cantikku. Aku berdecak kagum melihatnya terlebih bentuk pantatku yang membulat dan tebal ditambah dengan kulit yang putih bersih tanpa cacat semakin menambah aura seksi pada diriku. Meskipun memang harus kuakui kalau paha ini sudah terlalu gemuk dan harus kurampingkan lagi hehe. Dengan iseng kuremas pelan buah pantatku sendiri. Ugh, terasa geli hihihi. Menyadari bahwa pantatku ini adalah sebuah “senjata” untuk menggoda laki-laki mesum yang ingin sekali menggeranyang diriku. Sudah beberapa lelaki yang terjerat oleh jebakan yang telah kubuat untuk menuntaskan nafsuku sendiri. Memang aku adalah wanita yang kotor dan busuk tetapi merekalah yang membuatku jadi seperti ini. Tak ada gunanya menyesal, ini semua sudah terjadi dan jeleknya aku sangat menikmatinya. Ugh, hampir saja nafsuku mulai naik melihat tubuhku sendiri. Aku harus tahan karena ini sudah pagi dan aku bersama Jaka akan pergi ke suatu tempat. Oke, memasuki hari kedua. Nanti pagi Jaka akan mengajakku pergi ke obyek wisata yang letaknya tak jauh dari villa tempat kita menginap. Kata Jaka tempat tersebut sebenarnya jarang sekali dikunjungi orang-orang dan tentunya aku antusias mendengarnya. Kemudian setelah mandi aku bersiap-siap dengan menata rias wajahku secukupnya dan mengenakan pakaian yang pas. Eh tunggu dulu, tentu saja rencana untuk menggodanya akan tetap berjalan hehe. Kupersiapkan dengan memakai kaos merah muda yang ketat sehingga buah dadaku yang ukurannya pas-pasan ini tampak tercetak dan celana pendek yang juga ketat hingga pantatku juga tercetak dengan jelas. Hihi, aku yakin Jaka akan terangsang nantinya. Dan sebenarnya juga aku sudah mempersiapkan sebuah “kejutan” baginya. Aku jadi tidak sabar nanti hehe. Setelah semuanya siap aku keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang utama. Tampak Jaka sudah menunggu duduk sambil memakan roti dan menonton televisi. Jaka mengenakan pakaian yang sangat biasa bahkan ia memakai celana training panjang tidak seperti diriku yang mengenakan pakaian yang mengundang. “Pagi Jinan, sarapan udah aku siapin” salamnya yang kubalas dengan senyuman. “Makasih Jak….” Kusantap dengan lahap sarapan yang telah disediakan karena perutku sudah sangat lapar. Sarapan tersebut sebenarnya sederhana saja, nasi dengan telur ceplok namun rasanya gurih dan sedap. Aku yakin Jaka aslinya memang pintar memasak. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sarapan ini, setelah habis kucuci piring dan sendok hingga bersih dan menaruhnya ke rak yang telah tersedia. Kemudian aku menghampiri Jaka dan duduk disampingnya. “Kapan kita berangkat Jak?” tanyaku. “10 menit lagi, kamu kan abis sarapan biar makanannya turun dulu” jawabnya dingin seperti biasa. Aku menggangguk. “Yaudah deh, aku pindah channelnya ya….” Nah, sekarang kujalankan kembali rencana ini untuk menggoda Jaka, hihi. Aku sengaja berdiri dan berjalan sedikit kearah remote TV yang terletak di depan meja. Kutundukkan punggungku untuk meraihnya, posisi ini sudah cukup mengundang nafsu karena pantatku menungging di depan Jaka dan berkat celana pendek yang ketat ini belahan pantat bulatku pasti terbentuk disana. Hihihi. Setelah kuambil remote TV aku kembali duduk santai sambil menekan tombol untuk memindah channel. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kulihat sekilas Jaka yang ternyata raut wajahnya tetap dingin seperti biasa. Ugh, entah mengapa aku menjadi sebal karenanya apakah “godaanku” tadi masih belum cukup? “Jinan, kenapa kamu pakai pakaian gitu?” Jaka bertanya yang sedikit membuatku terkejut. “Emmm…. kenapa emang? kamu gak suka?” jawabku sedikit menggoda. “Kita kan mau ke hulu sungai, menurutku gak terlalu pantas pakai pakaian terbuka kayak gitu…..” Ugh, sepertinya Jaka mulai terpancing oleh rencanaku. Dalam hati aku tertawa. “Suka-suka aku dong Jaka, lagian aku juga gak bawa celana panjang sih hehe….” balasku dengan santai. Kulihat reaksi wajah Jaka yang sepertinya memaklumi ucapanku dan pada akhirnya menggangguk. “Baiklah kalau begitu aku gak maksa, untungnya tempat yang kita kunjungi nanti agak ke pelosok, aku yakin tidak ada seorangpun nanti disana…..” Entah mengapa aku terkejut sekaligus senang. Kaget karena tempat wisata tersebut bukan tempat yang ramai dan juga senang karena tak menyangka “rencana” yang kubuat nanti akan berjalan semakin lancar. “Wah beneran Jak? aku jadi gak sabar. Kita berangkat sekarang yuk” dengan refleks aku memegang telapak tangan Jaka dan menariknya pelan. “Iya iya, sabar dulu kita pastikan semuanya sudah siap ya….” balas Jaka sambil melepas tanganku pelan. Aku tersenyum, tak sabar untuk pergi ke sana.
00000​
Setelah cukup lama berjalan menyusuri jalan setapak ini akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sama persis yang dikatakan Jaka, suasana hulu sungai ini tampak indah dan sunyi, tak ada satupun manusia yang terlihat selain aku dan Jaka. Aku tersenyum sumringah melihat suasana sungai yang airnya cukup tenang ini dan secara tidak langsung suasana hatiku juga mulai terasa damai. Tidak sabar aku ingin mencicipi air sungai ini. “Indah banget ya Jak” ucapku senang yang hanya dibalas dengan anggukan Jaka. Seperti biasa raut wajahnya dingin. “Yap, tempat ini sebenarnya tak pernah terjamah orang-orang, Jinan. Jadi nikmatilah selagi bisa….” balasnya. “Gila, kamu cocok dah jadi pemandu wisata Jak…..” “Gak juga, aku ingin jadi direktur aja kok…..” Aku tak mendengar ucapannya. Ku berjalan ke tepi sungai dan duduk di batu besar. Kuturunkan kedua kakiku dengan perlahan ke air dan terasa cukup dingin. Jaka benar, suasana sunyi ini sepertinya cocok sekali denganku. Kutepak-tepak kakiku berulang kali hingga terbentuk percikan air. Ah, sungguh ini pemandangan dan suasana yang indah sekali bahkan mungkin ini pertama kalinya aku merasakannya. Kemudian aku melihat Jaka yang juga melakukan hal yang sama. Ia duduk dengan santainya sambil mencelupkan kedua kakinya pada air sungai. Kami saling terdiam cukup lama sambil menikmati aliran hulu sungai yang tenang, hanya terdengar suara burung dan serangga yang cukup keras namun aku tak merasa terganggu, justru suara tersebut memberikan efek positif pada diriku. Setelah asyik menikmati suasana alam ini, aku beranjak dari batu dan berjalan dengan hati-hati menuju tepian sungai. Kubasuh wajahku dengan air sungai yang dingin ini. Terasa sangat segar hingga aku kelepasan untuk membasuh rambut panjangku. Hmmm, sepertinya kalau aku mandi disini akan terasa lebih segar…. Hihihi, ini mungkin waktu yang tepat untuk menjalankan rencanaku. Aku kembali berdiri dan bersiap untuk melepas kaos ketat ini. Ya, aku akan mandi disini mengingat kata Jaka hanya ada kita berdua di tempat ini jadi aku bisa bebas untuk melakukannya. Jaka yang duduk disebelahku tampak terkejut melihatku yang sedang melepaskan pakaian. “Ehh…. kamu mau ngapain Nan…..” “Mandi lah Jak, airnya seger banget hihi….” SLEP Baju yang kukenakan akhirnya terlepas dan jatuh ke bebatuan. Dan…. tampaklah bagian tubuh atasku yang tertutup bra berwarna hitam. Aku sengaja memperlihatkannya kepada Jaka yang terdiam menatap tubuh mulusku. Buah dada yang tidak terlalu besar namun bulat tersanggah oleh bra yang kukenakan sehingga tampak membusung, dan inilah “senjata” yang aku perlihatkan padanya, sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh wanita seumuranku. Pusarku terpasang tindik. Bukan tanpa alasan kenapa aku melakukan hal ini. Dimulai dari teman online yang juga menggunakan tindik yang katanya dapat menambah keseksian, aku pun akhirnya penasaran dan mencoba untuk memasangnya. Memang membutuhkan biaya yang cukup mahal dan cukup menyakitkan saat pertama kali namun temanku benar, aku merasa menjadi tambah seksi setelah tindik itu terpasang pada pusarku. Dan juga temanku menawarkan untuk memasang tato pada perut atau dadaku namun kutolak karena menurutku aku sudah tampak seksi tanpa tato. Hehe. Setelah memasang tindik, viewer live streaming-ku mulai meningkat. Banyak sekali yang memuji kemolekan tubuhku terutama di bagian perut, pujian bahkan rayuan mesum terus tampil di chat box streaming yang tentunya membuatku puas. Memang aku sadar ini sudah keterlaluan namun seperti biasa, aku menikmatinya. Setelah bajuku terlepas tak lupa aku langsung melepaskan celana pendekku tepat di hadapan Jaka yang masih melihatku tanpa berkedip. Aku pura-pura tidak melihatnya. Nah sekarang celana pendekku telah terlepas, menampakkan celana dalam bikini yang terbuka sekali dan hanya menutupi area selangkangan. Kugerakkan tubuhku dengan perlahan dan sedikit memutar, seolah-olah aku sedang memamerkan tubuh setengah polos ini kepada Jaka. Hihihi, aku yakin dia benar-benar terangsang sekarang. Pikirku jahat. “Jaka, kamu gak mau ikutan nyebur?” tanyaku kepadanya yang masih menatapku dingin. “Nanti aja Nan, kamu duluan. Tapi hati-hati pas nyebur soalnya aku gak tahu sungai ini dalam apa tidak….” “Oke hehe…..” Aku berjalan menuju bibir sungai dan mulai mencelupkan kaki kananku kedalam. Sepertinya sungai ini tidak terlalu dalam dan aman untuk dibuat mandi, tanpa pikir panjang kulangkahkan kedua kakiku menuju tengah sungai, kubasuh wajahku dan tubuh atasku hingga basah, tak perlu khawatir karena aku sudah membawa pakaian ganti. Selain menyegarkan air sungai ini juga jernih sekali bahkan aku bisa melihat pantulan diriku dengan jelas. Ah, lihatlah tubuhku yang indah dan seksi ini terpampang pada pemandangan yang sungguh indah ini, seolah-olah aku sudah menyatu dengan alam. “Ayo Jak, airnya seger loh….” ajakku kepada Jaka yang masih duduk santai. “Iya deh….” Kulihat Jaka melepaskan kaosnya, sebenarnya aku penasaran dengan tubuhnya dan tak sabar untuk melihatnya namun aku justru sedikit kecewa karena melihat dia tidak telanjang dada, Jaka mengenakan pakaian dalam tanpa lengan seperti bapak-bapak, meski kecewa aku tertawa melihatnya. “Hahaha…. kayak bapak-bapak kamu Jak” tawaku riang, Jaka hanya diam saja sambil berjalan masuk ke dalam sungai. Tiba-tiba saja ia menggerakan tangannya kearah sungai menimbulkan percikan air yang mengarah kearahku. “Ihhhh….. Jaka apaan sih” rajukku. “Kenapa Nan? kan sekalian mandi….” “Bukan gitu caranya ih, rasain tuh….” kubalas perbuatannya dengan memercikan air hingga pakaian dalam Jaka basah kuyup. Pada akhirnya kami asyik bermain air, aku bisa melihat ekspresi Jaka yang meskipun masih dingin namun sepertinya dia sangat menikmati waktu bersamaku, terkadang ia tertawa dengan dingin saat dengan nakalnya ia mendorongku hingga tenggelam. Beruntung aku bisa berenang hehe. Tak lama kemudian kami duduk bersebelahan di tepi sungai untuk mengeringkan badan. Sinar matahari sebenarnya cukup terik namun terhalang oleh dedaunan pohon yang rimbun di sekitar sungai ini. Kulihat burung-burung asyik beterbangan kesana kemari sepertinya mereka adalah pasangan, entah mengapa aku tersenyum senang melihatnya. “Bagaimana menurutmu Jinan? asyik kan tempatnya?” tanya Jaka memulai obrolan. “Iya Jak, gak nyangka kamu bisa menemukan tempat seindah ini….” balasku. “Aku yakin kamu pasti suka. Sekarang gimana? apa ini sudah cukup untuk membuatmu merasa bahagia?” tanya Jaka melihatku. Aku menoleh dan kami saling kontak mata, dalam hati aku bertanya-tanya apa maksud dari omongannya. “Maksudnya?” tanyaku memastikan. “Jinan, kita sudah berteman sejak awal kuliah hingga sekarang. Sebenarnya aku sering memperhatikan kamu setiap hari saat kita bertemu, aku bisa ngerasain meski dari luar kamu kelihatan ceria tetapi di dalam hatimu kamu seperti….. ada sesuatu yang cukup mengganjal dirimu….” Aku tertegun. Memang aku dan Jaka sebenarnya tidak terlalu dekat namun kami berteman dengan baik selama kuliah, dia sudah banyak membantuku dalam mengerjakan tugas maupun hanya sekedar bertanya tentang materi yang aku tidak mampu. Ya, bisa dibilang Jaka adalah satu-satunya teman cowok yang benar-benar baik tak seperti cowok-cowok yang pernah dekat denganku. Dalam hati aku berpikir selama aku menjalankan “rencana” ini entah mengapa aku malah merasa menyesal, dia memang tidak punya niat untuk bertindak mesum padaku meski sudah aku coba untuk “menggodanya” sampai saat ini. Kepalaku tertunduk, perkataan Jaka sebenarnya cukup menusuk. Memang dalam kehidupan sehari-hari aku selalu memasang muka ceria dan suka bersosialisasi sehingga aku memiliki banyak teman. Namun aku juga memiliki masa lalu yang kelam bahkan tak bisa terhapuskan dalam diriku, aku adalah wanita yang tidak baik bahkan sepertinya sudah keterlaluan, sisi luarku yang selalu positif menutupi sisi gelap yang aku alami dan sampai sekarang hal tersebut berjalan dengan baik. Kukelabui setiap cowok yang berusaha untuk dekat denganku, menikmati tubuhku dengan penuh nafsu hingga kutinggalkan dengan berbagai macam alasan, itu adalah usahaku untuk melampiaskan dendam masa laluku. “Jaka…. kalau boleh tahu kenapa kamu begitu peduli padaku? kamu juga tidak mengenalku lebih dalam?” aura serius mulai terasa dalam obrolan kami. Jaka tampaknya terdiam sejenak selama beberapa saat, lalu ia kembali menggerakan bibirnya. “Karena kita teman Jinan, aku senang bisa kenal sama kamu dan aku juga senang hati untuk membantumu….” Ya, jawaban yang singkat memang namun hatiku merasa sedikit lega. Entah kenapa aku seperti ingin memeluk tubuhnya namun dengan cepat aku tahan perasaan itu. “Makasih ya Jaka, aku beruntung banget bisa berteman denganmu….” ucapku sambil tersenyum manis padanya, ia membalasnya dengan anggukan. “Sama-sama Nan, kita masih punya waktu empat hari. Kamu bisa bebas untuk menenangkan pikiranmu….” “Hehe begitu ya. Eh aku mau ganti baju dulu Jak….” kataku. “Ohh oke, ganti aja di batu besar sana. Tak usah khawatir aku gak bakal ngintip kok….” “Halah gak usah bohong, kamu pasti punya niatan untuk ngintip kan hihihi….” godaku sambil tertawa cekikian. “Yaudah sana ganti baju, beneran kok aku gak akan ngintip” balasnya. Aku kembali tertawa melihat responnya yang berbeda dari sebelumnya. Aku yakin banget kok Jaka pasti pengen ngintip.
0000​
Singkatnya kami melanjutkan perjalanan setelah mengganti baju terutama pakaian dalamku yang basah. Kami mengunjungi sisi tebing yang pemandangannya sangat indah, saking indahnya sampai aku mengeluarkan ponsel dan beberapa kali mengambil gambar. Sebenarnya aku ingin foto bersama Jaka namun dia menolak karena dia tidak merasa pede saat foto dan aku bisa memakluminya. Setelah itu kami berjalan menyusuri jalan bebatuan menuruni perbukitan yang kami lalui tadi, dan akhirnya kami tiba di tempat wisata yang cukup ramai berbeda dari sebelumnya, Jaka mengajakku untuk makan yang letaknya cukup dekat dari objek wisata tersebut, memang sebenarnya kami tidak berniat untuk kesana dan hanya ingin membeli makanan-makanan saja. Kami mengobrol beberapa hal yang bisa kami bahas, terkadang aku tertawa saat Jaka mencoba untuk melontarkan leluconnya. Akupun membalasnya namun dia sama sekali tidak tertawa dan hanya menggangguk saja. Ah, aku malah merasa sebal dan penasaran gimana caranya untuk mengubah ekspresi wajahnya yang dingin itu. Namun overall, aku sangat senang dan puas dengan perjalanan ini. Sore harinya, kami tiba di villa dengan kelelahan karena sudah berjalan cukup jauh namun aku merasa senang dan puas akan hari ini dan tak sabar untuk menunggu esok hari, pastinya Jaka akan mengajakku ke tempat yang lebih bagus dari ini. Kuhempaskan pantatku ke sofa empuk dan duduk bersantai sambil menyalakan televisi. Sedangkan Jaka berjalan menuju dapur dan mengambil sesuatu dalam kulkas. “Wahh, sialan kok gak kasih tahu sih….” aku terkejut dengan sesuatu yang dibawa oleh Jaka. Tiga botol minuman bermerek yang tentunya berharga mahal, aku baru tahu kalau Jaka punya minuman tersebut. “Ya memang aku sengaja simpan biar kamunya gak tahu. Kamu emangnya pernah minum minuman ini?” tanyanya. “Pernah dong” “Yaudah tapi minumnya nanti aja dah kita makan malam dulu sama mandi….” Singkatnya kami melakukan kesibukan masing-masing pada sore hari ini.
0000​
“Satu botol dulu Nan, pelan-pelan aja…..” “Iya, buruan tuangin ke gelas” Dengan tidak sabar aku menggenggam gelas sloki menunggu Jaka yang sedang membukakan botol minuman bermerek itu. Ya, bisa dibilang itu adalah minuman kesukaanku meski memang kadar alkoholnya cukup tinggi, di saat aku galau atau sedang mood jelek minuman tersebut dapat menenangkan diriku. Yaa…. meskipun terkadang aku bisa kelepasan saat menikmatinya atau kata singkatnya, mabuk. Jaka berhasil melepaskan tutup botol minuman itu lalu menuangkannya ke gelas sloki yang kubawa dan langsung meneguknya. Rasa aneh mulai terasa dalam kerongkonganku beberapa saat namun di saat bersamaan kepalaku terasa ringan dan nyaman. Jaka sendiri juga sedang menuangkan minuman itu ke gelas dalam jumlah sangat sedikit lalu meminumnya dengan santai. “Dih, kok sedikit sih Jak? jangan-jangan kamu baru pertama kali minum ya?” tanyaku meledek. “Enggak. Aku pernah minum kok bareng temen-temen tapi ya…. aku batasi biar gak mabuk….” “Halah gak usah sok alim Jak, tapi makasih ya hihihi…..” Malam hari ini kami duduk santai di ruang tamu sambil menonton film. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sudah setengah botol kami nikmati. Kepalaku mulai terasa pening dan ringan namun aku masih dalam keadaan sadar. Kulirik mataku melihat Jaka yang sepertinya serius menonton film yang entah apa judulnya. Efek alkohol yang tercipta dalam minuman itu mulai memberikan efek negatif dalam diriku, sisi jahatku mulai muncul, dan berniat untuk kembali “menggoda” Jaka. “Ughhh…. Jak, tuangin botolnya lagi dong….” rengekku manja padanya. “Loh, kamu masih mau minum lagi? Jinan ini kuat banget minumannya sebaiknya kamu jangan minum lagi….” “Alahhh….. tuangin ah Jak, dasar cowok kok gak mau nurut….” rengekku lagi dan semakin manja sampai aku menyenggol-nyenggol bahunya. “Iya deh iya, tapi ini yang terakhir ya…. aku gak mau kamu sampai mabuk nanti bakal repot….” “Bacot Jak…..” Ia menuangkan minuman tersebut ke gelas sloki yang langsung aku teguk dengan lahap. Kembali tubuhku terasa sangat nyaman akibat tabokan alkohol yang semakin kuat. Kerja otakku mulai kacau, aku mulai mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan oleh seorang wanita padanya namun aku tak peduli. Kemudian aku mulai intens menggoda-goda Jaka mulai dengan mendekatkan tubuhku kearahnya, membisikkan kata-kata yang bisa membuatnya terangsang bahkan aku sengaja memeluk tubuhnya dengan erat hingga buah dadaku menempel pada tubuhnya. Namun semuanya sia-sia, Jaka tetap dingin. Ia hanya menuruti kemauanku dalam menuangkan minuman ke gelas, itu saja. “Hhhhh Jaka…… masak kamu gak mau sama aku…. aku kesepian Jakk…..” ucapanku mulai ngelantur seiring dengan kacaunya kerja otakku akibat tabokan alkohol. “Jinan…. aku disini, kamu udah kebanyakan minum…..” “Bacot Jak…. aku ini cewek nakal….. kenapa sih kamu gak mau sama aku….. lihat ini tubuhku sudah kotor gara-gara cowok brengsek….. aku benci banget sama cowok Jakkk……” aku terus memeluk tubuh Jaka dengan erat sambil terus melantur. Ya, aku sudah tipsy sekarang. “Kenapa kamu benci Nan? apa yang sebenarnya terjadi?” “Ihhh Jakaaa….. kenapa kamu gak sadar sih…. selama ini aku selalu menggodain kamu…. biar kamuu….. ngelakuin hal mesum padaku…..” “Kamu culun Jak…. culun….. masak kamu gak ngaceng lihat bodiku ihhhh……” Entah sudah berapa lama aku menggoda-goda Jaka hingga tak sadar aku sudah terlalu banyak minum. Kepalaku terasa pusing sekali sampai pandanganku mulai mengabur dan berputar-putar. Jaka menuntunku masuk ke kamar mandi dan seketika juga isi perutku keluar cukup banyak masuk ke dalam kloset. Aku berkali-kali muntah, kerongkonganku terasa panas sekali bahkan saking kuatnya muntah itu juga keluar dari hidungku, dan pada akhirnya tubuhku terasa lemas sekali bahkan mengangkat kepala saja sudah tidak mampu. Dengan pandangan yang buram aku merasakan tubuhku diangkat oleh Jaka. Pandanganku yang sebelumnya buram mulai terlihat gelap dan…. aku tak ingat apa-apa lagi…..
0000​
“Ughhh….. kepalaku…..” Aku tersadar setelah tertidur dalam waktu yang cukup lama, pandanganku masih terlihat buram dan kepalaku terasa pening. Kubiarkan beberapa saat hingga kondisi tubuhku mulai pulih, ini kamar yang aku tempati sepertinya dilihat dari langit-langit kamar yang aku kenal. Tapi….. ugh, kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkan? “Kamu udah bangun Jinan…..” Terdengar suara yang sangat aku kenal dari samping, itu adalah suara Jaka. “Ja… ka…..” ucapku lirih. “Tadi malem kamu muntah-muntah sampai lemes Nan, makanya aku bawa ke kamar ini. Salah sendiri kebanyakan minum kan…..” ucapnya dengan dingin. “Jaka…. kenapa…. kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkin…..” tanyaku. Kulihat Jaka berjalan ke depan ranjang meski pandanganku masih belum sepenuhnya pulih. Dia hanya berdiri tepat didepanku dan tak menjawab pertanyaanku. “Jinan, aku kecewa sama kamu…..” “Kecewa? apa maksudnya?” tanyaku heran. Tak lama kemudian aku mulai sepenuhnya sadar dan aku terkejut setelah menyadari kalau kedua tanganku diikat dengan erat begitu juga kedua kakiku, aku benar-benar tak bisa bergerak! Dan juga aku baru sadar kalau aku dalam posisi telanjang! “Jaka…. apa maksudnya ini?? kenapa kamu mengikatku seperti ini…..” aku mulai emosi sekaligus bingung. Jaka hanya tetap berdiri di depan ranjang dengan kedua tangannya yang terlipat di dada, pandangan matanya dingin menatapku. “Lepaskan aku Jak…. sumpah ini gak lucu! lepasin aku….” ucapku mulai meronta-ronta dan berusaha untuk melepaskan ikatan ini namun sia-sia saja. “Aku sudah tahu semuanya Jinan. Sifat kamu sebenarnya dan juga kebusukanmu. Aku sudah melihat-lihat seluruh isi ponselmu, aku benar-benar tak menyangka Jinan yang kukenal selama ini adalah wanita yang begitu murahan….” ucapan Jaka kembali mengejutkanku, jantungku berdegup kencang sekali dan keringat mulai bercucuran, salah satu rahasia yang selalu kusimpan dengan rapat akhirnya ketahuan. “Lepaskan aku Jaka…… aku mohon hiks… hiks….” aku mulai terisak menangis sembari terus berusaha memohonnya. “Oh iya aku juga mau kasih tahu, kamar yang kamu tempati ini sudah aku pasang kamera pengintai untuk mengawasimu. Ada tiga kamera sebenarnya dan aku sudah tahu juga kegiatan yang kamu lakukan pada malam sebelumnya….” ucapnya dingin. “Jinan….. kenapa kamu melakukan ini semua? memang sebegitu murahan kah kamu di depan mata laki-laki…..” tanyanya sambil berjalan naik ke ranjang. Daguku dipegang olehnya dan memberikanku tatapan yang sangat berbeda dari biasanya, tatapan matanya sungguh mengerikan.. “Jaka…. please jangan bocorkan hal ini pada siapapun…. hiks…. hiks…. hidupku akan hancur kalau sampai mereka semua tahu…..” aku memohon dengan berlinangan air mata. Suasana hening menyelimuti isi kamar ini, kedua mataku melotot menatap mata Jaka. “Cih, kamu pikir dengan meminta maaf padaku semuanya akan selesai Jinan? kamu salah, kamu pasti akan melakukannya lagi. Aku akan pegang semua isi data ponselmu sebagai jaminan…..” “Jaka….. aku mohon hiks…. hiks…..” Otakku terasa kacau mengolah berbagai alasan yang aku ucapkan kepada Jaka, sepertinya dia memang sangat serius akan hal ini. Hatiku terasa lesu dan bingung, bagaimana caranya aku bisa lepas dari ini? Seiring dengan kacaunya pikiranku terbit sebuah alasan yang mungkin akan membuatnya berpikir dua kali. “Hiks…. hiks…. kamu…. kamu boleh lakukan apapun padaku asal video dan fotoku jangan kamu sebar….” kataku dengan lantang dan tanpa berpikir panjang. Ya, aku tak punya pilihan lagi. Aku melihat Jaka sedikit tersenyum, apakah permohonan ini ia terima? “Aku sudah menduga kamu bakal ngomong kayak gitu Jinan, tipikal wanita murahan emang” kata Jaka, ucapan “wanita murahan” cukup menusuk hatiku dalam namun ironisnya, dia benar. “Apa ucapanmu bisa dipegang Jinan? aku sangat benci sama orang yang gak bisa megang janjinya” ia menatapku dalam, dengan kedua mata dinginnya yang semakin menakutkan. Aku mulai gemetaran ketakutan, apa aku harus menuruti perintahnya meski aku tahu akan apa yang terjadi nanti. “I…. iya Jaka…. aku janji…..” ucapku lirih. Ia tersenyum lalu membelai lembut pipiku dan mengusap jalur air mata disitu. “Baiklah kalau begitu, liburan kita tinggal tiga hari dan kita akan tetap disini dan turuti semua perintahku. Jangan khawatir aku tak akan menyakitimu Jinan, kamu terlalu cantik untuk disakiti, aku hanya akan memberikanmu sedikit pelajaran……” Pelajaran? apa maksudnya? “Kita mulai dari sekarang ya. Biasanya kamu suka mengejekku dengan sebutan culun kan? aku tidak marah kamu bilang begitu Jinan. Tapi, apa kamu yakin kalau aku benar-benar cowok yang culun?” Jaka bertanya dengan nada datar sambil terus menatapku. Kulihat Jaka mulai melepaskan kaos oblongnya dan betapa terkejutnya aku melihat tubuh setengah telanjang Jaka. Ugh, tubuhnya kekar sekali. Dadanya terbentuk bidang dan indah ditambah dengan otot perutnya yang kekar six pack, jadi Jaka menyembunyikan tubuhnya dengan pakaian-pakaian yang sangat biasa dan itu adalah alasan kenapa aku menyebutnya “culun”. “Lihat tubuhku Jinan, apa kamu masih aku anggap culun di matamu? inikah yang kamu inginkan dari fantasi-fantasi nakalmu itu kan?” “I…. iya…..” ucapku gemetaran sekaligus kagum dengan keindahan tubuh Jaka, tanpa sadar naluri kewanitaan mulai naik sekaligus nafsu birahiku. “Hmmm, lagi-lagi tipikal jawaban dari cewek murahan. Kamu pastinya nafsu kan lihat tubuh cowok yang telanjang apalagi yang kekar sepertiku? Ya ampun Jinan, aku gak nyangka kamu memang sudah separah ini…..” ya, lagi-lagi ucapan yang kembali menusukku lebih dalam. Kemudian aku melihat Jaka membetulkan posisi duduknya dan mulai melepaskan celana boxernya. Ya, aku kembali dikejutkan dengan salah satu bagian tubuhnya, terpampang batang kontolnya yang…. ya ampun… ini besar sekali dan panjang, tak kalah kekarnya. Kedua mataku refleks terpincing melihat urat-urat dari kulit kontolnya yang tercetak jelas. Aku berkali-kali menelan ludah melihat pemandangan yang jujur sangat mengundang birahi apalagi aku memang cepat naik saat melihat batang kontol laki-laki apapun bentuknya. “Ini yang kamu mau kan?” ucapnya sambil menggenggam batang kontolnya sendiri tepat di depan wajahku. Mengingat aku sudah janji dengan dirinya untuk tetap patuh aku langsung menggangguk seolah-olah itu adalah benda favoritku. Tiba-tiba aku terkejut saat ia menamparkan batang kontolnya dengan keras kearah pipiku. Karena sudah keras tamparan itu terasa sakit. PLAK PLAK “Aduhhhh….. Ughhh…..” “Dasar murahan kamu Nan, namamu padahal bagus tapi orangnya seperti ini. Aku gak habis pikir…..” PLAK “Jakaaa….. hiks… hiks…..” Ia menghentikan aksinya dan membelai pipiku kembali menyeka air mataku. Tiba-tiba ia menyerang telinga belakangku dengan lidahnya, rasanya geli sekali hingga tubuhku menggelinjang. Kurasakan lidahnya menjilat-jilat bagian telingaku dengan lembut dan saking gelinya aku kelepasan mendesah. “Ahhhhh…….” Sesaat kemudian dia menghentikan aksinya dan kembali menatapku dalam. Aku kembali merasa ketakutan. “Kenapa Jinan? kamu sepertinya takut denganku? padahal aku tidak seram orangnya” sialan, pada saat kondisi seperti ini dia bisa aja bercanda. “Saat melihat-lihat isi ponselmu, aku menemukan beberapa video porno kesukaanmu dan temanya tentang ikat mengikat, apa sebelumnya kamu ngelakuin sama cowok-cowok yang kamu dekati, hah?” tanya Jaka dengan tangannya yang memegang daguku seperti kepalaku dipaksa diangkat. “Enggak…. aku tak pernah melakukannya Jaka… aku…. aku nonton video itu cuma buat perangsang aja saat….. emmm…. aku masturbasi……” ucapku gemetaran. “Kamu tidak bohong kan?” ucapnya memastikan. Kedua matanya tampak membesar seakan-akan berusaha untuk mencari kebenaran di dalam diriku. “Sumpah…. aku gak pernah sampai begitu……” jawabku dengan bibir gemetar. Meski aku bohong pun percuma jadi aku katakan semuanya yang sebenarnya. “Kalau begitu, aku bisa mewujudkan semua fantasi busukmu itu Jinan. Itu alasan kenapa aku sengaja mengikatmu di ranjang ini…..” “Jaka…. tolong aku…. aku gak mau kayak gini….” Ia memegang pipiku dengan kuat, apa aku mengatakan hal yang membuatnya marah? Jujur, aku tak menyangka Jaka benar-benar berubah. Yang kulihat sekarang bukan Jaka yang biasa aku kenal, dia berubah drastis dari yang asalnya dingin menjadi bengis di mataku, namun aku masih merasa yakin dia tak akan menyakitiku. “Sssttt…. kamu tak perlu minta tolong ya Jinan. Aku yakin dalam hatimu kamu pasti pengen mempraktekkan yang ada di video itu kan? jujur aja….” ia meletakkan jari telunjuknya ke bibirku. “Dan ini juga masuk dalam kesepakatan kita tadi…. kamu nikmatin aja ya “pelajaran” ini” Kemudian Jaka membetulkan posisi duduknya yang sekarang berada di atas perutku. Ia merendahkan kepalanya menuju buah dadaku yang bulat dan ranum. Ughhh…. Sshhhh….. dia mulai mencium-cium area sekitar buah dadaku dan menjilatnya dengan pelan. Sensasi geli dan nikmat langsung terasa di sekujur tubuhku. Jilatan yang dilancarkan oleh Jaka semakin intens hingga leher dan kepalaku terdongak keatas dan mulutku mengeluarkan suara desahan. “Aahhhhh…. Sshhhhh……” begitulah suara yang kukeluarkan. Kurasakan lidahnya yang telah basah itu berjalan-jalan hingga tiba di bagian puting susu yang sudah menegang hebat. Tanpa pikir panjang Jaka mencaplok bibirnya kearah putingku dan mengisapnya dengan kuat sekali. Aku kembali mendesah-desah merasakan geli yang teramat hebat, terkadang ia sengaja meletakkan giginya di bagian puting bersamaan dengan gerakan menyedot sehingga timbul rasa nyeri. “Aahhhh…. ngiluuu Jakaaa…. Ahhhhh…..” “Tubuhmu indah Jinan, saking indahnya sampai kamu manfaatin buat cowok-cowok mesum. Ah, aku jadi sebal melihat isi ponselmu Nan, banyak banget foto-foto telanjang disana, pasti foto itu buat dijual ya??” “Ssshhh…. Ahhh….. iyaaa…. iya Jaka….. Shhhhhh….. itu sumber penghasilanku disana… Aghhh ngiluuu ughhhh….. aku bisa dapat uang banyak jugaaa……” ucapku merintih-rintih. Otakku sudah mulai kacau diserang oleh ombak birahi bahkan tanpa sadar juga memekku mulai berkontraksi mengeluarkan banyak cairan disana. “Wanita murahan emang, atau…. aku boleh kamu sebut…. pelacur….” Ya, pelacur. Aku memang pantas dipanggil seperti itu. Selama ini aku memang menyadari kalau semua kegiatan yang kulakukan selama ini tak ada bedanya dengan pelacur. Namun aku tenggelam, hanyut dalam kegelapan yang ironisnya aku buat sendiri. “Sshhhhh aahhhhh…..” Kemudian setelah puas mengisap buah dadaku, kepalanya bergerak ke bawah menjilati seluruh area dada bawahku hingga tiba di perut. Ia mengangkat kepalanya dan tangannya memijat-mijat perutku. “Hmmmm…. sampai pusarmu ditindik Jinan, pastinya cowok-cowok yang kamu layani semakin terbakar birahinya” ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Yang kamu lakukan di sungai kemarin juga gak ada bedanya sama pelacur Nan. Berani juga kamu setengah telanjang di hadapan cowok, memamerkan tubuh kotormu itu, kamu memang pelacur, Jinan” tambahnya. Aku hanya terdiam dengan tubuh menggelinjang menahan amukan birahi yang terus menyerang. Jaka kembali menurunkan kepalanya dan menjilat-jilat area pusarku. Rasa geli yang teramat hebat kembali menyerang seluruh tubuhku yang semakin menggelinjang. Kurasakan lidahnya dengan lihai membasahi kulit pusarku yang terpasang tindik. Tiba-tiba aku mengaduh saat ia dengan sengaja mencaplok tindik itu dan mengisapnya sehingga kulit pusarku seperti terasa ditarik. Rasa sakit bercampur nikmat kembali terasa sekali dan entah mengapa aku justru menikmatinya. “Aaahhhhh sssakitt….. ughhhhh ssshhhhh…..” “Kulit perutmu begitu halus Nan seperti sutera, konturnya juga terbentuk indah. Kelihatan kamu sering olahraga dan menjaga pola makan biar tubuhmu terbentuk seperti ini, jujur aku kagum padamu Jinan…..” entah mengapa di dalam hati aku merasa bangga Jaka memuji kemolekan tubuhku, memang sebelumnya aku sering dipuji oleh laki-laki yang menggunakan tubuhku sebagai sarana pemuas nafsu dan aku tak pernah menikmatinya. Namun ini lain, rasanya aku malah merasa bangga. “Tapi sayang ya, lekuk tubuh yang indah ini malah digunakan untuk pemuas dahaga lelaki, sudah berapa banyak laki-laki yang telah menikmati tubuh ini Jinan?” tanyanya kembali yang membuatku kembali ketakutan “Nghhhh….. aku…. aku tak tahu…..” jawabku sembarangan, respon Jaka tiba-tiba berubah. Ia melepaskan bibirnya dari pusarku dan menatapku dengan tatapan yang menakutkan. “Kamu sampai tidak tahu berapa banyak laki-laki yang menggunakan tubuhmu? benar-benar seperti pelacur ya kamu….” “Hen… hentikan…. jangan sebut kata-kata itu….” ucapku mulai meronta-ronta. Jaka langsung memegang daguku kembali, ia sepertinya marah denganku. “Wanita kotor kayak kamu memang harus dikasih pelajaran. Aku sudah mengagumimu dari awal kuliah sampai sekarang dan ternyata Jinan yang kukenal sekarang bukan wanita yang baik…. Huh, aku semakin muak jadinya…..” Kedua mataku terbelalak melihat kontol Jaka mulai mendekati mulutku, awalnya aku meronta-ronta dan berusaha untuk menutupi mulutku namun Jaka memaksaku untuk membuka mulutnya hingga akhirnya aku mengalah. Jaka mulai melesakkan kontol besarnya masuk kedalam mulutku. “Oghhhhhhh ggggggghhhhh……” terdengar suara napasku yang tertabrak oleh benda tumpul itu karena saking tebalnya. Kedua mataku yang awalnya terpejam menjadi melotot dan mulai mengeluarkan air mata. Aku tak menyangka Jaka langsung mendorong kontolnya dalam hingga hampir menabrak anak tekak ku. “Mmmmm….. mulutmu lumayan enak Jinan, kamu suka kan?” tanyanya dengan dingin. Aku hanya menggangguk lemah. Setelah cukup lama mendiamkan kontolnya di dalam mulut Jaka mulai menggerakannya keluar masuk dengan perlahan. Suara napasku semakin terdengar berbarengan dengan suara becek air liur yang keluar cukup banyak. Jaka melakukannya selama beberapa saat hingga aku kembali meronta-ronta karena kehabisan napas. “Mmmmm….. Ngghhhhh…..” kepalaku menggeleng-geleng tak kuasa merasakan penyiksaan ini. Memang sebelumnya mulutku juga sering dimasuki kontol laki-laki namun aku tak menyangka bakal separah ini. “Kenapa Jinan, kamu tersiksa? bukannya kamu suka diginiin?” “GLLLOOGHHHHHH…….” Tiba-tiba Jaka mendorong pinggulnya dengan mendadak. Kontolnya langsung bergerak maju menabrak anak tekak-ku bahkan rasanya kontol Jaka sudah masuk ke dalam kerongkonganku! Rasa mual mulai terasa dan semakin terasa, aku berusaha untuk kembali meronta namun tangan Jaka dengan kuat menjambak rambutku dan memegangnya sehingga kepalaku benar-benar tak bisa bergerak! “Kamu suka kan, pelacur? hah??” nada ucap Jaka mulai meninggi sembari terus memegang kepalaku. Air mataku terus mengalir dengan kedua mata yang melotot seakan-akan mau lepas. Aku…. aku memang merasakan kenikmatan yang sudah lama aku alami namun rasa mual juga terasa sekali. Ia mulai menggerak-gerakan lagi kontolnya dengan perlahan dan hati-hati. Namun gerakan tersebut justru membuatku semakin mual, dan pada detik berikutnya isi perutku mulai bergemuruh, pertanda aku akan muntah sebentar lagi. Aku berusaha setengah mati untuk menahan sensasi ini namun aku tak kuasa. “HOOGHHHHHH HHHHHHH…….” Sepertinya Jaka tahu aku akan muntah, lalu ia mencabut kontolnya dengan cepat hingga gigiku terasa menggesek kulit kontolnya. Aku terbatuk-batuk dengan hebat hingga memuntahkan banyak air liur membasahi tubuhku sendiri, hampir saja. Kalau dia telat satu detik saja isi perutku akan keluar dan pastinya situasinya akan semakin parah. “Uhukkk uhukkk hoeekkkhhhh…..” sensasi yang belum pernah aku alami selama hidup. Aku masih batuk-batuk hingga tenggorokanku terasa sakit. Jaka menatapku dengan dingin dan menyeka sisa-sisa air liur yang membasahi daguku. “Hampir aja ya Jinan…. kamu suka kan digituin?” tanyanya dengan lembut. “Uhukkk…. Uhukkk… iya… aku…. aku suka…..” jawabku lemah. Kemudian Jaka mengambil botol air elektrolit yang terletak di meja kamar lalu membantuku untuk meminumnya. Rasanya segar sekali. “Oke sekarang langsung aja ya untuk pelajaran kedua. Kamu siap-siap aja…..” kata Jaka sambil membetulkan kembali posisi duduknya. Kuangkat sedikit kepalaku dan melihat Jaka sedang mengocok-ngocok kontolnya sendiri, sepertinya ia akan melesakkan kontolnya ke dalam memekku. “Jaka……” “Yak, kita mulai…..” “AAAAAGGHHHHHHH…….” Kepalaku langsung terdongak keatas saat Jaka mulai melesakkan kontolnya. Rasanya aneh, nyeri bercampur geli. Ini…. ini sungguh besar dan tebal…. sampai memekku terasa nyeri sekali, ia terus mendorong pinggulnya hingga terasa kepala kontolnya menyundul mulut rahimku di dalam. Tubuhku bereaksi dan seketika juga nafsu birahiku meledak. “Hmmmm….. sempit sekali memekmu Jinan, padahal sudah pasti udah banyak kontol-kontol yang mampir di dalam sini tapi masih sempit juga…..” katanya dengan napas dalam. Aku tak menggubrisnya karena otakku sudah dikuasai oleh birahi. Kemudian setelah diam beberapa saat Jaka mulai menggerakan pinggulnya maju-mundur. Awalnya dengan tempo yang pelan sekali sampai relung memekku terasa geli sekali, kemudian selang beberapa menit ia mulai menaikkan temponya. Aku mendesah-desah dengan riuh mengekspresikan kenikmatan yang sungguh luar biasa ini, terlebih mungkin bentuk kontolnya yang besar sampai klitorisku tergesek-gesek, semakin memperparah nafsu birahiku. PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK “Aaghhhhhh sshhhhhh….. enak banget Jakaaa….. Aghhhh terus genjot memekku……” ucapku berbarengan dengan lenguhan nakalku. “Dasar pelacur, kayak gitu kan kamu melayani cowok-cowok yang kamu manfaatin. Jawab Nan!!!” ucapnya dengan nada marah. “Iyaaahhh…. iyaahhhh Jaka…. aku memang pelacurr….. aku suka godain cowok biar bisa dientot…. AHHHHHHH AHHHHH……” “HHGGHHHH TERIMA INI!!!” Ia mengangkat sedikit pinggulku dan memegang pantatku dengan kasar. Ia terus menggenjot memekku dengan tempo yang sangat cepat dan brutal. Aku berteriak dan mendesah seperti orang ectasy, tak peduli nanti teriakanku didengar orang luar, rasanya…. ini rasanya sungguh memabukkan…. “DASAR MURAHAN, PELACUR…. KAMU BENAR-BENAR SANGAT HINA JINANN!!! AGHHHH SSSHHHH……” “MMMHHHH AAAHHHH… IYAAAHH JAKAAA AKU PELACUR…… CEWEK BISPAKK….. AAAHHHH AKU MAU PIPISSSS… SSSHHHH AAHHH KYAAAAHHHHH……” Tubuhku tersentak-sentak dengan hebat, relung memekku berkedut-kedut kencang meremas kontol Jaka di dalam. Ia sepertinya sadar akan hal itu dan mencabut kontolnya keluar, seketika aku melenguh kencang. Semburan pipis enak keluar dengan derasnya yang aku yakin pipis itu membasahi tubuh Jaka. Orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Kepalaku terjatuh kembali di kasur dengan mata melotot, keringatku bercucuran membasahi tubuhku sendiri. Meski terasa ngilu jujur saja, ini rasanya nikmat sekali. Jaka membiarkanku istirahat selama beberapa menit dan sama seperti sebelumnya, ia membantuku meminum air hingga habis, orgasme hebat yang kualami membuatku kelelahan dan kehausan. Kemudian dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat kuat, Jaka duduk disamping kepalaku dan mengelus-elus rambutku dengan lembut, sifatnya mulai kembali berubah seperti semula tak seperti sebelumnya yang begitu menakutkan. “Udah enakan?” tanyanya. Aku menoleh kearahnya sedikit. “I…. iyaa…..” jawabku lemah. Jaka tersenyum kecil mendengarnya dan aku tak pernah menyangka dari wajah dinginnya ia bisa menunjukkan ekspresi seperti manusia biasa pada umumnya. “Tadi aku sempat kaget kamu klimaks sampai muncrat-muncrat, lihat badanku jadi basah sekarang…..” kata Jaka, aku memicingkan kedua mataku melihat tubuh Jaka yang basah karena pipis enakku dengan kontol yang masih tegang sekali. “Ma… maafkan aku…. aku memang gitu kalau orgasme Jak….” balasku dengan nada yang lemah. “Tidak apa, aku malah cukup senang kamu bisa menikmati…..” ucapnya lagi, dalam hati aku malah merasa senang Jaka tidak memarahiku seperti tadi. Kami saling terdiam selama beberapa menit untuk mengumpulkan tenaga yang telah terkuras terlebih diriku yang masih terengah-engah. “Kamu udah janji kan, kamu harus menuruti semua perintahku selama tiga hari ini?” ia kembali menanyakan hal itu padaku untuk memastikan saja. Tanpa pikir panjang kuanggukan kepalaku tanda iya, Jaka kembali tersenyum kecil. “Sekarang aku mau kamu masturbasi pakai dildo mu itu tepat dihadapanku, oh iya aku akan lepaskan ikatan pada tangan kananmu….” ucapnya, kemudian Jaka mengambil dildo besar milikku yang tersimpan dalam tas, lalu ia melepaskan salah satu ikatan pada tangan kananku. Ah, akhirnya aku bisa kembali menggerakan tanganku dengan bebas. Kemudian ia membetulkan posisi tidurku dengan menyelipkan dua bantal ke belakang punggungku sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah duduk bersenderan dengan bantal. “Sudah nyaman kan posisinya? sekarang pegang dildo itu dan masukkin ke memekmu. Aku mau lihat gimana kamu masturbasi….” Aku menggangguk dengan patuh, kuambil dildo dari tangan Jaka dan kemudian mulai mengarahkan ke selangkanganku, karena posisi tubuhku yang terbatas aku sedikit kesulitan untuk memasukkannya. Tampaknya Jaka tahu akan hal itu dan membantuku memasukkan dildo besar itu. “Sudah pas kan? Sekarang dorong dildonya……” “Aaaghhhhhh……” Aku melenguh panjang saat dildo milikku itu sukses melesak ke dalam memek. Sebenarnya dildo itu tidak cukup besar dibandingkan dengan kontol Jaka namun rasanya tetap enak. Tubuhku kembali bergetar-getar merasakan kenikmatan yang mulai naik, tanganku terus bergerak-gerak menusuk liang memekku dengan dildo, kurasakan juga lendir memekku mulai terproduksi kembali hingga terasa licin disana. “Aahhhh ahhhhhh….. Sshhhhh……” desahku nakal dan penuh nafsu. “Hmmm begitu ya, coba kamu bayangin kalau dildo itu adalah kontol cowok-cowok yang kamu manfaatin Jinan…..” Seakan-akan seperti trigger, aku langsung terpengaruh dengan ucapan Jaka. Kunaikkan tempo kocokan dildo ini semakin cepat dan semakin cepat, sesekali aku melakukan gerakan menghujam dalam hingga dildoku menyenggol mulut rahim di sana. Tubuhku semakin bergetar hebat dan mulutku terus mendesah, bahkan tanpa sadar aku mulai berkata-kata kotor dan merendahkan martabat lelaki tapi aku tak peduli, aku menikmati semua ini. “Aaghhhh ssshhhhhh….. bangsat…. bangsat…. Ughhhhh….. iya ini enak sayang…. Sshhhhhh…. Dasar kalian cowok maunya memek doang…. Aaghhhhh…..” “Gila kamu Jinan, bisa-bisanya kamu ngomong gitu dihadapan laki-laki. Memang kamu sudah parah banget ya…..” ucapnya yang tidak aku gubris. Kulihat Jaka bergerak kedepan kepalaku dengan posisi berdiri lalu ia memegang rambutku dan mengarahkan kontol besarnya ke mulutku yang terbuka. Aku awalnya kaget namun dengan cepat aku dapat beradaptasi. “Emmmm… Gglllpppppp….” kembali aku merasa gelagapan merasakan kontol Jaka menusuk-nusuk mulutku, sejenak kocokan dildoku mulai terasa pelan namun Jaka tahu akan hal itu dan kembali memaksakan kehendaknya, ia menyodok-nyodok kontolnya hingga masuk ke dalam kerongkonganku. Gila, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Kembali aku merasa mual akibat sodokan kontolnya di mulutku yang begitu brutal. Namun entah mengapa birahiku seakan-akan mengatakan untuk merelakan semuanya, dan tentunya aku kalah telak dari birahiku sendiri. Baiklah, aku akan menikmati ini semua. “Hhghhhhh ssshhhh…. pinter juga kamu mainin mulutmu, Jinan. Sama kayak memekmu…. Aghhhh…..” kudengar Jaka mendesah-desah saat kucoba untuk mengempotkan otot dalam mulutku hingga kontolnya terasa seperti dihisap dengan kuat. Jaka mulai kembali mendesah-desah menikmati permainanku sekaligus kulanjutkan aktivitas mengocok memekku yang sempat terhenti. Suara-suara birahi kami terdengar keras mengisi ruangan kamar ini. “Hhghhhhhh ssshhhhh….. Mmmpphhhh…..” suara desahanku terhalang oleh kontolnya sehingga tercipta suara yang aneh. Kepalaku mulai kembali menggeleng-geleng meski Jaka masih menahannya dengan kuat, air mataku terus keluar sembari merasakan hentakan brutal kontol besarnya di dalam mulutku. Kemudian selang beberapa menit aku mulai merasakan ingin muntah, Jaka kembali tersadar akan kondisiku dan mencabut kontolnya dari mulutku secara perlahan, terlihat banyak sekali air liur yang melumuri seluruh bagian kontol termasuk juntaian bola testikelnya yang besar itu. Lalu dengan cepat Jaka langsung menyerang buah dadaku yang telah membusung, menjilat-jilat dan mengisap putingku yang sudah tegang. Mulutku yang penuh dengan air liur kembali mengeluarkan desahan nakal merasakan nikmatnya buah dadaku dipermainkan olehnya! “Enak kan wahai wanita murahan? kamu suka?” tanya Jaka di sela-sela hisapan pada pentil tegangku. “I…. iyaa….. aku suka…. isep yang keras… Aghhhhh…..” Lama-lama aku mulai tak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku terus mengocok dildo yang tertanam pada memekku dengan tempo yang semakin cepat dan semakin cepat. Aku mendesah-desah liar, entah aku sudah tak bisa berkata-kata lagi. “AAGHHHH BANGSAATTT AKU KELUARR JAKKKK….. KYAAAHHHHH……” Tubuhku kembali mengejang hebat merasakan amukan orgasme yang tercipta dari dalam tubuh. Dengan cepat kulepaskan dildo itu dari dalam memek dan lubang kencingku memuntahkan banyak cairan, squirt hebat sepertinya, dan juga ditambah oleh hisapan serta gigitan kecil pada putingku saat klimaks semakin memperparah kondisi diriku, orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya mereda. Kami terengah-engah kelelahan setelah menyelesaikan aktivitas gila ini. Aku terbatuk-batuk sembari berusaha mengambil udara yang masih tersisa di kamar ini, keringatku bercucuran hebat hingga kasur yang kutiduri terasa basah sekali. “Mmmhhh….. gila kamu Jinan, sekarang aku ngerti kenapa banyak laki-laki yang suka sama tubuh kotormu itu” ucap Jaka yang terdengar lemah pada telingaku. “Kamu gak ada bedanya sama bintang bokep, atau memang lebih pantas ya?” “Nghhhhh…..” hanya desahan yang aku balas kepadanya, aku kesulitan untuk mengucap kata akibat orgasme hebat yang telah menguras seluruh tenagaku. Jaka mengelus-elus rambutku yang basah lepek akibat keringat lalu ia membisikkan sesuatu. “Ini sebenarnya belum selesai Jinan, kamu sarapan dulu ya aku buatin sebentar….” Kemudian Jaka beranjak dari tempat tidur dan meninggalkanku keluar dari kamar. Sembari menunggu dia bikin sarapan kupejamkan mataku sejenak. Aku berpikir, seharusnya ini adalah kesempatanku untuk melepaskan diri darinya namun entah mengapa aku mengurungkan niat ini, padahal sekarang aku bisa dikatakan sudah mengalami perkosaan, sexual assault atau apalah namanya dan sebagai korban seharusnya aku berusaha untuk melawan atau minimal meminta tolong. Namun kenyataannya, aku tak melakukannya. “Setelah ini, apa yang akan dilakukan Jaka nanti…..” ucapku lirih.
00000​
“Nah, sekarang aku masukkin lagi ya, kamu siap-siap aja…..” “Eemmmpphhh……” Kami kembali melakukan “pelajaran” setelah cukup lama beristirahat dan mengisi perut. Sebelumnya Jaka menyuapi makanan nasi goreng buatannya yang ternyata cukup enak. Setelah habis, Jaka melepaskan semua ikatan pada tangan dan kakiku lalu menggendong tubuhku yang lemas ke ruang tamu, lalu ia kembali mengikat kaki dan tanganku dengan kuat hingga aku benar-benar tak bisa bergerak selain kepalaku saja. Jaka menatapku dengan senyuman kecil dan mengelus-elus rambutku dengan lembut memberikan sedikit kenyamanan. “Buka mulutmu, Jinan…..” ucapnya yang langsung aku turuti dengan patuh. Aku kaget saat Jaka memasang sebuah mouth-gag, aku tak menyangka ia memiliki alat seperti itu, mulutku seperti dipaksa terbuka lebar akibat mouth-gag itu. Aku kembali meronta-ronta berusaha untuk bicara namun tak bisa. “Kamu makin cantik pakai benda itu Jinan, cantik tapi kotor…..” ia kembali mengejekku namun tentu saja aku tak bisa membalasnya selain erangan aneh yang keluar dari mulutku. Setelah semuanya beres ia beranjak berdiri dan mengatur posisi tubuhku. Sekarang, aku berada di posisi sujud dengan kedua tanganku dan kakiku terikat keatas. Kudengar Jaka memuji-muji kondisi tubuhku sekaligus merendahkannya yang entah mengapa rasanya seperti campur-campur; takut, malu, marah, sedih dan terangsang. Otakku sudah tak bisa berpikir jernih dan menganggap ucapan-ucapannya seperti pecut yang menyerang diriku. “Hmmm sepertinya posisi kayak gini malah bikin kamu tersiksa ya? okelah aku lepas aja tali di kakimu” Kemudian aku merasakan ikatan di kedua kakiku dilepaskan sehingga aku dapat bergerak dengan bebas, sepertinya. Lalu Jaka mulai melebarkan paha gemukku hingga terpampang memekku yang sudah basah. Ia meremas-remas pantatku dengan gemas hingga mulutku mulai merespon mengeluarkan desahan yang sayangnya terhalang oleh mouth-gag “Oke, sekarang kamu siap-siap ya, selamat menikmati pelajaran ini…..” “Emmmpphhh……” SLEPP “EMMMPPGGHHHHHHH…….” Kontol besar dan panjang milik Jaka kembali menghujam memekku dalam dan kasar, aku mendesah kencang yang terdengar aneh karena benda sialan yang terpasang pada mulutku, kepalaku terdongak keatas hingga terasa urat-urat leherku seperti menonjol saking enak dan ngilunya. “Sshhhh….. memekmu sungguh nikmat Jinan….” SLEPP SLEPP SLEPP SLEPP SLEPP SLEPP Jaka menggenjot kontol kekarnya dengan semangat yang membara, relung memekku terasa penuh sekali seakan-akan tak kuasa menerima besar kontolnya, aku masih tak menyangka cowok yang selama ini kuanggap culun ternyata memiliki tubuh yang sangat kekar dan kontolnya yang luar biasa. Dalam hati aku merasa menyesal telah “merendahkannya”. Terkadang di sela-sela genjotannya tangan Jaka meremas-remas pantatku dengan gemas, sepertinya ia sangat menyukai pantat sekal dan bulat ini. “Sshhhh…. Ahhhhh…… pantatmu bisa bagus gini Jinan….. Sshhhh…. Ahhhhh…..” terdengar sumpah serampah Jaka yang berbarengan dengan suara desahannya. “Pasti pantatmu ini sudah jadi makanan lezat buat laki-laki yang kamu pengaruhi kan? dasar murahan…..” “Eemmpphhhh emmphhhh……” Entah sudah berapa kali aku mendesah-desah seiring dengan genjotan kontolnya yang semakin kencang dan brutal, kurasakan mulutku telah dipenuhi air liur yang terproduksi secara berlebihan dan tertampung pada mouth-gag. “Aahhhhhh ahhhhh….. gila ini enak sekali Jinan….. kenapa sih kamu mau aja jadi pelacur? apa karena duit? memangnya kamu benar-benar tak punya uang sampai rela melacurkan tubuh indahmu ini? Hah??…..” “Eemmpphhh emmmppphhhhh…..” “Kamu nakal Jinan, sungguh nakal dan rusak….. sampai pasang tindik segala buat godain cowok-cowok itu kan?” “Eemmmpphhh…..” “Ssshhhh ahhhh….. kamu mau keluar kan, wanita murahan? keluarin aja tak usah ditahan…. Ssshhhhh aghhhh……” PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK Semakin kencang tempo entotan kontolnya semakin naik nafsu birahiku, kedua mataku melotot dengan kuat dan melenguh-lenguh, aku kembali orgasme hebat. Pantatku mengejang-ngejang dengan gerakan naik turun tak beraturan, kurasakan kontol Jaka menusuk-nusuk memekku dalam hingga menyentuh mulut rahim. Ia membenamkan kontolnya selama beberapa saat merasakan kerasnya relung memekku meremas-remas kontolnya, lalu mencabutnya dengan cepat. Semburan cairan bening terasa tumpah ruah dan sepertinya membasahi lantai dan tubuh Jaka disana. Aku terkejang-kejang selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Tubuhku kembali terasa lemas sekali. “Emmm… gila-gila….. sampai kamunya muncrat banyak…..” ucapnya terdengar dari telingaku. Namun aku mengira kalau dia bakal membiarkanku beristirahat, ternyata dugaanku salah. Dia kembali memegang pantatku, meremasnya dengan kencang dan melesakkan kontolnya kembali. Memekku yang masih terasa ngilu harus kembali menerima sodokan demi sodokan brutal kontol kekarnya. Aku semakin kacau, tubuh dan otakku seperti sudah tidak sinkron, diperparah dengan birahiku yang makin mengamuk. “Emmmpphhh empphhhh EEMMMMPHHH……” desahku semakin hebat yang dibarengi dengan semakin banyaknya air liur yang keluar dari mouth-gag. Sodokan demi sodokan yang dilancarkan olehnya semakin terasa menyakitkan namun juga dibarengi oleh rasa nikmat dan enak bercampur jadi satu. Kemudian selang beberapa menit perut bawahku mulai kembali berkontraksi pertanda orgasme akan tiba. Jaka sepertinya sadar akan hal itu dan mengurangi tempo entotannya. Agh, gerakan kontolnya malah berubah seperti gerakan patah-patah yang justru semakin membuatku kelabakan. “Eemmpppp…. Mmmhhhh….. EMPPHHHHH……” aku mendesah panjang melepaskan orgasme yang sama hebatnya seperti sebelumnya. Kurasakan Jaka mengentoti memekku dengan tempo patah-patah selama beberapa kali dan kembali mencabutnya perlahan, memekku berkontraksi kuat menyemburkan squirt, cairan itu terasa menyemprot berkali-kali seiring dengan proses orgasmeku selama beberapa saat hingga akhirnya mereda. Kedua kakiku yang dipegang oleh Jaka mulai terasa lemas begitu juga dengan kedua tangan dan tubuhku yang terasa nyeri. Akhirnya Jaka membiarkanku untuk beristirahat lagi. Ia menghampiri diriku yang sudah babak belur, tangannya mengangkat wajahku yang dari tadi menempel di lantai dan melepaskan mouth-gag itu. Aku langsung batuk-batuk hebat memuntahkan banyak air liur yang dari tadi sudah tertahan membasahi lantai ruangan ini. Air mataku keluar tanpa sadar bukan karena menangis, namun aku justru menikmatinya. “Kamu capek ya? aku ambilin minum dulu…..” kemudian Jaka kembali mengangkat wajahku dan menempelkan botol air ke dekat bibirku membantuku untuk minum hingga tersisa setengah, tenggorokanku terasa segar setelah dialiri oleh air minum itu. Kemudian Jaka mengangkat tubuhku ke atas sofa dan membaringkannya. Ia mengelus-elus rambut panjangku yang sudah lepek dan berantakan. “Gimana Jinan pelajarannya, enak kan? kamu suka?” tanyanya dengan nada ramah. “I…. iya aku suka…..” jawabku lemah. “Sekarang apa kamu sudah sadar akan perbuatanmu, Jinan? atau memang kamu masih pengen dikasih pelajaran lagi?” tanyanya lagi. Aku jelas bingung karena otakku masih belum bisa berpikir jernih. Jujur, ini enak meski menyiksa dan ini pertama kalinya aku diperlakukan serendah ini. “A… aku tidak tahu….” jawabku tak bisa menemukan solusinya. Jaka membalasnya dengan guratan senyum kecil. Lalu, ia beranjak dari sofa. “Kamu tiduran dulu disitu sampai tenagamu pulih. Kita masih punya waktu tiga hari, aku akan persiapkan diri dulu untuk pelajaran berikutnya…..” ucapnya yang membuatku menelan ludah. “…. kamu akan suka dengan pelajaran yang akan kuberikan Jinan, aku yakin…..”

 

Terasa beberapa jam telah berlalu, dan aku masih dalam kondisi tangan kaki terikat dan terlentang pada sofa yang empuk. Ku bukakan kedua mataku setelah tertidur cukup lama, dengan malas aku menggerakan leherku dan aku tak melihat Jaka. Sembari menunggu aku memutar kembali kejadian beberapa jam lalu. Aku masih tak menyangka Jaka yang sebelumnya kukenal orangnya dingin, polos dan culun berubah drastis pada hari ini. Dia sangat marah dan kecewa denganku dan aku masih tak paham apa maksud dan tujuannya untuk “menyiksa” ku saat berlibur ini, dua hari yang lalu kami bersenang-senang layaknya teman biasa dan sekarang aku seakan-akan seperti korban “pemerkosaan”. Aku masih ingat betul tatapan matanya yang dingin, kosong dan menakutkan layaknya seorang psycopath. Namun di sisi lain aku merasa kalau semua ini terjadi karena kesalahanku sendiri, lebih tepatnya salah perhitungan. Aku memang ingin menjebak Jaka sama seperti yang kulakukan sebelumnya dengan cowok-cowok yang berniat mendekatiku. Akan tetapi semuanya gagal dan tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tubuhku masih terasa lemas, perutku mulai lapar meski tadi sudah sarapan. Entah kenapa aku malah merasa tidak sabar menunggu Jaka. Teringat juga perkataan terakhirnya sebelum meninggalkanku kalau nanti masih ada “pelajaran” yang harus aku turuti. Jantungku berdegup kencang, menantikan apa pelajaran yang dia kasih padaku. “Udah bangun kamu…..” tiba-tiba terdengar suara Jaka berjalan mendekatiku sambil membawa sesuatu. “Emmm…..” balasku mengeluh. “Maaf menunggu lama, Jinan. Aku bawain sesuatu buat kamu…” “Kamu lapar Nan?” terdengar suara Jaka, kuangkat kepalaku sedikit dan melihat wajah Jaka yang menatapku dingin. Tubuhku masih terasa lemas sekali setelah permainan gila yang kami lakukan tadi. “Aku punya selai cokelat, aku yakin pasti kamu suka kan?” tanyanya sambil menunjukkan selai itu padaku. Dalam hati sebenarnya cokelat adalah makanan favoritku dan tentunya perutku mulai memberontak. Aku menggangguk pertanda ingin makan. Kulihat Jaka membukakan tutup selai cokelat itu, aromanya cukup kuat pertanda selai tersebut bukanlah selai murah. Aku terkejut saat tangan kanan Jaka mengais isi selai itu hingga berlumuran cokelat, aku tak mengerti apa maksudnya. “Buka mulutmu….” Kuiyakan saja perintahnya lalu kubuka mulutku agak lebar, aku terkejut dengan apa yang dilakukan Jaka sekarang; tangannya yang berlumuran selai langsung ia masukkan ke dalam mulutku hampir setengahnya! seketika aku merasakan hal aneh karena benda aneh yang masuk ke dalam mulut tetapi karena aroma dan rasa selai yang begitu manis dan kuat aku malah merasa terbiasa. Jaka mendorong telapak tangannya dengan perlahan dan lidahku refleks menjilati semua selai cokelat disana. Kemudian ia mencabut tangannya yang telah berlumuran air liurku dan kembali mengais selai cokelat, memasukkannya ke dalam mulutku berkali-kali hingga selai tersebut telah tersisa setengah. Aku agak terbatuk-batuk setelah melahap selai itu dengan cara yang tidak biasa ini. Namun entah mengapa aku tidak meronta-ronta karena sudah diperlakukan serendah ini. Kemudian Jaka mengangkat tubuhku dalam posisi duduk di sofa, lalu dia mengambil kembali selai cokelat itu sedikit dan mengoleskannya ke bagian puting susuku yang telah menegang. Sesaat Jaka menatapku dengan dingin dan aku mulai merasa grogi entah mengapa hingga wajahku tersipu memerah. Aku mendesis merasakan olesan lembut selai cokelat yang dia ratakan menutupi puting susu merah mudaku, tanpa sadar kutatap dengan mataku yang begitu gampangnya menyayu ketika aku sedikit saja terangsang. ” Mmmhhhh…. ” erangku pelan menggigit bibirku sendiri dan menatapnya melihat Jaka dengan lembutnya melahap puting susuku yang terlapisi oleh selai cokelat. Lidahnya bergerak-gerak menggesek putingku yang telah sensitif menimbulkan sensasi geli bercampur nikmat. Tubuhku merespon dengan menyodorkan buah dadaku lebih dekat berharap Jaka dapat lebih menikmatinya. Aku bergetar dalam sensasinya, aku fokus dalam kenikmatannya sekaligus sedang membangun sebuah bayangan dimana sekarang aku seperti sedang menyusui seorang laki-laki yang sudah aku anggap sebagai teman dekatku ini. Memang, buah dadaku tidak besar namun aku yakin Jaka pasti menyukainya. Entah mengapa bayangan aku sedang menyusui Jaka membuat nafsuku kembali naik, aku mulai mendesah-desah nakal sembari kuatnya hisapan dan jilatan lidah Jaka. “Aughhh…. Ssshhhh…… kok digigit….” aku mengaduh merasakan gigi Jaka menggigit pelan puting susuku, sepertinya dia sangat gemas dengan bagian tubuhku ini. Kulihat dia yang sedang menggigit-gigit kecil buah dadaku dengan lembut dan penuh perhatian yang tentunya aku nikmati dengan penuh penghayatan. “Mmhhhh….. dadamu begitu indah Jinan, tapi sayangnya udah bekas punya orang” ucapnya sambil melepaskan bibirnya dari puting susu merah mudaku. “Kenapa sih kamu ngelakuin itu semua? apa untungnya? buah dadamu ini lebih pantas dinikmati sama laki-laki yang tulus, bukannya malah direlain sama orang-orang kotor….” ucapnya kembali. Aku hanya terdiam saja tak mampu untuk membalasnya. “Jawab Nan?? apa untungnya….” ia kembali membentakku yang tentunya membuatku merasa takut. “Aku…. aku tidak tahu…..” GREP Jaka dengan cepat meraih daguku dan menatapku dingin, apakah dia marah karena aku tak bisa menjawab pertanyaannya? “Aku udah bilang kan kamu harus turuti semua perintahku termasuk menjawab pertanyaanku dengan jujur. Mulutmu itu gunanya buat apa? buat ngomong bukannya buat ngisep kontol-kontol cowok yang pernah kamu jebak Jinan!!” “Jawab pertanyaanku!?” “Iya…. iya…. Aku…. aku suka diisep tetek buat ngasih kepercayaan cowok-cowok yang aku manfaatin…..” akhirnya aku kalah, aku terpaksa menjawab pertanyaanya meski memalukan. Jaka terdiam sejenak dengan tangan yang masih memegang daguku lalu ia kembali menatapku. “Jinan Safa Safira, kamu punya nama yang indah, wajahmu cantik, tubuhmu juga dan sifatmu yang baik namun dibelakang itu semua kamu justru bejat, rendah, memalukan!” “AUGHHHH……” tiba-tiba putingku dicubit olehnya dengan keras hingga aku melenguh kesakitan. “Benar-benar kotor buah dadamu Jinan, tapi aku heran kenapa gak ada bekas gigitan gitu, biasanya mereka ninggalin bekas merah” ucap Jaka yang tidak aku balas, ia kembali menggigit pentilku dengan cukup keras hingga akunya mengaduh kesakitan. “Aghhhh….. sakitt….” pintaku. PLAK “ADUHHHH…..” Jaka menampar buah dadaku hingga bergerak berayun-ayun, sekali lagi erangan rasa sakit keluar dari mulutku. “Dasar murahan, aku jadi muak rasanya. Ayo, kita lanjutkan pelajaran ini. Aku ingin kamu bisa ngerti sama dirimu sendiri” ucapnya dengan nada tinggi sambil tubuhku diangkat olehnya tanpa kesulitan. Ia membawaku kedalam kamarku dan menaruhnya di bawah lantai. Setelah itu Jaka mengangkat daguku dengan paksa dan menatapku kembali dengan tajam, rasa takut mulai melanda diriku memikirkan apa yang akan dilakukannya nanti. Jaka memberdirikanku diantara dua lututku, dia hadapkan aku ke cermin besar yang ada di kamar itu kemudian dari belakang dia remas-remas buah dadaku dengan kuat dan kasar mengaduk-aduknya seperti memainkan balon air. “Lihat buah dadamu Jinan” ucapnya yang langsung aku turuti. “Ini pasti salah satu bagian tubuh yang kamu banggakan kan? sampai bisa dimanfaatin buat godain cowok-cowok itu?? ” mulainya sembari bertatapan mata denganku melalui cermin ini. Aku tak menjawab, diam dengan perasaan ketakutan, aku bisa melihat wajahku yang tak beraturan dan kacau disana. “Lihat wajahmu juga, lihat!!” “Itu adalah dirimu Jinan, wajah yang seharusnya cantik dan manis sekarang jadi kotor, memalukan, menyedihkan. Apa selama ini kamu tidak sadar….” ucapan keras Jaka terdengar menyakitkan sebenarnya namun aku tak memberinya komentar dan hanya menuruti semua perlakuannya. “Aghhhhh……” Tiba-tiba dia menjambak rambut panjangku hingga kepalaku terdongak keatas, aku kembali meringis kesakitan. “Aku bisa membuatmu tersiksa, bahkan sampai membuatmu menjadi manusia yang lebih rendah dari binatang…..” Ia kuatkan jambakan rambutku sambil berkata dengan nada tinggi. Dia sangat marah padaku. “Ss…. Sakit…… Aghhhh…..” “Apa? kayak gini sakit? apa rasa sakit ini sepadan dengan perasaan cowok-cowok yang kamu manfaatin Jinan?” Ia terus menjambak rambutku selama beberapa saat hingga akhirnya ia melepaskannya. Jaka memutar tubuhku dengan paksa dan sekarang aku menghadap kearah selangkangannya. Kontolnya yang besar tegak mengacung di hadapanku yang membuatku menelan ludah. Di titik ini aku pasrah, pasrah dengan keadaanku dan berusaha untuk menerima “pelajaran” yang ia buat. PLAK Jaka menampar pipiku dengan kekuatan sedang, tidak sampai membuatku kesakitan namun tetap saja aku ditampar, lalu ia melakukannya berulang kali hingga rasa sakit mulai timbul pada pipiku. PLAK PLAK Setelah itu tangannya mulai mengelus-elus rambutku dengan lembut dan kemudian membelai pipiku yang sudah tercipta bekas merah, air mataku tanpa sadar keluar akibat perlakuannya yang menyakitkan. “Kamu suka kan?” ucapnya dingin. “I…. iya…. aku suka Jaka…. aku memang pantas ditampar….” balasku dengan bergetar. Seketika juga dia kembali menampar pipiku sebanyak empat kali hingga aku kembali mengerang kesakitan, namun entah mengapa aku yang seharusnya menangis, berteriak panik justru aku malah menikmatinya. Mungkin karena amukan birahi yang sudah mengganggu syaraf-syaraf kesadaranku membuat semua hal-hal yang berbau sakit berubah menjadi nikmat. Kemudian ia kembali mengelus pipiku dengan lembut dan juga rambutku, berusaha untuk menenangkan diriku. “Kamu mau kontol?” tanyanya dengan nada dingin, aku hanya menggangguk mematuhi perintahnya. “Yaudah sini buka mulutmu….” Aku turuti semua perkatannya dan membuka mulutku lebar-lebar. Jaka memegang kepala belakangku, mendorongnya hingga kontol besarnya masuk ke dalam mulutku dengan telak, diriku merasa terkejut karena perlakuannya yang begitu mendadak, kurasakan kepala kontolnya mulai menyeruak masuk ke dalam kerongkonganku. “Sshhhh….. nikmat sekali mulutmu Jinan” desisnya menikmati setiap pijitan-pijitan kecil otot mulut yang sengaja kulancarkan. Kemudian setelah dirasa nyaman Jaka mulai menggerak-gerakan kepalaku dengan mendorongnya hingga kontolnya mulai menyodok-nyodok anak tekakku, aku mulai kelabakan dan susah bernapas karenanya. Suara becek air liurku mulai terdengar jelas seiring dengan cepat tempo gerakan kepalaku yang dikendalikan olehnya. “OOGHHHHH GLOOGHHHHHH…..” aku mulai merasa mual seiring dengan anak tekakku yang disundul-sundul oleh kepala kontolnya. Jaka sepertinya sadar akan hal itu dan berharap untuk segera memelankan gerakannya. Namun perkiraanku salah, ia justru mengencangkan gerakan kontolnya bahkan sekarang kepalaku diguncang-guncangkan dengan paksa. “UWOOOGHHHH GHHHHH….” mulai kurasakan aliran isi perut bergerak dengan cepat keatas. Aku mau muntah. “Heh jangan muntah disini wanita murahan….. kamu harus tahan bagaimanapun caranya…. kamu dengar kan!!” ia kembali membentakku dengan kasar. Ugh, aku harus menahan sensasi ingin muntah ini dengan sekuat tenaga. Kedua mataku terus melotot merasakan sensasi aneh dan brutal ini dan air mataku terus keluar. Ini cukup sulit untuk menahan sensasi ingin muntah ini berbarengan dengan nafsu birahiku yang semakin naik. Aku berusaha dengan menahan nafasku tapi aku sendiri sudah susah sekali untuk bernapas. Tanpa sadar juga lidahku bergerak-gerak memberi stimulan pada kontolnya yang terus mengentoti mulutku dengan brutal. “OOGHHHHH HHOOGHHHH…..” aku sudah tidak kuat lagi, aliran isi perutku terus berusaha untuk keluar. “HHGHHHH Aku mau keluar Jinannn…. Aghhhhhhh……” Seketika dia memelankan gerakan kontolnya dengan mendadak sehingga sensasi muntah menghilang begitu saja, telat beberapa detik saja isi perutku akan keluar. Aku terkejut saat kurasakan kontolnya membesar dan semburan cairan spermanya keluar di dalam mulutku. Banyak sekali, aku sampai kelabakan untuk menampung semua spermanya. Setelah Jaka klimaks dia mencabut kontolnya dengan kasar, kepalaku jatuh ke bawah dan memuntahkan sebagian besar sperma yang bercampur dengan air liurku, tapi untungnya bukan muntah yang keluar. Kurasakan sedikit spermanya, sedap dan enak. Gila, selama aku bermain dengan cowok dan meminum spermanya, ini adalah sperma terenak yang pernah kurasakan! Jaka kembali mengangkat daguku, melihat kedua bola matanya yang dingin dan menakutkan. “Gimana rasanya? enak? apakah rasa sperma yang kamu telan sama seperti sperma cowok-cowok itu?” tanyanya dengan nada datar. “Emmm…. uhukk… uhukk…. enggak…. pejumu… enak….” jawabku jujur. “Enak gimana Jinan? kok aku ngerasa jawabanmu itu meragukan? kamu pastinya langsung jawab enak sama mereka kan? padahal belum tentu itu benar…..” jawabnya kembali dengan nada meninggi. “Enggak…. enggak…. aku jujur Jakaa… pejumu memang enak….” aku menggeleng-geleng. PLAK “Sialan kamu wanita murahan, benar-benar sudah separah ini. Aku terpaksa akan hukum kamu…..” Jaka kembali marah dan menampar pipiku dengan kuat hingga wajahku seperti terlempar. Kemudian dengan cepat ia kembali mengikat kedua tanganku dengan kuat, mengangkat tubuhku ke ranjang dan melemparnya. Aku hanya bisa pasrah saja tanpa memberinya perlawanan. Jaka mengatur tubuh lemahku ke dalam posisi tengkurap dengan kedua kakiku yang terletak di lantai. Ia membukakan lebar-lebar paha gemukku hingga memek yang telah berlendir banyak terpampang disana. Kurasakan batang kontolnya melesak ke dalam memekku dengan sangat mendadak sehingga kepalaku terangkat keatas dan mendesah panjang. Ia kembali mengentotiku dengan tempo cepat dan brutal, relung memekku terasa ngilu akibat ukuran kontolnya yang kelewat besar dan panjang. Aku hanya bisa mendesah-desah menikmati semua penderitaan ini. “AAGHHHH…..” aku berteriak kesakitan saat kedua tanganku yang terikat kebelakang ditarik olehnya, kuat sekali sampai kurasa tulang belikatku seperti mau copot. Rasa sakit bercampur dengan ngilu pada memek semakin memperparah nafsu birahiku yang terus naik. PLAK PLAK PLAK “AUGHHHH…. UHHHHH…..” buah pantatku ditampar olehnya dengan keras berulang kali sembari tempo entotannya yang semakin brutal. Terkadang ia memelankan sejenak temponya, lalu dikencangkan kembali dengan brutal, dipelankan lagi dan begitu seterusnya berulang kali sampai aku benar-benar kelabakan. “Pantatmu sungguh indah Jinan, bisa bulat gitu…. sayangnya udah jadi bekas cowok-cowok bejat kan?” ucapnya dengan penuh semangat. Aku tak mampu menjawabnya karena aliran birahi dalam diriku. “Ini jangan-jangan anusmu udah ditusuk juga, hah?? kok udah merekah merah gini…..” ah, dia sepertinya sudah tahu akan lubang pantatku. Ya, aku pernah melakukan anal sebelumnya meski tidak sering mengingat anal seks terasa sakit. “Gila-gila, memang pelacur kamu Nan…..” “AAGGHHHHHH SSSSHHHH……” Aku berteriak kesakitan saat kurasakan jemari tangannya mulai mengocok-kocok lubang pantatku! tubuhku mulai berguncang-guncang merasakan sensasi yang campur aduk. “Jaka….. jangan di pantatku…. aku mohon….” ucapku berusaha untuk menolaknya, namun tentu saja dia tidak merespon. PLAK PLAK “Aghhhhhh……” “Gak usah banyak komentar, pelacur. Kamu udah benar-benar rusak Jinan, aku kecewa banget sama kamu…..” amarah Jaka meledak terdengar oleh suaranya yang berbeda dari biasanya. “Aghhhh bangsat…..” Kembali tempo entotan Jaka mulai terasa kencang lagi, aku meronta-ronta bercampur dengan desahan lenguhan nikmat. Tak berapa lama memekku berkedut kencang, perutku juga berkontraksi kuat menandakan aku akan segera klimaks. Benar saja, aku orgasme hebat seketika, kurasakan memekku menyemburkan lendir yang amat banyak membasahi kontol Jaka yang terhujam dalam selama beberapa saat. Kemudian ia mencabut kontolnya dan mengocok memekku dengan jarinya, kencang dan brutal apalagi memekku masih dalam kondisi orgasme, seketika lubang kencingku mengucurkan banyak cairan bening pertanda aku kembali orgasme secara beruntun! Tubuhku terasa lemas sekali, pandanganku mulai mengabur. Aku sudah tidak mampu lagi untuk mengikuti “pelajaran” ini. Aku butuh istirahat. Namun sayangnya, Jaka tidak berpikiran seperti itu. “Heh, ini belum selesai pelacur, jangan pingsan dulu….” teriaknya sambil menjambak rambutku hingga kepalaku terangkat. Kedua mataku yang sebelumnya akan menutup langsung terbuka lebar, kembali aku mengaduh kesakitan dengan suara yang lemah. Ia mendekat kearah telingaku dan membisikkan sesuatu. “Enak, Jinan?” ucapnya dengan nada yang lembut, berbeda sekali dari sebelumnya yang penuh emosi. “Hhhh…. i..iya….” jawabku lemah, sebenarnya aku ingin memohon untuk istirahat namun kuurungkan niat ini, aku tak mau Jaka marah-marah lagi. Ia kembali membisikkan sesuatu yang membuat kedua mataku melotot. “Udah berapa kali kamu disodomi Nan? apa sama banyaknya seperti memek kotormu itu?” tanyanya. Aku langsung memutar memori, sebenarnya aku sudah lupa kapan terakhir kali aku disodomi. “Empaat kali….” kataku asal jawab, memang aku benar-benar tak ingat. Jaka menghela napas panjang, sepertinya dia akan marah kepadaku lagi dan aku hanya bisa pasrah saja. “Ya ampun Jinan, kenapa sih kamu bisa kayak gini? gak cuma memek, lubang pantatmu juga udah bekas orang! dasar pelacur!” PLAK PLAK “Aghhhh…..” aku mengerang kesakitan saat buah pantatku ditampar dengan kasar olehnya. Jaka tampaknya kembali marah dengan pengakuanku. “Sialan…. tak akan kuberi ampun kamu, Jinan….” Kemudian kurasakan ia membuka buah pantatku dengan kasar dan melumuri lubang pantatku dengan air liurnya, aku terkejut dengan apa yang akan dilakukan selanjutnya, tubuhku kuguncangkan dan aku berteriak dengan maksud untuk menolak aksinya namun yang aku terima malah tarikan keras kedua tanganku yang diikat sehingga aku kembali merasa kesakitan, air mataku mulai keluar dan terisak. “Jangan Jaka…. aku mohon… hiks… hiks….” “DIEM PELACUR!? kamu nikmati aja semua hukuman ini! kamu sebenarnya suka kan diginiin hah??” ucapnya dengan nada tinggi sekali hingga akunya terdiam. Aku menangis sesegukan merelakan lubang pantatku yang sebentar lagi akan disodomi. Kontol Jaka mulai menyeruak masuk ke dalam lubang pantatku yang telah licin oleh air liurnya. Rasa sakit, nyeri dan ngilu terasa amat hebat sembari kontolnya terus menusuk. Aku berteriak sambil menangis merasakan siksaan yang amat pedih ini. “Aghhhhh Jakaaa…… huhuhu…..” “Diem Jinan!! gak usah nangis ah, aku tak suka melihat cewek nangis apalagi suaranya bikin aku muak…..” teriaknya bengis, aku berusaha untuk menahan sakit dan tangis dengan sekuat tenaga. Jujur saja, aku tak pernah sampai begini. Kurasakan kontolnya terus berusaha melesak ke dalam pantatku, relung anusku memang terasa sempit sekali dan ditusuk oleh kontol Jaka yang berukuran besar dan tebal, dalam hati aku takut kalau anusku robek karena perlakuannya. Hingga akhirnya Jaka mendengus dalam saat pinggulnya menempel pada buah pantatku pertanda kontolnya sudah mentok ke dalam. Sensasi aneh mulai terasa dalam diriku, rasa ngilu yang awalnya terasa hebat mulai berangsur-angsur hilang digantikan dengan rasa geli nikmat yang sialnya, memekku juga mulai terangsang ditandai dengan kedutan-kedutan kecil dan produksi lendir yang keluar disana. “Uughhhhh…. sempit banget lubangmu Jinan….” desahnya menikmati sempit lubang pantatku, pujian yang dilontarkan malah membuat hatiku sedikit senang entah mengapa. Setelah beberapa saat mendiamkan kontolnya, Jaka mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan tempo perlahan, sepertinya dia tak ingin aku berteriak kesakitan lagi. Pantatku kembali bereaksi dan tanpa kusadari pantat bulatku mulai bergoyang-goyang merespon semua entotan kontol Jaka. “Nah lihat kan, bokongmu aja kayak seneng gitu disodomi. Ah, sialan kamu Jinan….” ucapnya. Beberapa menit kemudian ia mulai menaikkan tempo entotan kontolnya sama seperti dia mengentot memekku tadi, aku yang sebelumnya meraung kesakitan berubah menjadi desahan-desahan nakal. Sepertinya relung anusku sudah melonggar menerima batang kontol yang sedang menyodomi diriku. “Aghhh ahhhh….. e.. enak Jaka…. Aghhhh…..” “Waduh, ternyata kamu suka ya…. yaudah deh aku kencengin ya…” ucapnya dingin. Kemudian aku melenguh-lenguh merasakan kontolnya menyodomiku dengan cepat dan brutal, nafsu birahiku semakin naik dan semakin naik. Jaka meremas-remas buah pantatku dengan gemas bahkan memekku juga menjadi target permainannya dengan mengocok-ngocoknya pakai jemari. Aku semakin terangsang, rasa ngilu sudah benar-benar hilang sekarang. Mulutku mulai meracau tak karuan dan aku tak bisa mengontrol apa yang kuucapkan, bahkan aku malah menyemangatinya agar mengentotiku lebih buas dan brutal! Akumulasi rasa sakit yang tadi kurasakan sekarang kunikmati dengan setiap hujaman kontol Jaka di lubang anusku. Bermenit-menit Jaka fokus menyenggamaiku dengan tempo brutalnya dan aku sudah mau meledak rasanya terlebih ketika dia kembaki menarik dua tanganku lalu dia entoti aku seperti orang gila! “AHHHH JINAN AKU KELUARRR!!.. ” teriak Jaka tak berapa lama kemudian kurasakan kontolnya seperti membesar dalam relung anusku, bersamaan dengan orgasmeku yang juga sebentar lagi akan meledak. Uwahh, kontolnya menyemburkan sperma banyak sekali mengisi seluruh lubang pantatku namun Jaka masih mengentotiku dengan brutal tanpa terputus tempo, dan akhirnya aku juga melepaskan orgasme yang sudah tak bisa ditahan. Seluruh tubuhku terkejang-kejang, memekku kembali menyemburkan cairan bening yang deras membasahi lantai, kasur dan tubuh Jaka. Mataku terasa terputar balik kebelakang, mulutku terbuka lebar dan air liurku keluar menetes seprei saking hebatnya orgasme ini. Aku yakin Jaka juga mengalami hal yang sama. Kami sama-sama menikmati persetubuhan gila ini, menghayati orgasme-orgasme yang sudah kami ciptakan. Mataku seperti memutih, tubuhku juga terasa lemas sekali melepaskan semua energi yang tersimpan dalam tubuhku. Setelah badai orgasme berlalu, Jaka mencabut kontolnya dengan perlahan dan pantatku terangkat sedikit tanpa sadar lalu dia diamkan aku yang tak bisa melakukan apapun lagi masih dalam posisi yang sama. Hanya terdengar suara tarikan nafas kami yang sama-sama memburu. Jujur, semua rasa sakit, ngilu dan ucapan-ucapan kasarnya tadi sontak hilang begitu saja setelah merasakan siraman sperma yang banyak mengisi lubang pantatku. Entah mengapa aku justru mulai menikmati semua “hukuman” yang dilakukan olehnya saat ini, dalam hati aku berpikir apakah aku adalah seorang masochist? entahlah. “Gimana rasanya Jinan? Enak? begini kan yang kamu rasakan saat kamu disodomi sama cowok-cowok itu?” tanyanya. “Heh, kalau ditanya jawab lah….” Agh, dia kembali menampar pantat bulatku. Aku berusaha untuk menjawabnya meski mulutku memang terasa lelah setelah berdesah ria tadi. PLAK PLAK Ia kembali menampar pantatku berulang kali, aku mengaduh kesakitan dengan suara parau. “Jawab Nan…..” ucapnya lagi. “I… iya Jaka…. aku suka…..” jawabku. Jaka tampaknya mengerti lalu dia meremas-remas kembali pantatku dengan lembut dan mengelus-elusnya, rasanya nyaman dan geli merasakan kulit jemarinya menyentuh kulit pantat. “Kamu mau lagi?” Tanpa pikir panjang, aku langsung menggangguk kepala dengan perlahan. Memang tak ada pilihan lagi selain mengiyakan semua ucapan dari Jaka atau kalau aku menolak pasti dia akan memarahiku dan menyiksaku seperti janjinya. “Kamu istirahat dulu ya, aku ambilin makan dan minum di dapur…..” mendengar ucapannya aku bernapas lega, akhirnya dia memberiku kesempatan untuk istirahat dari “hukuman” ini. Sebelumnya Jaka membetulkan posisi tubuhku terlentang ke kasur karena aku tak kuasa melakukannya sendiri. Tak lama kemudian ia kembali ke kamar membawa gelas berisikan jus jeruk dan makanan ringan yang ditaruh di piring. Karena kedua tanganku yang masih terikat Jaka menyuapi makanan itu dan membantuku untuk minum. Kemudian setelah mengisi perut, tenagaku berangsur-angsur mulai pulih dan kembali Jaka menyuruhku untuk membetulkan posisi menjadi menungging, kepalaku terbenam pada bantal merasakan amukan kontol besarnya yang menusuk-nusuk memekku. Kembali aku mendesah-desah riuh mengisi ruangan kamar ini dan terasa suhu ruangan juga mulai pengap karena aroma keringat kami. Jaka menghentikan kegiatannya sejenak dan menghidupkan AC, kemudian kembali menyetubuhiku dengan brutal. Emosi Jaka mulai kembali memuncak, ia menyumpahiku dengan ucapan-ucapan yang menusuk dan merendahkan diriku sebagai wanita pelacur, meski sebenarnya memang benar dan aku sadar akan hal itu. Kemudian setelah cukup lama kami melakukannya di posisi nungging, Jaka membetulkan tubuhku ke dalam posisi miring dan dia berada di belakangku kembali melesakkan kontolnya yang selalu membuatku melayang-layang. Temponya yang awalnya pelan langsung beranjak jadi kencang dan brutal seperti biasa, terkadang tangan Jaka meremas-remas kencang buah dadaku serta memilin-milin puting susuku. Aku sungguh kelabakan dengannya, benar-benar di luar dugaanku. “Kamu suka kan di posisi gini? hah?? apa kamu juga digituin sama cowok-cowok itu Jinan??” tanyanya membisik di telingaku yang langsung membuatku merinding geli. “Aghhh…. iyahhhh…. aku sering ngentot di posisi gini Jakaa…. Aghhh…. biar kontolnya kena memekku terus…..” balasku sambil terus menikmati setiap hujaman kontolnya. Ia tidak menjawab, hanya dengusan napasnya yang terdengar. Salah satu kakiku diangkat olehnya untuk memudahkan proses persetubuhan ini. Aghh… kontolnya begitu nikmat. Tak berapa lama Jaka kembali berganti posisi. Sekarang tubuhku diangkat olehnya dengan mudah sambil kontolnya masih terhujam dalam memekku. Aku sendiri kagum saat ia mengangkat tubuhku, mungkin karena otot-otot pada dirinya yang memudahkan dia untuk menahan tubuhku. Kami saling bertatapan, melihat kedua mata Jaka yang dingin, refleks kudekatkan kepalaku kearah bibirnya namun aku terkejut dia menghindari bibirku dan langsung menyerang leher belakangku yang sialnya, itu adalah bagian sensitifku. “Ahhhh ahhhhh…….” desahanku semakin intens akibat dari rangsangan puting dan leher belakangku. Tubuhku berguncang-guncang merasakan kontolnya yang semakin kencang mengentotiku namun dia dengan mudahnya menahan tubuhku sehingga tak akan jatuh ke lantai. Seketika aku merasakan kembali orgasme yang sama hebatnya seperti sebelumnya, karena tanganku yang masih terikat ke belakang aku tak bisa memeluk tubuhnya. Kembali cairan beningku memancar dengan kuat membasahi selangkangannya, kepalaku terdongak keatas dengan mulut terbuka lebar, entah sudah berapa kali aku orgasme hingga muncrat-muncrat seperti ini namun yang pasti aku kembali merasa lelah. Ia menaruh tubuhku kembali ke atas kasur dengan posisi terlentang, terasa sedikit nyaman tubuhku menyentuh seprei kasur yang lembut dan empuk, namun entah mengapa jantungku berdegup kencang melihat Jaka berada diatas tubuhku, apakah hukuman ini masih belum selesai? tolong Jaka, beri aku istirahat lagi….. “Kamu capek? padahal hukuman ini masih belum selesai kok udah tepar Jinan?” ucapnya dengan nada tinggi, aku kembali merasa ngeri mendengarnya pertanda Jaka masih ingin menghukumiku. Melihat diriku yang tergeletak lemah Jaka segera mengangkatku sedikit membetulkan posisinya dan….. alangkah terkejutnya aku apa yang dilakukannya sekarang. Dia dengan santainya menduduki wajahku dengan pantatnya! Wajahku langsung tertutup oleh pantatnya dimana anusnya berada persis dibagian mulutku. Dalam posisi tersebut juga aku coba menahan semampuku berat badannya karena Jaka benar-benar mendudukkan dirinya dengan wajahku sebagai alas duduknya. Aku mulai gelagapan mencari celah untuk bernafas dicelah-celah pantatnya. “Kamu kayaknya gak suka aku giniin ya Jinan…..” “Asal kamu tahu, wajahmu itu pantas didudukin. Wajah cantik manis tapi taunya jadi pelacur hina…..” ucapnya kembali merendahkanku. “Heh…. jawab!? kamu gak suka aku dudukin….” ucapnya lagi dengan nada tinggi, aku masih kelabakan mencari napas yang tersisa sedikit pada paru-paruku “Aku… aku suka Jak….. ” jawabku cepat sebelum dia semakin marah. “Murahan kamu emang Jinan, sekarang jilatin anusku cepet…..” Aku langsung menuruti perintahnya, kujulurkan lidahku tepat kearah bibir anusnya yang sempit itu, awalnya aku merasa ragu dan takut karena ini pertama kalinya aku melakukan hal ini, namun aku langsung mengenyahkan pikiran itu. “Ahhh enak bener Nan… lidahmu begitu lihai mainin lubangku. Memang wajah cantikmu itu pantas didudukin” desah Jaka merasakan lidahku memainkan lubang pantatnya, terkadang pantatnya sengaja ia gerak-gerakkan seakan akan seperti mengulek wajahku. “Ughhh…. benar-benar rusak kamu Jinan, bahkan pelacur biasa gak bakal sampai kayak gini…. kamu suka kan?” “I… iya… aku memang pelacur… aku rusak Jakk….” ucapku di sela-sela pantatnya, nada suaraku juga bergetar secara tak sadar muncul sensasi aneh pada diriku. Entah mengapa aku malah menikmati ini semua! “Gila… gila…. aghhhh….” Jaka mengangkat pantatnya yang sudah aku lahap lubang anusnya. Ah, akhirnya aku dapat menghirup napas lega namun tentu saja dia tak mau membiarkanku istirahat. Jaka membalikkan tubuh lemahku ke posisi tengkurap dan…. Agh…. dia menampar pantatku berulang kali dengan keras hingga aku merintih-rintih kesakitan. PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK “AGHHHH AHHHHH….. ampun Jak… hiks hiks….” jeritku pilu sambil mulai menangis. Tetapi Jaka seperti tidak merespon dan terus menampar pantat bulatku. “Aghhh…. aku muak sama kamu Nan…. bisa-bisanya kamu jadi serendah ini…..” teriak Jaka dengan amarahnya yang kembali meledak. Terus menerus aku merintih merasakan perih dan panas yang timbul dalam tamparan kuatnya. “Dah aku bilang jangan nangis, harusnya kamu menikmati ini semua kan??” “Hiks… hiks… am.. punnn….” Tiba-tiba dia mengangkat pantatku agak tinggi yang secara tak langsung kedua kakiku juga ikut naik. Tanpa persiapan apapun dia melesakkan kontol besarnya ke arah lubang pantatku dengan mendadak. Aku melolong kesakitan bercampur dengan sedikit rasa nikmat pada pantatku. Kembali dia merojok-rojok lubangku dengan ganas dan brutal dan dibarengi dengan tamparan keras pada pantatku yang membuatku semakin tenggelam dalam penderitaan nikmat ini. “Masih mending aku sengaja gak pecutin pantatmu Nan, aku masih punya rasa kasihan sama kamu…. Aghhh… Sshhhh….” ucap Jaka sambil mendesah sendiri. Tak lama berselang kami kembali merasakan orgasme secara berbarengan. Kontol Jaka berkedut-kedut membesar di dalam lubang pantatku menyemburkan banyak sperma disana, bersamaan juga aku mendapatkan orgasme yang sama hebatnya seperti sebelumnya, memekku memuntahkan kembali cairan bening seiring dengan kedutan kuatnya. Tubuhku terkejang-kejang hebat, keringat terus keluar banyak hingga tubuhku terasa mengkilat. Tenagaku sudah benar-benar habis, memek dan lubang pantatku juga semakin terasa ngilu akibat orgasme dan hujaman kontol besarnya, namun saat aku mau memejamkan mata Jaka menarik rambutku kembali hingga kepalaku terdongak memudarkan sensasi ingin pingsan. Aku tahu dia tak ingin aku pingsan dan harus tetap bangun selama proses “hukuman” ini berlangsung. Dan setelah itu aku kembali disetubuhi berkali-kali dengan berbagai macam posisi, kondisi tubuhku sudah semakin lemah bahkan rasanya tulang-tulang dalam tubuhku seperti copot seiring dengan orgasme demi orgasme yang terjadi. Aku sudah tak ingat lagi berapa kali aku muncrat-muncrat setelahnya. Akhirnya dalam satu titik, kesadaranku mulai memudar, kedua mataku sudah tak bisa membuka lagi hingga akhirnya aku pingsan. Semuanya menjadi gelap. Entah sampai kapan penderitaan ini berakhir.

Kubuka kembali kedua mataku setelah tak sadarkan diri cukup lama. Aku menyadari kalau sekarang aku berada dalam posisi duduk di kursi dengan kedua tanganku yang terikat kuat. Perlahan-lahan aku berteriak meminta tolong dan menyebut nama Jaka karena aku sendirian di ruangan ini. Aku haus, perutku juga lapar sekali dan tentunya aku masih terasa lelah. KREK “Udah bangun kamu Jinan?” Jaka muncul dari pintu sambil membawa sesuatu. “Ini sudah hari kedua Nan, pelajaranmu masih belum selesai….” ucapnya yang tentunya membuat bulu kudukku merinding. “Jaka…. aku mohon hentikan….. aku sudah tidak kuat lagi….” ucapku memohon padanya namun dia tidak mendengarkan dan sibuk dengan peralatan yang ia bawa. Dalam hati aku penasaran apa itu. “Kamu lapar ya? aku suapin makanan” Kemudian Jaka membawakan sebuah piring berisikan nasi dan telur ceplok. Melihatnya saja membuatku menelan ludah, baunya enak sekali sehingga perutku mulai memberontak. Lalu Jaka menyuapi makanan yang ia buat dan aku pun menikmatinya setelah habis dia membantuku untuk meminum jus jeruk. Ah, rasanya segar sekali dan perutku juga kenyang. Lalu Jaka berjalan keluar dari ruangan ini dan kembali lagi beberapa saat kemudian, sepertinya ia menaruh piring dan gelas di dapur dan mencucinya. Jaka berjalan mendekatiku dan mengangkat daguku hingga kami saling bertatapan. Seperti biasa, aura matanya dingin dan menakutkan. PLAK PLAK Dia menampar wajahku cukup keras hingga kepalaku seperti terlempar. Rasa sakit yang timbul terasa cukup membuat air mataku keluar, aku mulai terisak menahan tangis. “Hiks…. hiks…..” Dia hanya memasang muka dingin tanpa merasa bersalah. Aku hanya tertunduk masih merasakan pedih pada pipi dan bibirku, tak mampu untuk berteriak. Ah, sekarang dia menutupi kedua mataku dengan kain hitam sehingga aku tak dapat melihat apa-apa hanya gelap saja. Aku mulai meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri namun kembali aku menerima tamparan keras pada bibir dan pipiku. Semuanya menjadi gelap, aku semakin panik akan apa yang terjadi selanjutnya. “Ja.. Jaka….. please…..” ucapku memohon padanya namun sepertinya sia-sia. “Jinan…. Jinan, kamu gak usah takut ya. Ini akan enak dan kamu pastinya akan suka” ucap Jaka yang tentu saja aku tak mengerti maksudnya. “Siap ya Jinan, aku akan memberikan pengalaman yang tak akan bisa kau lupakan hehe” KLIK Aku bisa mendengar suara benda aneh seperti sedang di tarik, kepalaku dipenuhi dengan rasa takut sekaligus penasaran. “Siap ya, aku coba sekali dulu….” DOR “AGHHHH……” rasa sakit yang cukup kuat terasa sekali pada perutku. Apa itu? apa yang sedang dia lakukan terhadapku sekarang? DOR DOR DOR “AAGHHHHH SSHHHH AAHHHHH SSAKITT……” perutku seperti dihantam oleh benda kecil namun cukup untuk memberikan rasa sakit. Karena kedua mataku ditutupi kain indera perabaku menjadi kuat entah mengapa, karena itu lah rasa sakit yang kuterima terasa kuat sekali. Tubuhku meliuk-liuk tak karuan secara tak sadar, aku yakin perutku sudah memerah akibat hantaman benda aneh itu. Kemudian setelah beberapa saat berhenti, kembali tubuhku dihantam benda aneh itu pada bagian selangkangan dan buah dadaku berulang kali hingga aku meronta-ronta. Teriakan bercampur dengan isakan tangis mengisi ruangan kecil ini, kudengar dengan jelas suara benda aneh itu terus bekerja bahkan sepertinya semakin cepat. Selangkangan dan buah dadaku terus dihantam berulang kali. Tapi…. entah mengapa rasa sakit dan pedih mulai sedikit menghilang digantikan oleh rasa geli dan nikmat….. “Aahhhh…. Sssshhhh…..” desahku. “Gila kamu Jinan, ditembak pakai airsoft aja bisa keenakan gitu. Benar-benar cewek aneh…..” Dari ucapan Jaka aku baru tahu kalau dari tadi tubuhku ditembak oleh airsoft gun miliknya. Aku tahu Jaka memiliki beberapa koleksi airsoft yang ia simpan di rumahnya. Aku mengetahuinya saat berkunjung ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok. “Gue nyalain dildo mu ya, biar kamunya makin liar….” “Ta… tapi…. sshshhhhhh ughhhh….” Aku baru sadar sebelumnya Jaka sudah melesakkan dildo milikku itu ke dalam lubang pantatku saat aku tak sadarkan diri tadi. Dildo yang memiliki fitur getar itu menyala dengan keras menggetarkan lubang pantatku disana. Desingan suara tembakan airsoft semakin terdengar jelas dibarengi dengan rasa sakit yang semakin kuat akibat hantaman peluru mainan dari senjata airsoft itu. Memekku yang sudah terbuka lebar itu tampaknya akan menjadi target senapannya dan benar, aku kembali merasakan sakit, ngilu dan sedikit geli pada bibir memekku bahkan sekarang dia menembakkannya tepat pada klitorisku! “Uughhhh ssshhhhh….. Sakitt Jakkk… hiks hiks….” aku terus meronta-ronta menangis bercampur dengan suara desahan. Otakku yang sudah tak jernih itu semakin memperparah keadaanku. Tak lama kemudian tubuhku mulai mengejang hebat berbarengan dengan kontraksi hebat pada perut bawahku. Kepalaku terdongak keatas dan melenguh panjang. Aku orgasme, kurasakan memekku berkedut hebat menyemburkan cairan bening yang amat banyak bahkan kurasakan juga lendir dalam memekku juga keluar, aku tak bisa melihatnya karena kedua mataku tertutup kain. Jujur saja, meski menyakitkan aku malah merasa keenakan sekarang. Setelah orgasme itu berhenti aku terengah-engah berusaha mengambil oksigen yang tersisa pada ruangan ini. Aroma pengap dan keringatku tercium kuat sekali. Kudengar langkah kaki Jaka berjalan mendekatiku dan mengangkat kepalaku. “Kamu suka kan diginiin? sampai ngompol banyak tadi….” tanyanya yang tentunya aku terpaksa menjawab “iya”. “Jinan… Jinan. Huh, kenapa sih kamu malah keenakan hah? apa kamu suka disiksa kayak gini?” teriaknya tepat pada telingaku. “Iyahhh… iyahhhh…. aku pantas disiksa Jakkk…. aku kotor, pelacur…” jawabku sembarangan karena otakku sendiri juga sudah kacau. Ia tak menjawab ucapanku. Lalu aku merasakan tubuhku diangkat olehnya dan menaruhnya di bawah lantai. Ia membetulkan posisiku sehingga aku berada dalam posisi merangkak dengan kedua tangan yang masih terikat ke belakang. Aku tak mengerti sekaligus penasaran apa yang akan dilakukannya nanti. “Dah kamu tetap dalam posisi ini dan tahan kakimu….” “I.. Iya….” jawabku lemah. “AGHHHH AHHHHHH……” Aku kembali berteriak saat merasakan kembali tembakan keras senjata airsoftnya yang mengenai pantat bulatku. Berkali-kali ia melakukannya hingga pantatku terasa nyeri dan terdapat bekas-bekas merah. Tanpa sadar juga pantatku bergoyang-goyang sembari merasakan hantaman peluru mainan dari senjatanya. “Gila kamu Jinan…. benar-benar gila…. kamu memang suka disiksa….” ucapnya disana. “Aghhhh…. Ahhhh…. aku mau muncrat…..” Yah, kembali aku mengalami orgasme. Cairan pipis enak mengucur deras membasahi lantai kamar, tubuhku mengejang-ngejang dan kepalaku terangkat dengan mulut terbuka meneteskan banyak air liur. Dalam hati aku semakin sadar akan sisi gelap dalam diriku kalau aku adalah seorang masochist. Singkatnya setelah orgasme itu mereda kedua kakiku tak kuasa untuk menahan tubuhku dan terjatuh di lantai. Kemudian Jaka melepaskan penutup mataku dan melihatku dingin. Ekspresi wajahnya yang aneh dan menakutkan kembali membuatku merinding. Ia sedikit tersenyum sambil mengelus pipiku, aku pikir dia akan menamparku lagi tapi ternyata tidak. “Kita lanjutkan lagi ke pelajaran selanjutnya. Pastinya kamu masih kuat kan?” tanyanya yang langsung kubalas dengan anggukan. “Sekarang kamu sadar kan siapa kamu….” “Iya… iya…. aku pelacur Jak….” “Aku suka tubuhku dijadikan mainan sama cowok, aku…. aku suka memainkan hati cowok hanya untuk nafsu…..” ucapku pelan yang membuatnya tersenyum. Ia mengelus rambut panjangku yang lepek karena keringat yang sedikit memberiku perasaan tenang. “Jinan, apa kamu pernah mikir untuk berubah? kamu pastinya tahu perbuatan yang kamu lakukan itu merusak moral?” aku tertegun mendengar ucapan Jaka yang berbeda dari sebelumnya, ia seperti menasehatiku. Entah mengapa hatiku mulai merasakan gemuruh. Timbul banyak dilema yang menerpa hatiku. Memang meski aku menikmati “dunia” yang aku buat, di sisi lain aku sempat merasakan penyesalan mengapa aku jadi seperti ini, terlebih tentang perasaan “benci” terhadap laki-laki yang selama ini menjadi prinsip hidup justru membuatku tersiksa. Di saat aku menjebak salah satu laki-laki yang mendekatiku, aku tak merasakan apa-apa, perasaan suka pun aku tak pernah. Yang kulakukan hanyalah untuk menjebaknya supaya dia bisa menikmati tubuhku kemudian kutinggalkan mereka dengan berbagai macam alasan. Aku hanya bisa tertawa melihat laki-laki yang kena jebakanku merasa kecewa dan marah sampai pernah aku ditampar oleh mereka. Ya, yang menamparku adalah orang yang benar-benar serius dan punya perasaan denganku, tapi masa bodoh, aku tak peduli sama mereka. Namun di sisi lain aku merasa iri saat melihat teman-temanku bersama pacarnya. Mereka tampak bahagia, sesuatu hal yang sudah lama sekali tidak aku rasakan. “Jinan…. kenapa kamu diam? apa ini semua masih belum cukup untuk bisa membuatmu sadar?” tanya Jaka datar. Aku masih tak mengerti apa maksudnya dan bingung harus jawab apa. Jaka menghela napas panjang dan kembali menatapku. “Sepertinya masih belum cukup ya? oke, kalau itu maumu….” Jaka mengangkat tubuhku yang lemah tak berdaya dan membawanya keluar dari kamar, aku terkejut setelah sadar Jaka membawaku ke dalam kamar mandi. Ia menaruhku ke dalam bathtub dengan posisi terlentang lalu Jaka menghidupkan shower membasahi kepalaku. Rasa dingin menerpa kepala dan seluruh tubuhku, aku sempat gelagapan karena air shower yang terus keluar membasahi kepalaku. Kemudian Jaka beranjak ke bathub yang kebetulan cukup besar dimasuki dua orang dan langsung melebarkan kedua pahaku, Jaka menurunkan kepalanya dan melahap bibir memekku yang berlendir yang tentunya aku mendesah-desah, kepalaku terangkat ke atas tepat pada shower sehingga wajahku terbasahi oleh air. “Aghhhhh shhhhh……” kurasakan geli dan nikmat yang teramat hebat di bagian memekku, Jaka mengisap-isap klitorisku yang telah menegang, menjilatinya dan menggigitnya gemas. Tubuhku kembali menggelinjang hebat merasakan amukan birahi yang semakin naik. Air semakin mengisi bathub yang kami tempati hingga terisi sepertiga, sembari Jaka sibuk memainkan memekku salah satu tangannya bergerak meremas-remas buah dadaku dengan lihai, semakin merangsang tubuh binalku ini dengan kuat. Tak lama berselang aku melenguh kencang, perut bawahku kembali berkontraksi hebat beserta kedutan kuat pada memekku. Jaka terus memainkan klitorisku selama beberapa saat hingga dia mencabutnya dari sana. Kucuran pipis enak menyembur deras membasahi wajahnya, aku terkejang-kejang menikmati sensasi orgasme ini. Jaka membiarkanku untuk istirahat sejenak meski kepalaku masih tersiram oleh air shower, aku mulai menggigil kedinginan karenanya. “Jaka….. aku kedinginan….” ucapku lemah. Ia menatapku dingin. “Kenapa? bukannya kamu pas muncrat tadi justru bikin tubuhmu panas ya Jinan? panas oleh birahimu sendiri….” jawabnya, sepertinya dia tak peduli dengan kondisiku. “Jaka…..” “Ini belum berakhir Jinan, kamu sebaiknya nikmati aja semuanya….” Dan seperti sebelumnya, aku kembali disetubuhi olehnya dengan berbagai macam posisi dan tentunya, brutal. Memek dan anusku ditusuk-tusuk oleh kontolnya berulang kali hingga aku mengalami orgasme yang sangat menguras tubuhku, entah sudah berapa kali memekku memuncratkan banyak cairan dan juga kontol Jaka yang menyemburkan sperma, namun anehnya dia hanya mengeluarkan spermanya di lubang pantatku. Banyak dan kental hingga terasa lubang pantatku terisikan spermanya. Dia terus membantai tubuhku dan sesekali membisikkan kata-kata yang sama seperti sebelumnya. “Apa kamu sudah sadar siapa kamu sebenarnya Jinan? apa kamu tidak ingin berubah” Berkali-kali ia mengucapkan hal itu dan tentunya aku tak bisa menangkap arti dari ucapannya, nafsu birahiku merusak segalanya. Entah sudah berapa lama aku dan Jaka berada di kamar mandi ini. Tubuhku sudah tak mampu merespon rangsangan apapun seperti mati rasa, pandangan mataku terus mengabur dan akhirnya gelap. Aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu.
0000​
Ini sudah berapa hari aku disini? bersama Jaka…. Liburan yang seharusnya menyenangkan, berubah menjadi menyakitkan. Entah sudah berapa kali dia “menghukumi” ku sampai aku benar-benar lupa. Kubuka kedua mataku, entah sudah berapa lama aku tertidur pulas setelah hari sebelumnya dia membantai diriku. Tunggu dulu, yang kulihat sekarang bukanlah langit-langit kamar villa. Itu daun pohon, dan di celahnya terdapat langit biru dengan awan-awan disisinya. “Ughhhh….. Jaka…..” aku memegangi kepalaku yang masih terasa pening, setelah pandanganku mulai jelas aku terkejut menyadari kalau aku sekarang berada di luar! Ah, dan juga aku berada dalam posisi telanjang! tak ada busana atau kain yang menutupi tubuhku! sontak aku mulai panik, pikiranku juga mulai merasa tak enak, apakah Jaka sengaja meninggalkanku disini? “Hei, kamu udah bangun” aku menoleh merasakan pundakku ditepuk, ternyata Jaka berada di sisiku dari tadi. Dengan pandangan matanya yang dingin kembali membuatku merasa ketakutan, apakah ini salah satu dari “hukuman” yang harus kujalani? “Kamu gak usah khawatir, kita berada di sungai saat hari kedua, kamu masih ingat? tempat ini sama sekali tidak terjamah manusia dan hanya kita berdua saja disini….” jelasnya sedikit menenangkanku namun tetap saja keadaanku yang telanjang membuatku cemas. “Aku…. kenapa aku telanjang Jak…” tanyaku. “Aku juga kok, kamu gak sadar?” Ucapannya benar, dia juga telanjang sama seperti diriku. Tubuh kekarnya yang membuatku terkagum-kagum dan juga kontolnya yang masih layu namun masih terlihat besar. Ia mendekati wajahku hingga kami saling bertatapan, aku sebenarnya ingin menoleh kebelakang namun entah mengapa niat ini kuurungkan. “Ke… kenapa kita disini?” tanyaku. “Kamu lupa sekarang hari terakhir kita berlibur disini?” “I… iya aku ingat….” ucapku bergetar. “Aku akan kasih pelajaran terakhir sebelum kita pulang nanti, aku mau kamu main disini….” ucapnya memintaku. Sama seperti sebelumnya, aku tak bisa menolak permintaannya karena kalau tidak aku pasti dimarahin lagi, tanpa pikir panjang aku menggangguk tanpa berkata apa-apa. Aku ingin semuanya berakhir. “Baiklah kalau begitu, kita ke batu besar sana. Sekalian ngerasain air dingin sungai ini Jinan….” Aku mengikuti Jaka berjalan menuju batu besar yang letaknya tak jauh dari posisi kami. Terasa aneh memang berjalan di alam terbuka tanpa memakai sehelai benang pun namun entah mengapa aku malah merasakan kedamaian dan ketenangan sekarang, terlebih suasana sekitar sungai pada pagi hari yang begitu indah, udara yang dingin segar serta burung-burung yang berkicau keras. Seakan-akan aku seperti menyatu dengan alam. Terlebih aku baru menyadari Jaka tidak seperti hari-hari sebelumnya, sifatnya berubah terhadapku. Ucapan dan nada bicaranya lembut sekali bahkan aku seperti tidak mengenalinya. Kemudian kami tiba di batu besar, Jaka langsung menyuruhku untuk duduk bersandar disana. Kami kembali saling bertatapan, meski mata dan wajahnya tampak dingin aku merasakan dia seperti tak ingin memarahiku dan merendahiku. “Jinan…. kamu cantik sekali….” ucapnya yang entah mengapa aku jadi tersipu dan mukaku menjadi sedikit merah. “Aku harap selama liburan ini kamu bisa berubah menjadi wanita yang seharusnya Jinan…..” Tiba-tiba dengan cepat Jaka menyerang buah dadaku, menjilati puting susuku dan menggigitnya kecil. Kepalaku terdongak keatas dan mendesah merasakan kenikmatan mendadak ini. Suara desahan yang kuhasilkan cukup keras dan membuatku cemas kalau ada yang mendengar selain aku dan Jaka namun sepertinya hanya kita berdua saja disini. “Ahhhhh…. Shhhhh…..” Jaka sibuk mengulum puting susuku dengan gemas seakan-akan seperti mainan saja padahal kepunyaanku tidak sebesar yang dibayangkan namun sepertinya Jaka menyukainya. Sesekali Jaka menggigit kembali putingku dengan lembut hingga aku mendesah panjang. Kemudian jilatannya turun kearah perutku, memainkannya ke arah situ berikut pusarku yang terpasang tindik, aku kembali menggelinjang keenakan setelah Jaka sengaja menghisap tindik pusarku hingga kulit pusarku sedikit tertarik, terasa sedikit nyeri namun geli dan nikmat. Setelah puas bermain di area perut, lidah Jaka kembali berjalan menuju arah selangkanganku, memekku mulai berkedut-kedut kecil basah karena lendir yang terproduksi disana. Jaka mencium bibir memekku dengan lembut dan mesra, sesekali lidahnya dengan lihai membelai klitorisku yang menegang sehingga reaksi tubuhku semakin menguat, bahkan saking nikmatnya kedua pahaku sekarang menjepit kepalanya dengan kuat. “Mmmmhhh… Ughhhh…. Jakaa……” desahku mesum, Jaka tampaknya tidak meresponnya dan terus asyik memainkan memekku. Setelah beberapa lama dia memainkan memekku, Jaka melepaskan bibirnya dan menegakkan kepalanya, kulihat bibirnya belepotan cairan lendir memekku sendiri. “Aku masukkin ya Jinan, aku sudah tidak sabar…..” ucapnya dingin namun lembut. Entah mengapa aku melihat ekspresi wajah Jaka berubah sama sekali, tidak seperti kemarin yang tampak menakutkan, sekarang wajahnya malah sedikit memerah entah mengapa. “I… iya Jak…. aku udah pasrah…..” Kemudian Jaka bersiap-siap menusukkan kontolnya yang sebelumnya ia kocok-kocokkan supaya menegang. Aku tertegun melihat bentuk kontolnya yang kekar dan besar, sampai aku menelan ludah berkali-kali dan berpikir takut kalau besar kontolnya itu justru bisa merobek memekku. “Aghhhh……” Jaka mulai melesakkan kontolnya dengan perlahan, aku bereaksi dengan mengeluarkan desahan kuat dan tubuhku terasa menegang. Pinggul Jaka mulai melakukan gerakan mendorong berusaha melesakkan kontolnya hingga terasa kepala kelaminnya yang besar itu menyundul mulut rahimku. Setelah terdiam sejenak, Jaka menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan tempo perlahan yang justru membuatku kelabakan karena kontur kontolnya yang dipenuhi urat-urat menggesek relung memekku. “Aghhh ahhhh…. Sshhhh…..” Jaka terus menyetubuhiku dengan tempo perlahan pada awalnya kemudian beberapa menit berselang ia menaikkan temponya. Kami saling bertatapan sembari mendesah bersama merasakan kenikmatan birahi yang kami lakukan, dengan cepat kepalaku maju kearahnya dan mulai mencumbu bibirnya. Ya, ini pertama kalinya aku berciuman dengan Jaka, dia awalnya kaget karena aksiku namun dengan cepat ia mulai terbiasa dan membalas cumbuanku. Lidah kami saling terikat dan menari-menari dengan air ludah yang bercampur sembari kelamin kami saling bergesekan. “Ahhh…. Ahhhh… Terus Jaka…. aku ngerasa enak…..” desahku di sela-sela cumbuan kami. “Aku…. aku mau pipis Jak… Aghhhhh…. Aghhhhhh…. sshhhh…..” Tercapailah orgasme yang sudah kunantikan, Jaka terus menyetubuhiku dengan tempo kencang sembari orgasmeku yang sudah terjadi dan kemudian ia mencabut kontolnya. Kurasakan semburan cairan bening dengan deras membasahi tubuhnya. Tubuhku sendiri terkejang-kejang hebat merasakan sensasi orgasme yang luar biasa ini. Kemudian Jaka dan aku beristirahat dengan senderan di batu besar. Aku terengah-engah mengambil banyak udara segar di tepi sungai ini yang entah mengapa dalam waktu singkat tenagaku mulai terisi lagi. Aku melirik Jaka yang juga terengah-engah. “Jaka……” panggilku yang membuatnya menoleh kearahku. “Iya Jinan…..” balasnya lembut meski tatapannya dingin. “Aku… aku mau tanya sesuatu… tapi kamu gak apa-apa kan? takutnya kamu marah kayak kemarin…..” ucapku agak cemas. Aku ingin tahu kenapa Jaka melakukan ini semua padaku. “Iya Jinan, tanya aja….” “Jaka, kenapa kamu lakukan semuanya padaku? apa tujuanmu selama ini….” tanyaku memberanikan diri. Sunyi sejenak, sepertinya Jaka memikirkan jawabannya dan aku menunggunya saja. “Aku ingin kamu berubah Jinan, menjadi wanita yang seharusnya. Jujur setelah aku tahu kamu yang sebenarnya, aku merasa kecewa sekali, aku tak tahu tujuanmu juga kenapa kamu melakukan itu semua. Kamu pastinya tahu yang kau lakukan itu bukan perbuatan baik Nan…..” Aku tertegun sejenak, memang bukan jawaban yang aku terima namun ucapan Jaka entah mengapa membuatku berpikir. Dia benar, yang kulakukan semua ini memang salah dan merugikan, aku terlalu keasyikan dengan dunia yang kubuat dan tak peduli dengan perasaan orang lain di sekitarnya. “Yang aku lakukan selama tiga hari ini bukan serta merta aku nafsu padamu Nan, tidak. Aku hanya ingin kamu sadar dan berubah, itu tujuanku….” jawabnya lugas. Aku tertunduk, perasaanku campur aduk. Meskipun memang Jaka “menyiksa” ku namun dia tak bertujuan untuk menyakitiku meski… yah, aku menikmati semua ini. “Kenapa, kenapa kamu begitu peduli denganku Jak….” ucapku lirih sambil kuangkat kepalaku menatap langit yang tertutupi dedaunan pohon. “Aku sudah rusak, kotor. Aku sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk berubah…..” “Jinan…..” Ia menggenggam salah satu tanganku dengan kuat hingga aku menoleh kearahnya. “Semuanya belum berakhir Jinan, masih ada kesempatan asal kamu benar-benar niat untuk berubah….” jawabnya tepat sasaran. Air mataku tanpa sadar menetes mendengar ucapannya yang langsung aku seka dengan tangan. “Kamu…. kamu tak tahu diriku Jak….” ucapku. Ia kembali menguatkan genggaman tanganku. “Jinan, apa selama ini kamu menyimpan sesuatu sehingga kamu jadi seperti ini? kalau mau ceritakan semuanya padaku….” ucapnya. Aku tertegun melihatnya. “Tak usah khawatir Nan, aku siap jadi pendengar buatmu, siapa tahu aku bisa ngasih solusi juga…..” “Beneran…. beneran kamu mau dengar ceritaku Jak….” ucapku bergetar memastikan. Dan dia membalasnya dengan anggukan, kemudian setelah menghela napas panjang, aku menceritakan semuanya kepadanya. Jinan’s Past Ia dilahirkan ke dunia ini dari keluarga yang cukup berada. Awalnya semuanya berjalan dengan baik, Jinan kecil menikmati masa-masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan dan kesenangan. Hingga suatu waktu keluarga mereka dilanda konflik yang menyebabkan ayah dan ibunya menjadi tak akur. Mereka sering bertengkar yang tentunya Jinan kecil tak paham apa maksud dan penyebab mereka bertengkar, kemudian seiring berjalannya waktu mereka mulai melampiaskan emosinya kepada Jinan kecil terlebih ayahnya yang cukup sering memukulinya karena memang sifat ayahnya yang temperamental. Jinan kecil hanya bisa menangis merasakan sakit yang dia alami tanpa pernah tahu sebabnya. Semakin parah konflik yang terjadi menyebabkan rumah tangga mereka hancur, ayah dan ibunya memutuskan untuk bercerai dan ironisnya tak ada satupun yang mau mengambil hak asuh anak itu. Tetapi untungnya Jinan kecil diasuh oleh pamannya. Jinan kecil tumbuh dan berkembang bersama keluarga barunya. Paman dan bibinya sangat menyayanginya termasuk juga kedua anak kandungnya. Kembali semuanya berjalan dengan baik. Namun, kembali Jinan harus mengalami sebuah kenangan yang pahit, kali ini dari pamannya. Mungkin karena gelap mata atau memang fisik sang gadis yang berkembang melebihi anak-anak seumurannya, sang paman mulai sering menggodanya mulai dari godaan biasa hingga berujung ke hal mesum tanpa sepengetahuan keluarganya. Dan juga hampir saja Jinan mau dicabuli oleh pamannya pada saat itu namun untungnya sang paman sadar akan perlakuannya dan meminta maaf kepada sang gadis, ia meminta kalau hal yang dia lakukan jangan sampai keluarganya tahu karena tentunya rumah tangga mereka bakal hancur. Seiring berjalannya waktu Jinan tumbuh besar menjelma menjadi seorang gadis remaja pada umumnya. Rupanya cantik dan manis dan fisiknya yang juga tak kalah indah, di samping itu kemampuan akademis Jinan diatas rata-rata dan ia selalu masuk lima besar pada ranking kelas. Selain itu juga sifat Jinan yang periang dan mudah bergaul membuatnya memiliki banyak teman, dan juga banyak laki-laki yang mencoba untuk mendekatinya dengan maksud untuk menjadikannya pacar namun Jinan cukup selektif dan banyak laki-laki yang kecewa karena dirinya ditolak secara halus oleh sang gadis. Tapi pada akhirnya, ada salah satu lelaki yang sangat beruntung dapat mengambil hati Jinan. Mereka pun berpacaran tak lama setelah itu. Kehidupan dan hubungan mereka bisa dikatakan lancar, sang lelaki sangat mencintai Jinan begitu juga sebaliknya. Suatu hari setelah acara ujian nasional tingkat SMP, sang lelaki mengajak Jinan untuk pergi berlibur ke suatu tempat yang langsung dia iyakan. Jinan tidak tahu kalau kejadian yang ia alami nanti mengubah hidupnya. Bisa dibilang mereka tidak berlibur saja, mereka menumpahkan semua kasih sayang yang mereka miliki dan Jinan merelakan kesuciannya direnggut oleh sang lelaki. Terasa pedih namun mereka semua menikmatinya. Dan keesokan harinya Jinan terkejut dengan pengakuan sang lelaki yang sebenarnya tak ingin mengambil hatinya melainkan sang lelaki menjadikannya pacar hanya untuk menikmati tubuh sang gadis. Jinan merasa sangat kecewa karena merasa dikhianati olehnya namun disitulah sang gadis mengalami suatu peristiwa yang mengerikan. Tanpa Jinan sadari, sang lelaki menjebaknya saat liburan itu. Dia membawa beberapa temannya kemudian memperkosanya dengan brutal. Jinan tak berdaya, dia tak bisa apa-apa selain terpaksa untuk mengikuti semua permainannya. Setelah itu sang lelaki mengancam Jinan untuk tidak membeberkan perbuatan mereka yang tentunya ia terpaksa untuk menyetujuinya. Akibat peristiwa itu sifat Jinan berubah drastis, dia tetap ceria dan periang seperti biasanya namun dalam hatinya ia mulai tumbuh rasa kebencian terhadap laki-laki. Masa-masa SMA nya bisa dibilang biasa saja namun dia dicap sebagai wanita nakal yang selalu menggoda laki-laki yang mendekatinya hingga berujung di ranjang dan kemudian meninggalkannya. Hal tersebut juga kembali ia lakukan saat di bangku kuliah bahkan lebih parah lagi. Ia mulai mencoba-coba untuk masuk ke dunia underground. Dunia yang sangat gelap. Jinan mulai suka melakukan live streaming mesum dan memperjual belikan foto-foto mesum kepada followersnya. Tentunya yang dia lakukan membuahkan banyak uang yang bahkan bisa dibilang lebih dari cukup untuk kebutuhannya sendiri. Jinan merasa senang sekali dan semakin tenggelam dalam ombak kegelapan yang sengaja ia buat.
oooo​
“Hiks…. hiks…. begitu ceritanya… aku… aku tak mengerti dan tak paham dengan diriku sendiri Jak….” Jaka mengelus pipiku dengan lembut dan mengusap air mata yang membasahinya, dia tampak sangat berbeda dari sebelumnya yang begitu emosional dan bengis kepadaku, sekarang Jaka yang tampak dihadapanku terlihat seperti pria yang mempunyai kasih sayang. “Udah jangan nangis lagi Nan. Aku juga ikutan sedih kalau kamu begini terus….” ucapnya ramah yang membuatku tertegun. “Aku tak akan menyebarkan video dan foto-foto itu kepada siapapun, kamu tak usah khawatir….” tambahnya. “Ta…. tapi….. bukannya kamu sendiri yang mengancamku…..” “Itu kulakukan hanya buat menggertak saja. Tidak lebih, yaa…. aku tak ingin juga video itu tersebar luas Jinan….” “Sebetulnya….. selama ini….. aku punya rasa sama kamu Jinan. Aku bingung bagaimana caranya untuk mengungkapkannya padamu….” jelas aku kaget mendengar ucapannya. Dia…. dia menyukaiku…. Kami terdiam cukup lama dengan posisi aku memeluk tubuhnya. Dalam hatiku berkecamuk diatara senang, sedih dan emosi. Jadi, dia melakukan ini semua hanya untuk mengungkapkan perasaannya kepadaku. Tapi kenapa Jaka? kenapa seperti ini…… “Jaka….. aku…. aku……” ucapanku terasa terputus, bibirku bergetar tak kuasa melanjutkan ucapanku sendiri. “Kenapa Jinan?” balasnya sambil mengusap rambutku. Namun sebelum aku mulai kembali menggerakan bibir dia memotong ucapanku. “Aku mengerti kok kalau memang kamu mungkin tidak menyukaiku bahkan benci padaku. Tetapi aku akan terus berusaha untuk memberikan segalanya hanya untuk kamu. Aku siap untuk bisa bahagiain kamu apapun caranya…..” ucapnya. Aku tertegun kembali karena ucapannya terdengar serius dan sungguh-sungguh. “Aku mau jadi kekasihmu…..” DEG Ucapan Jaka selanjutnya membuat jantungku seperti berhenti sejenak kemudian berdenyut kembali. “Jaka…. kamu… kamu serius….” balasku bergetar. “Aku akan bantu kamu untuk berubah, Jinan. Kamu pasti bisa, aku yakin…” Kembali air mataku mengalir membasahi pipiku. Ucapannya entah mengapa terasa menyentuh hatiku paling dalam, memang hanya dia yang sekarang mengerti akan diriku yang sebenarnya. Ah cinta, perasaan yang sudah lama sekali tidak aku rasakan selama ini. “Jaka…. kamu… kamu benar-benar serius sama aku? kamu tahu kan aku wanita yang kotor….” Jaka menaruh jarinya di bibirku pertanda aku tak boleh mengatakan hal itu. “Jinan, mulai sekarang kamu sudah bukan wanita yang kotor. Sekarang kamu mulai lagi dari awal sebagai wanita yang seharusnya…..” Kembali ucapannya membuat hatiku terenyuh. Ah, aku…. entah mengapa aku merasakan tumbuh rasa sayang padanya. Kemudian aku mendekatkan kepalaku dan mencium bibirnya dengan lembut selama beberapa saat lalu mencabutnya kembali. Ya, aku sudah menemukan jawabannya. “Iya Jaka…. aku mau… aku mau berubah….” ucapku yang membuat Jaka tersenyum lalu kembali mencium bibirku dengan mesra, hanyut dalam suasana alam ini.

Dan setelah peristiwa itu, aku mulai berniat untuk berubah, seakan terlahir kembali sebagai wanita yang seharusnya. Dimulai dari akun live streaming yang langsung kuhapus saja tanpa pemberitahuan sama sekali, aku yakin pengikutku yang sudah cukup banyak itu kaget dan kecewa akan keputusanku namun tentunya aku tidak peduli. Kemudian aku juga menghapus akun yang biasa kubuat posting foto-foto mesumku. Semua ini kulakukan sebagai niatan untuk berubah dan aku tak akan menyesalinya. Dan juga, aku menjalani kehidupan baruku sebagai kekasihnya Jaka. Jaka sangat menyayangiku sebagai seorang pacar meski aku sadari gaya pacarannya masih agak kaku mungkin dia baru pertama kali merasakan hal ini dan aku memakluminya. Dia selalu berada disisiku ketika aku mendapat kesulitan dan dengan cepat dia menemukan solusinya. Singkat waktu aku berhasil menyelesaikan mata kuliah yang tertinggal sebagai syarat untuk mengambil skripsi. Jaka memberikanku beberapa koneksi sebagai jalan untuk mempermudah dalam mengerjakan skripsi, awalnya aku bingung mulai dari mana dan harus bagaimana namun sekali lagi, Jaka selalu ada disisiku dan membantuku dengan sepenuh hati. Aku merasa bahagia, senang, dan sayang padanya. Begitu juga dengannya yang perlahan-lahan ia memperlihatkan ekspresi wajah yang sebenarnya, seperti laki-laki pada umumnya, awalnya aku terkejut melihatnya namun tentunya aku menjadi semakin sayang padanya. Kenangan peristiwa yang kualami saat liburan bersamanya dulu perlahan-lahan mulai memudar, bahkan bisa dikatakan aku malah merasa bersyukur dapat mengalami hal itu, mungkin kalau aku menolak ajakan Jaka dulu, hidupku kedepannya akan semakin rusak dan tak terarah. Akan tetapi karena memang dasarnya aku punya sifat hyper yang agak susah untuk dihilangkan, terkadang aku menggodanya untuk berhubungan badan dengannya dan dia mengiyakan bahkan selama ini dia sama sekali tidak pernah minta jatah, yang tentunya membuatku malu. Namun, Jaka menerimaku apa adanya meski salah satu sifat yang kualami ini memang buruk. Biasanya kami menumpahkan semua kasih sayang dengan bersetubuh di rumahnya atau di hotel. Aku merasa bahagia karena permainan dia yang selalu terimbangi. Hingga pada akhirnya, setengah tahun kemudian aku berhasil menyelesaikan skripsi ini dan juga lulus dengan nilai terbaik. Aku meloncat-loncat kegirangan melihat hasil jerih payahku dan Jaka yang menungguku sidang langsung kupeluk erat. “Jaka…. aku lulus….” ucapku girang bercampur tangisan bahagia. “Selamat ya Jinan…. satu langkah menuju masa depan yang lebih baik….” “Jaka…. terima kasih sudah membimbingku selama ini… hiks hiks…..” ucapku terisak sambil terus memeluk tubuhnya. Kemudian kami memutuskan untuk berlibur ke pantai sebagai perayaaan kelulusanku dan seperti biasa, kami menjalani liburan ini selain menikmati indahnya pantai, juga bermain cinta bersama, hehe. Seperti pasangan suami istri saja. Kadang aku memintanya untuk bermain kasar seperti beberapa waktu yang lalu dan tentunya ia mengiyakan permintaanku. Singkat waktu aku menghadiri acara wisuda bersama Jaka dan kedua paman dan tanteku sebagai wali pendamping. Hari yang tak akan pernah kulupakan selama hidupku, saat aku mengenakan pakaian wisuda berikut topi toga sebagai pertanda aku telah lulus dari jenjang perkuliahan dan bersiap untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Aku dan Jaka berjalan menghampiri paman dan tanteku yang tampak bahagia melihat kesuksesanku. “Dek Jinan selamat ya atas kelulusannya. Tante bahagia banget sama kamu…” ucapnya sambil memelukku erat. Begitu juga dengan pamanku yang menangis bahagia melihatku. “Eh, ini pacar kamu ya? kok gak pernah cerita sama tante” tanya dia saat aku dan Jaka saling memegangi tangan, kami tersipu malu. “Perkenalkan saya Jaka, saya adalah kekasihnya Jinan, anak tante” kata Jaka berani. Yah, tanteku memang orangnya agak blak-blakan apalagi kalau masalah cowok, hehe. “Ya ampun Jinan, pacarmu ganteng banget gitu. Beneran dah kamu gak salah pilih hahaha….” “Tante apaan sih….” jawabku tersipu malu tak mengerti apa maksudnya. Kemudian aku melihat pamanku mendekati Jaka dan sepertinya mereka akan berbicara serius. “Nak Jaka…. terima kasih karena selama ini sudah membimbing dan membantu Jinan menyelesaikan kuliahnya, maaf Om gak bisa kasih apa-apa buat kamu….” “Oh tak perlu om, saya melakukannya dengan sepenuh hati” balas Jaka yang membuatku semakin kagum padanya. Pamanku tersenyum senang mendengarnya. “Dan juga, saya mau berbicara sesuatu sama om. Ini tentang hubunganku dengan Jinan….” aku agak kaget mendengar Jaka berbicara dengan pamanku. “Bagaimana? apa ada sesuatu yang harus om tahu?” “Saya…..” “Saya akan melamar Jinan…..” END

Gallery for Jinan, A Tool